Kamis, 24 Agustus 2006

Mengisi Kemerdekaan

Keriungan para "tokoh jamaah selasanan" sehabis ngaji kali ini tergolong lengkap. Selain anggota tetap seperti Kang Kimin De-pe-er; Kang Mansur Jagal; Slamet Necis Mangil Aliflammim; Si Dul Usil; dan Modin Rosyan; ada tokoh-tokoh tua: Mbah Daud dan mbah Syukur. Maudlu' atau topik pembicaraan tentu saja- apalagi kalo tidak- sekitar hari peringatan kemerdekaan.

Dengan kebanggaan yang polos, masing-masing menceritakan apa yang telah dan akan dilakukan di kampungnya dalam rangka memeriahkan dan mensyukuri kemerdekaan negaranya. Si Dul misalnya, menceritakan bahwa dia mengikuti hampir semua perlombaan yang diadakan desanya; mulai dari main catur hingga jambean. " Bukan hadiah yang penting", katanya tapi pokoknya ikut rame-rame memeriahkan!'

Kang Mansur Jagal, untuk bagaimana dia dan kawan-kawanya bikin sketeng model joglo di gang masuk desanya.

Para tokoh jamaah tertawa geli ketika Slamet Necis cerita akan ikut "Bersepeda Hias". Manggil Aliflammin (dijuluki Aliflamimmim, karena setiap diminta Qira'ah, membaca Al-Qur'an, selalu membaca hafalannya: Alif-Lam-mim) yang terkenal nylekit berkomentar dengan nada bertanya, Lho, Met, panitianya kok memperoleh kau ikut ?"

"Memangnya kenapa ?"

" Lha sepedamu nggak ada pedalnya gitu lho. Suka los lagi !"

"Kurang asem. Jangan ngenyek kamu ! kalo sudah saya hias, wow, nggak kalah penampilannya dari federal-gadunganmu !"

"Kalau mau ikut juga, pinjam saja sepedanya mbah Syukur. Wantek dan antik!tidak dihiaspun, menarik perhatian !"

"Ee, kok jadi sepeda keramatku diikut-ikutkan." Sergah mbah Syukur yang dari tadi Cuma urun senyum-senyum, "kualat nanti kau !"

"Yoh, yoh, bersenang-senanglah kalian !' Tiba-tiba suara baritone mbah Daud seperti meningkatkan mereka akan keberadaan tokoh tua yang mereka hormati itu ditengah-tengah mereka. Mereka pun sadar dan bersiap-siap mendengarkan pinisepuh mereka yang jarang bicara ini. Mereka ingin mendengar mbah Daud tempo doeloe dijadikan semacam markas tentara kita dan hingga kini masih dihormati orang karena kesederhanaan dan sikap kebapakannya.

"Kalian boleh dan memang sudah sewajarnya bergembira memeriahkan Hari Kemerdekaan negara kita tercinta ini. Tapi harus selalu kalian ingat pidato-pidato para pemimpin kita, yaitu bahwa kita tidak boleh hanya menyukuri dengan upacara-upacara dan segala macam keramaian tujuh belasan saja. Tapi lebih dari itu, kita harus mensyukurinya juga dengan tekad dan melakukan perjuangan yang lain. Berjuang untuk mengisi kemerdekaan itu sendiri. Atau dengan kata lain, berjuang untuk menjadi bangsa yang benar-benar merdeka. Membangun di segala bidang, menolong ngentas yang masih miskin dan bodoh, itu perjuangan kalian kini. Begitu 'kan kata bapak-bapak kita selalu?

Mbah Daud menjentik-jentikkan rokok ting-we-nya ke asbak, sebentar-sebentar menyedotnya dalam-dalam, kemudian sebelum asap rokoknya dihembuskan, dia melanjutkan wejangannya.

"Masing-masing harus ikut cawe-cawe. Apa saja yang dimampuinya. Punya okol, urunkan bagi mengisi kemerdekaan! Paling apes-apesnya, kalau tidak bisa berbuat apa-apa, jangan sampai ngrusuhi apalagi mengkhianati perjuangan mengisi kemerdekaan ini".

"Dan ingatlah, dulu di zaman berjuang merebut kemerdekaan, kita menghadapi tidak hanya penjajah Asing, tapi juga harus menghadapi perusuh dan pengkhianat bangsa. Mereka ini bangsa kita sendiri juga yang –karena kelemahan mental, keyakinan dan kecintaan mereka terhadap tanah air mereka, terlalu takut menderita atau ingin mukti sendiri- mentolo terhadap bangsa sendiri. Nah, jangan sampai dalam perjuangan mengisi kemerdekaan ini, kelemahan-kelemahan seperti itu dibiarkan".

Kawan-kawan jamaah tetap diam menyimak nasihat orangtua yang sangat mereka hormati itu. Mbah Daud pun melanjutkan:

"Dan yang lebih penting lagi: di hadapan hak, jangan ada yang merasa lebih memiliki negeri ini; sementara di hadapan tanggung jawab seolah-olah tidak ikut memilikinya. Kelakuan begini sama saja dengan para perusuh dan pengkhianat di zaman penjajahan dulu. Dan ingat-ingatlah, betapapun tinggi kedudukan kalian dan betapapun besar tanggung jawab kalian, jangan sekali-kali merasa paling hebat, lalu merendahkan orang lain. Marilah bersama-sama, seukur wewenang dan tanggung jawab serta kemampuan masing-masing membangun negeri kita tercinta ini dengan penuh kasih sayang.

Saling mengingatkan bila ada yang lupa dan saling membetulkan apabila ada yang salah".

"Maaf, Mbah", tiba-tiba si Dul –seperti sudah menjadi adatnya- nginterupsi.

"Kalau kedudukannya seperti mbah Daud atau pak Lurah memang gampang menegur, mengingatkan atau membetulkan kesalahan orang; kalau rakyat jelata seperti saya ini, mana berani mengingatkan dan lain sebagainya. Salah-salah awak kena tempeleng".

Kawan-kawan jamaah tertawa mendengar omongan si Dul. Sedang mbah Daud hanya tersenyum sebelum kemudian berkata:

"Memang kita ini sudah terlanjur salah kaprah ya, tidak membiasakan budaya ikhlas dan saling mengingatkan serta saling membetulkan antara kita.

Mestinya kita kan harus memahami sikap saling mengingatkan dan saling membetulkan itu sebagai bagian dari kasih-sayang antara kita sesama saudara sebangsa".

Mbah Daud berhenti sejenak, menarik napas panjang, baru kemudian melanjutka, "Yah, kita mulai saja dari lingkungan kita sendiri, Dul. Kita kembangkan sikap ikhlas dan saling menyayangi dalam arti sebenarnya; termasuk membudayakan sikap saling mengingatkan dan membetulkan itu tadi. Siapa tahu nanti bisa menular ke sana ke mari".

Semuanya manggut-manggut, seolah-olah berjanji untuk melaksanakan saran dan nasihat sesepuhnya itu; sebelum akhirnya mereka bubar.

(Oleh: KH. A. Mustofa Bisri)

Senin, 07 Agustus 2006

Kangen


Beberapa hari yang lalu, aku nerima email yang ada attachment poto-potonya (salah satunya gambar disamping).
Jadi inget sama Ryan waktu masih kecil...lucuuu banget. Sekarang juga masih lucu, pokoknya Ryan is my cute son.

Tentang anak, hari minggu kemarin aku dan masku jalan-jalan ke ambassador. Tadinya sih niatnya pengen inget-inget masa pacaran dulu, tapi apa daya waktu liat anak-anak kecil itu jadinya malah kangen sama Ryan.

Saat lagi kangen gitu, aku liat beberapa pengalaman aneh. Ada anak cowok yang nangis, tapi kemudian diem saat digendong dan dibujuk sama si Mbaknya. Padahal mamanya ada disitu. Aku mikir, apa anak itu begitu dekatnya sama si Mbak, atau emang mamanya udah capek..jadi gantian dong si Mbak yang gendong?

Di lain situasi, pas lagi istirahat di junkfood ayam goreng, ada anak cewek yang juga nangis di depan mamanya yang lagi makan. Tapi si mama cuek aja, malahan terus dateng si Mbaknya terus langsung gendong anak itu, yang mana anak itu ngomong ke si Mbak "Mau pulang".

Aku bersyukur sekali melihat kejadian-kejadian tersebut. Bahwa, walaupun aku bekerja dan Ryan di rumah hanya berdua si Teteh aja, tapi saat aku libur Ryan selalu memprioritaskan aku dan papanya untuk dimintai tolong.
Seperti setiap Sabtu/Minggu, Ryan nggak bakal mau kalo disuapin sama Teteh. Bahkan untuk "cawi" setelah pipis pun bakal teriak2 gak mau kalo yang nyamperin si Teteh.

Alhamdulillah, Ya Allah...
Terimakasih Kau berikan ketabahan, kesabaran dan kekuatan padaku untuk menjalani peran ganda ini.
Semoga kedepannya, makin Kau eratkan tali kasih Orang tua dan Anak di antara kami.


Selasa, 01 Agustus 2006

Overload


Tumben-tumbenan hari ini aku ngerasa overload. Tau-tau kerjaan bertumpuk banget.
Temen-temen dari milis, baik milis beneran maupun jejadian ada yang nanyain juga "jeng, kenapa toh..kok beberapa hari ini nggak ada email2 aneh dari sodara, pripun iki?"

akibatnya, email numpuk...
liat tuh, folder milis A ada tulisannya (325)<<-- maksudnya ada 325 email yang belum dibaca. Begitu juga milis B, C dan seterusnya. Lucu juga sih, padahal kemaren-kemaren dakuh berkata dalam hati "wahh..kalo gini terus di kantor, bisa2 dibilang makan gaji buta" hehehe...ketulah deh gw :P

Yang bikin seneng, kegiatan2 dikantor bisa dibilang gak ngebosenin, alias banyak ilmu yang sedang dipelajari.
Tapi kalo harus dengan "tempo sesingkat-singkatnja" dipaksa nguasain semua, tak u-u kaleee...


Salam Pusing

Batuk oh batuk

My cuties lagi batuk. Sedihhh banget kalo pas bobo tau2 dia mesti kebangun gara-gara batuknya...
Biasanya sih papa yang harus ambilin air putih (yang emang udah disediain disamping tempat tidur biar gampang ambilnya), tapi kan tetep aja gitu sedih dan capek jadinya.

Walau udah beberapa hari batuk, tapi mama belum mau bawa Ryan ke dokter (setelah mendapat pencerahan ttg penyakit dan obat dari Dr. Wati). Giliran papa deh yang uring-uringan karena gak tega Ryan batu terus.

Akhirnya, setelah menunggu beberapa saat... tibalah akhir pekan. Sabtu minggu kemarin Ryan dijemur pagi-pagi (kaya baju aja) dan worked.
Tapi mungkin karena udah rada lama, jadi biang penyakitnya rada mbandel. Dijemur 2 pagi, masih nyisa sedikit batuk dibadan Ryan.

Honey, get well soon yaa..
Mama sedih banget liat kamu sakit. Nanti kalo udah gak batuk, mama beliin es krim kesukaan Ryan deh