Selasa, 01 Mei 2007

ANTARA BURUNG, CACING DAN MANUSIA

Bila kita sedang mengalami kesulitan hidup karena himpitan kebutuhan
materi, maka cobalah kita ingat pada burung dan cacing. Kita lihat burung
tiap pagi keluar dari sarangnya untuk mencari makan. Tidak terbayang
sebelumnya kemana dan dimana ia harus mencari makanan yang diperlukan.

Karena itu kadangkala sore hari ia pulang dengan perut kenyang dan bisa
membawa makanan buat keluarganya, tapi kadang makanan itu cuma cukup buat
keluarganya, sementara ia harus "puasa". Bahkan seringkali ia pulang tanpa
membawa apa-apa buat keluarganya sehingga ia dan keluarganya harus
"berpuasa".

Meskipun burung lebih sering mengalami kekurangan makanan karena tidak
punya "kantor" yang tetap, apalagi setelah lahannya banyak yang diserobot
manusia, namun yang jelas kita tidak pernah melihat ada burung yang
berusaha untuk bunuh diri.

Kita tidak pernah melihat ada burung yang tiba-tiba menukik membenturkan
kepalanya ke batu cadas. Kita tidak pernah melihat ada burung yang
tiba-tiba menenggelamkan diri ke sungai. Kita tidak pernah melihat ada
burung yang memilih meminum racun untuk mengakhiri penderitaannya. Kita
lihat burung tetap optimis akan rejeki yang dijanjikan Allah SWT.

Kita lihat, walaupun kelaparan, tiap pagi ia tetap berkicau dengan
merdunya. Tampaknya burung menyadari benar bahwa demikianlah hidup, suatu
waktu berada diatas dan dilain waktu terhempas ke bawah. Suatu waktu
kelebihan dan dilain waktu kekurangan. Suatu waktu kekenyangan dan dilain
waktu kelaparan.

Sekarang marilah kita lihat hewan yang lebih lemah dari burung, yaitu
cacing.

Kalau kita perhatikan, binatang ini seolah-olah tidak mempunyai sarana yang
layak untuk survive atau bertahan hidup. Ia tidak mempunyai kaki, tangan,
tanduk atau bahkan mungkin ia juga tidak mempunyai mata dan telinga. Tetapi
ia adalah makhluk hidup juga dan, sama dengan makhluk hidup lainnya, ia
mempunyai perut yang apabila tidak diisi maka ia akan mati.

Tapi kita lihat , dengan segala keterbatasannya, cacing tidak pernah putus
asa dan frustasi untuk mencari rejeki . Tidak pernah kita menyaksikan
cacing yang membentur-benturkan kepalanya ke batu.

Sekarang kita lihat manusia. Kalau kita bandingkan dengan burung atau
cacing, maka sarana yang dimiliki manusia untuk mencari nafkah jauh lebih
canggih.

Tetapi kenapa manusia yang dibekali banyak kelebihan ini seringkali kalah
dari burung atau cacing ? Mengapa manusia banyak yang putus asa lalu bunuh
diri menghadapi kesulitan yang dihadapi ? padahal rasa-rasanya belum pernah
kita lihat cacing yang berusaha bunuh diri karena putus asa.

Sumber : Tidak Diketahui

Tidak ada komentar:

Posting Komentar