Dengan tersenyum haru dan meneteskan airmata, Seorang ibu menasehati putrinya sebagai berikut:
"Wahai putriku, engkau akan menghadapi sebuah kehidupan baru. Yaitu, sebuah ehidupan yang tidak ada tempat bagi Bapakmu, Ibumu, dan saudara-saudaramu untuk mencampuri urusanmu. Dalam kehidupan barumu itu engkau akan menjadi teman setia bagi suamimu. Suamimu tidak akan rela ada orang lain yang ikut campur dalm urusanmu dengan suamimu, sedekat apapun hubungan darahnya denganmu. Maka, jadilah engkau istri dan ibu baginya. Buatlah ia merasa bahwa engkau adalah segala-galahnya dalam hidup dan dunianya. Ingatlah seorang suami adalah "bocah besar"
yang cukup bahagia hanya dengan sedikit ungkapan kemanjaanmu padanya. Janganlah engkau membuatnya merasa bila pernikahannya denganmu merupakan penyebab terpisahnya dirimu dari keluarga dan orangtuamu. Perasaan seperti ini juga dirasakn olehnya. Dia telah meninggalkan rumah kedua orangtuanya dan keluarganya demi kamu. Akan tetapi, perbedaaan antara kamu dan dia adalah perbedaan antara laki-laki dan wanita. Seorang wanita selalu merindukan keluarga dan rumah dimana ia dilahirkan, tumbuh dan belajar di dalamnya. Tetapi dia harus membiasakan dirinya untuk hidup dalm urusan baru. Dia harus menyesuaikan diri dengan seorang laki-laki yang telah menjadi suami, pelindun, dan ayah dair anak-anaknya. Inilah duniamu yang baru!"
yang cukup bahagia hanya dengan sedikit ungkapan kemanjaanmu padanya. Janganlah engkau membuatnya merasa bila pernikahannya denganmu merupakan penyebab terpisahnya dirimu dari keluarga dan orangtuamu. Perasaan seperti ini juga dirasakn olehnya. Dia telah meninggalkan rumah kedua orangtuanya dan keluarganya demi kamu. Akan tetapi, perbedaaan antara kamu dan dia adalah perbedaan antara laki-laki dan wanita. Seorang wanita selalu merindukan keluarga dan rumah dimana ia dilahirkan, tumbuh dan belajar di dalamnya. Tetapi dia harus membiasakan dirinya untuk hidup dalm urusan baru. Dia harus menyesuaikan diri dengan seorang laki-laki yang telah menjadi suami, pelindun, dan ayah dair anak-anaknya. Inilah duniamu yang baru!"
"Wahai putriku, itulah kehidupan yang akan engkau hadapi dan bahtera keluarga yang akan engkau bangun berdua. Aku tidak memaksama untuk cmelupakan ibu, ayah dan saudaramu, karena mereka tidak akan melupakanmu, wahai putri kesayanganku. Lagi pula, bagaimana mungkin seoarng ibu melupakan buah hatinya? Namun, aku hanya meminta kepadamu: cintailah suamimu dan hiduplah bahagia bersamanya."
"Belajarlah bersabar dari wanita yang brnama Asiyah (istri Fir'aun); belajarlah setia dari Khadijah (istri Nabi SAW); belajarlah jujur dari Aisyah (istri Nabi SAW Yang paling mudah),
dan belajarlah berteguh hati dari Fatimah (putri Nabi SAW)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar