Saya pernah membaca sebuah buku yang didalamnya ada sebuah kisah yang dialami oleh seorang lelaki yang dikhianati oleh kekasihnya. Mungkin kisah ini dapat dijadikan sebagai sebuah palajaran bagi kite-kite para cowok. Saya memakai subjek "Aku" dalam kisah ini agar lebih berkesan bagi yang membaca.
Mungkin tidak ada tandingannya kemesraan aku dengan dia sewaktu pacaran. 5 tahun aku memaduh kasih, mengorbankan semua untuk mempertahankan cinta sejati dan dia pun tulus ikhlas merawat cinta kami berdua. Suatu hari, orang tuaku membicarakan hari lamranku dengan dia. Aku bertanya kepada dia tentang hal ini pada waktu kesempatan lain, namun ia belum mau karena usianya memang msih sangat mudah dan belum melihat keseriusan orang tuaku mne rimanya. Karena ia tahu, orang tuaku tidak setuju menerimanya. Karena yang ia tahu, orang tuaku tidak setuju menerimanya., sebagaimana yang telah kukatakan padanya setelah 2 tahun pacaran.
Seperti biasa, setiap hari kami pasti kami bertemu. Aku sangat bahagia, aku meresa ada sesuatu yang kurang jika sehari tidak mendengar suaranya walaupun cuma "Say hallo". Malam itu, selepas magrib aku harus berangkat ke kentor karena aku mendapat shif malam. Rencanaku, jika nanti bila di kantor, aku kan menelephonnya dan membewakannya makanan jika akau pulang. Tiba-tiba di jalan, aku melihat sepasng muda-mudi asyik berjalan mesra di tepi jalan. Si lelaki melingkarkan tangannya ke pinggang perempuannya. Terasa nyaman dan damai perempuan berjalan.
Aku terus memandanginya sampai kendaraanku berlalu. Kupikir betapa bahagianya mereka yang sedang di mabuk asmara. Namun si perempuan nampak ada sesuatu yang disembunyikan, ia tidak berani mengangkat wajahnya dan berjalan merunduk. Sekilas ada yang menarik ingatanku agar membandingkan dengan pujaan hatiku. Lantas aku berfikir ia nampak seperti pujaanku, caranya berjalan, dan caranya bersikap. Aku spontan memutar kendaraanku untuk kembali melihatya. Tpat di bawah lampu penerangan jaln akau melihatnya dengan jelas bahwa perempuan itu adalah pujaan hatiku.
Aku menghampirinya dan menghentikan kendaraanku tepat didepannya. Jantungku berdetak tidak beraturan dan kaki terasa lemas tak sanggup untuk berdiri bahkan tak terasa bahwa aku masih menginjak bumi. Dengan suara gemetar dan dalam aku berkata, "Sudah berapa lam kamu jadian dengan dia?" Perempuanku menjawab dengan bertanya kepada lelaki itu, "Sudah berapa lama di?" Laki-laki itu, selanjutnya kutahu bernama amdi menjawab, "sudah 6 bulan"! Kemudaian aku kembali berbicara dengan kerongkongan yang kering, aku katakan bahwa aku telah berpacaran dengannya selama 5 tahun kepada lelaki itu. Amdi tampak kaget, sedangkan perempuanku tampak shock dan wajahnya tampak tak beraturan. Perempuanku mencoba mengendalikan suasana agar jangan sampai terjadi pertikaian antara akau dn amdi, kekasihnya itu.
Aku tak dapat berfikir lagi, dadaku terasa hampa dan tidak yakin kalau ini sungguh terjai. Lalu aku bertanya kepada perempuanku, "Kamu mau kemana sekarang?" Biasanya, dia sangat paham jika akau bertanya tentang hal itu, berarti aku siap mengantarnya sebagaimana 5 tahun yang lalu ketika ia masih SMU dan sampai sekarang ketika ia sudah bekerja. Setiap ada kesempatan, pasti aku mengantar dan menjemputnya. Tapi ia menjawab bahwa, ia mau pergi dengan amdi.
Astaga, dia pilih amdi, terasa berhenti berputar bumi ini. Aku dikhianati tanpa sedikitpun rasa bersalah darinya. Selama ini yang kutakutkan dalam hidupku ternyata terjadi, kepalaku pusing, tulangku remuk tak berbentuk. Aku langsung pergi, kubawa lukaku sampai kini. Aku tak dapat menghilangkan kejadian itu. Aku meyesal kenapa bisa bersmanya. Sudah banyak kenangan, sudah banyak usaha yang kulakukan, sudah banyak perjalanan yang kutempuh. Walau harus berbangkang kepada orang tua sekalipun. Demi dia tercinta. Ternyata.....ya Allah....ampunilah dosaku.....akau khilaf pada-Mu, yaa...Allah....ampuni aku.....Penyesalan bukan di awal perjalanan tapi diakhir perjalanan. Dia menghianatiku.
Sobat-sobatku, itulah sebuah kisah yang pernah saya baca dalam sebuah buku. Kita dapat mengambil hikmah dalam kisah ini bahwa, berapapun lamanya Anda memaduh kasih dengan kekasih Anda, itu tidak dapat menjamin bahwa dia akan selalu bersama anda dan belum dtentu dia akan menjadi pendamping dalam kehidupan rumahtangga anda. Maka mulai saat ini, yang lagi memaduh kasih atau bahasa trennya "pacaran", segerahlah untuk melamar dia untuk menjadi istri anda, janganlah memperbanyak maksiat. nanti keburuh diambil orang lain loh, saya bukan mengancam anda, tapi hanya memberi solusi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar