Cerita Ayah
Suatu kali saya dapat SMS oleh Adik Saya yang kebetulan berdakwah di Timur Indonesia, yang isinya "Ane hampir saja menangis tatkalan dapat wejangan dari Bapak di telpon, beliau berpesan jangan sekali-kali menjadi dai amplop," mencari imbalan karena ceramah, menerima salam tempel..
Bapak selalu berpesan agar selalu menjaga hati..
Begitulah kurang lebih pesan ayah kepadanya.
Saya cuma terdiam saja menerima sms itu, karena memang itu seperti menampar-nampar keadaan saya. Memang dia ayah kami Muhammad Ilyas Namanya jebolan pesantren Mipitan asuhan KH Syamsudin dan KH Juraemi yang karismatik dimasanya. Kawan-kawan bapakku sudah banyak memiliki pondok dan jamaah..
Tapi berbeda dengan bapakku ini, beliau dari muda sampai tua seorang tukang pembuat batu bata.
Inilah pesan bapak kami tatkala aku menginjak baligh,
Suatu kali saya diajak ke kuburan oleh beliau untuk melihat kuburan nenek.
"Lihat tanah datar dibawah pohon kamboja itu ada nisan satu. Itu kuburan mbah putrimu." Tunjuk bapakku
"Suatu saat kuburan itu akan hilang karena kemiskinan, orang-orang kaya akan merusak kuburan dengan membuat batu kijing." tambah bapakku..
Sementara saya cuma diam, melihat kuburan-kuburan berserakan didepan.. Aku tak lupa memegang lengan beliau yang kekar karena tiap hari bergulat dengan cangkul.
Sesekali saya melihat jenggot dan matanya yang menatap jauh... jauh jauh.. seakan dia memikirkan apa yang akan terjadi dibalik batu nisan ini.
Tiba-tiba suara bapakku muncul dari mimik bibirnya sembari melihatku,
"Le... kamu sudah baligh, kamu sudah bertanggung jawab dengan amalmu..".
"Bapak sudah berusaha mendidik kalian agar menunaikan kewajiban kepada Gusti Allah.."
"Jangan sampai suatu saat kalian menjadi penghalang masuk surga orang tua, jika di yaumil hisab ketika kalian di tanya Allah ttg keadaan sholatmu... kalian mengatakan 'saya belum diajari agama oleh orang tuaku'. Maka Allah akan meminta pertanggungjawaban kepada orang tua karena dia bertanggung jawab mendidik anaknya.."
"Ingat Bapak sudah berusaha mendidik kalian, dan menyuruh menunaikan kewajiban kepada Gusti Allah... jika Bapakmu kelak tiada. Kalian-kalianlah kelak yang mendoakan bapak-ibumu."
Suatu kali saya dapat SMS oleh Adik Saya yang kebetulan berdakwah di Timur Indonesia, yang isinya "Ane hampir saja menangis tatkalan dapat wejangan dari Bapak di telpon, beliau berpesan jangan sekali-kali menjadi dai amplop," mencari imbalan karena ceramah, menerima salam tempel..
Bapak selalu berpesan agar selalu menjaga hati..
Begitulah kurang lebih pesan ayah kepadanya.
Saya cuma terdiam saja menerima sms itu, karena memang itu seperti menampar-nampar keadaan saya. Memang dia ayah kami Muhammad Ilyas Namanya jebolan pesantren Mipitan asuhan KH Syamsudin dan KH Juraemi yang karismatik dimasanya. Kawan-kawan bapakku sudah banyak memiliki pondok dan jamaah..
Tapi berbeda dengan bapakku ini, beliau dari muda sampai tua seorang tukang pembuat batu bata.
Inilah pesan bapak kami tatkala aku menginjak baligh,
Suatu kali saya diajak ke kuburan oleh beliau untuk melihat kuburan nenek.
"Lihat tanah datar dibawah pohon kamboja itu ada nisan satu. Itu kuburan mbah putrimu." Tunjuk bapakku
"Suatu saat kuburan itu akan hilang karena kemiskinan, orang-orang kaya akan merusak kuburan dengan membuat batu kijing." tambah bapakku..
Sementara saya cuma diam, melihat kuburan-kuburan berserakan didepan.. Aku tak lupa memegang lengan beliau yang kekar karena tiap hari bergulat dengan cangkul.
Sesekali saya melihat jenggot dan matanya yang menatap jauh... jauh jauh.. seakan dia memikirkan apa yang akan terjadi dibalik batu nisan ini.
Tiba-tiba suara bapakku muncul dari mimik bibirnya sembari melihatku,
"Le... kamu sudah baligh, kamu sudah bertanggung jawab dengan amalmu..".
"Bapak sudah berusaha mendidik kalian agar menunaikan kewajiban kepada Gusti Allah.."
"Jangan sampai suatu saat kalian menjadi penghalang masuk surga orang tua, jika di yaumil hisab ketika kalian di tanya Allah ttg keadaan sholatmu... kalian mengatakan 'saya belum diajari agama oleh orang tuaku'. Maka Allah akan meminta pertanggungjawaban kepada orang tua karena dia bertanggung jawab mendidik anaknya.."
"Ingat Bapak sudah berusaha mendidik kalian, dan menyuruh menunaikan kewajiban kepada Gusti Allah... jika Bapakmu kelak tiada. Kalian-kalianlah kelak yang mendoakan bapak-ibumu."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar