Cak Markuat kala itu duduk dibawah pohon pisang terlihat sesekali tersenyum sambil menatap kearah salah satu daun yang terlihat rusak dimakan ulat,sesekali dia mengangkat kopyah panjangnya dengan tangan kiri sementara tangan kanan menggaruk-nggaruk kepala hingga rambut kusutnya terlihat acak-acakan,tetapi selang kemudian dia terlihat menangis tersedu-sedu sambil menengadahkan tangan kelangit,kali ini dia berteriak “kabulkan yaa Raaab………… kabulkan ya Raaaab………….!” Kontan saja kejadian itu membuat kedua sahabatnya kaget. “Ada apa cak Markuat ?!”Tanya cak Sabar. Namun Cak Markuat malah balik bertanya “apa sampeyan nggak tahu toh cak ? coba lihat kepompong yang diatas itu apa dia nggak gerah tersengat matahari yang panas ini? Apa sampeyan juga nggak tahu derita yang dialami pohon pisang ini yang daunya tercabik-cabik oleh ulat-ulat itu? Bagaimana bisa hidup subur pohon ini kalau daunya rusak semua ! Apa sampeyan juga nggak mikir kalo yang nanam pohon pisang ini menginginkan berbuah pisang bukan ulat, lha iya toh cak ?” Mendengar penjelasan itu cak Sabar hanya menjawab “sudahlah cak semua itu kan sudah tinakdlir dari Gusti Allah, nggak usah sampeyan pikir sing aneh-aneh..lakyo ngunu tah cak Sukur?” cak Sabar melempar pertanyaan kepada cak Sukur yang sedari tadi hanya mendengarkan percakapan sahabatnya. Cak Sukur manggut-manggut sambil melangkah ke arah cak Markuat sembari berdo’a ”YA RAAB……KABULKAN KEINGINAN KEPOMPONG…..,YA RAAB…..KABULKAN KEINGINAN POHON PISANG…., YA RAAB………KABULKAN KEINGINAN ORANG YANG MENANAM POHON INI……YA RAAB……KUATKANLAH LANGKAH KAMI MENUJU ENGKAU,YA RAAB….JADIKAN KAMI ORANG-ORANG YANG SABAR DAN ORANG-ORANG YANG PANDAI BERSYUKUR. Amiin….Beberapa saat kemudian merekapun melanjutkan perjalanan dalam mencari guru hidup rindu bertemu sang kekasih…