Minggu, 19 Desember 2010

Memilih Teman Berkepribadian Surgawi

Oleh Cahya Ragil*

Allah adalah sebaik-baik penolong bagi kita. Sepatutnya janganlah kita melalaikan diri saat suka maupun duka. Kita hidup di dunia ini tidak sendiri. Kita berkeluarga dan bermasyarakat, maka janganlah mengurung diri. Allah berfirman; ”barang siapa yang suka melakukakan silaturahmi, Allah akan memperbanyak rizkinya.


Perbanyak Teman
         Kenali semua orang, hormati yang lebih tua, dan sayangi yang lebih muda. Janganlah membuat kelompok dalam berteman, seperti menyatukan persamaan dan meninggalkan perbedaan. Bukankah Allah menciptakan perbedaan di antara kita agar saling kenal. Saat kita melihat orang yang lebih tua, berfikirlah! Mereka lebih banyak melakukan kebaikan di banding kita. Saat kita melihat yang lebih muda, berfikirlah! Kita mugkin memiliki dosa yang lebih banyak daripada mereka. Dari situlah kita akan menjaga diri agar perbuatan kita terjaga.
          Tentang status sosial, janganlah berteman hanya dengan salah satu kelompok saja, kaya atau miskin. Semua harus dijadikan teman. Dari si kaya kita akan terbantu dalam kekurangan harta, dan dari si miskin kita akan dapat membantu dalam kekurangan harta. Nabi menerangkan, ”tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah”. Maka janganlah ketika punya sedikit harta kita dekati si miskin, dan ketika punya banyak harta kita malah menjauhinya.
           Tentang pendidikan, bagaimana kita dapat memposisikan diri agar dapat saling memberi dan menerima untuk berbagi pengalaman. Dari si pandai kita dapat mengambil ilmu yang ia peroleh. Dari si bodoh kita dapat memberi apa yang kita peroleh. 

Selekif dalam Berteman
           Namun, hendaknya salah seorang diantara kita melihat siapa yang menjadi temannya. Karena seseorang bisa dinilai dengan melihat siapa teman karibnya. Dengan kata lain, kita harus selektif dalam memilih teman. Selektif yang dimaksud adalah memelihara hubungan keakraban pada orang yang dapat membawa kebaikan dan berhati-hati pada teman yang memberi dampak buruk. Bukan selektif berdasarkan status sosial, pendidikan, pangkat, maupun jabatan.
            Mewarnai tapi tidak terwarnai, itu prinsip yang harus dipegang. Saat ada golongan yang tidak sejalan dengan kita (banyak berbuat kemungkaran), janganlah masuk pada golongan mereka kalau keimanan belum kokoh dan ilmu belum banyak. Karena ditakutkan, kita bukannya mewarnai namun malah terwarnai. Sebaiknya tetaplah berteman, tapi menjaga jarak.

           Selektif dalam berteman sangat penting, karena apabila salah memilih teman bisa fatal akibatnya. Dalam kehidupan nyata, kita sering menyaksikan orang yang hancur hidup dan kehidupannya gara-gara salah memilih teman. Biasanya ini terjadi karena motivasi pertemanannya untuk dunia. Dan memang, kehancuran manusia lebih banyak disebabkan oleh sesama manusia. Karena itu, kelak di akhirat banyak yang menyesal berat karena salah memilih teman.
Allah berfirman”Dan (ingatlah)hari (ketika) itu orang yang dzolim menggigit kedua tangannya seraya berkata,’Aduhai (dulu) kiranya aku mengambil jalan bersama-sama Rosul. Kecelakaan besarlah bagiku, kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Qur’an ketika Al-Qur’an telah datang kepadaku,”(Al furqan:27-29)
“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertaqwa,” (Az-Zukhruf:67)
“sesungguhnya berhala-berhala yang kamu sembah selain Allah adalah untuk menciptakan perasaan kasih sayang diantara kamu dalam kehidupan dunia ini, kemudian dihari kiamat sebagian kamu mengingkari sebagian(yang lain), dan tempat kembalimu adalah Neraka, dan sekali-kali tidak ada bagimu para penolong (Al Ankabut)
          Inilah akibat dari kesalahan memilih teman. Mereka terhinakan di neraka dan menyesal dengan penyesalan yang teramat mendalam. Kalau di dunia mereka saling berteman, maka di akhirat mereka bermusuhan dan saling menyalahkan.
Karena itu, hatil-hatilah dalam mencari teman. Carilah teman yang berorientasi pada akhirat, yaitu teman yang berkepribadian surgawi. Dengan begitu, kita akan merasakan nikmatnya pertemanan di dunia, terlebih di akhirat. Wallahua’lam.

*Mahasiswa STAIL semester VII

Senin, 06 Desember 2010

Muhasabah Diri di Tahun Baru Hijriah


Rasanya, ketika kita berbicara tentang hijrah, tentang Muharram, atau tentang tahun baru Islam, tidak ada sesuatu yang baru atau menarik bagi kita. Sekilas pandang, kita –seakan– merasa sudah terlalu pandai dalam mengenali bulan Islam yang satu ini. Benarkah demikian? Sudahkah khasanah keilmuan kita, sesuai dan memadai sebagai seorang muslim yang sejatinya mengenal dengan baik tentang bulan-bulan Islam.


Sejarah bulan Hijriah
Sejarah mencatat, manusia pertama yang berhasil mengkristalisir hijrah nabi sebagai event terpenting dalam penaggalan Islam adalah Sayidina Umar bin Al Khattab, ketika beliau menjabat sebagai Khalifah. Hal ini terjadi pada tahun ke-17 sejak Hijrahnya Rasulullah Saw dari Makkah ke Madinah.
Namun demikian, Sayidina Umar sendiri tidak ingin memaksakan pendapatnya kepada para sahabat nabi. Sebagaimana biasanya, beliau selalu memusyawarahkan setiap problematika umat kepada para sahabatnya. Masalah yang satu ini pun tak pelak dari diktum diatas. Karenanya, beberapa opsi pun bermunculan. Ada yang menginginkan, tapak tilas sistem penanggalan Islam berpijak pada tahun kelahiran Rasulullah. Ada juga yang mengusulkan, awal diresmikannya (dibangkitkannya) Muhammad Saw sebagai utusannyalah yang merupakan timing waktu paling tepat dalam standar kalenderisasi. Bahkan, ada pula yang melontarkan ide akan tahun wafatnya Rasulullah Saw, sebagai batas awal perhitungan tarikh dalam Islam.
Walaupun demikian, nampaknya Sayidina Umar r.a. lebih condong kepada pendapat –sayidina Ali karamallâhu wajhah-- yang meng-afdoliah-kan peristiwa hijrah sebagai tonggak terpenting ketimbang event-event lainnya dalam sejarah Islam, pada masalah yang satu ini. Relevan dengan klaim beliau: “Kita membuat penaggalan berdasar pada Hijrah Rasulullah Saw, adalah lebih karena hijrah tersebut merupakan pembeda antara yang hak dengan yang batil.

Yang Unik Dalam Hijriah
Nampaknya, ada sesuatu yang unik dalam kalenderisasi Islam ini. Ketika sejarah mengatakan, bahwa hijrah Nabi terjadi pada bulan Rabiul Awal –bukan pada bulan Muharram--, tapi mengapa pada dataran realita, pilihan jatuh pada bulan Muharram, bukan pada bulan Rabiul Awal, sebagai pinangan pertama bagi awal penanggalan Islam.

Memang, dalam peristiwa hijrah ini Nabi bertolak dari Mekah menuju Madinah pada hari Kamis terakhir dari bulan Safar, dan keluar dari tempat persembunyiannya di Gua Tsur pada awal bulan Rabiul Awal, tepatnya pada hari Senin tanggal 13 September 622.
Hanya saja, Sayidina Umar beserta sahabat-sahabatnya menginginkan bulan Muharram sebagai awal tahun hijriah. Ini lebih karena, beliau memandang di bulan Muharramlah Nabi berazam untuk berhijrah, padanya Rasulullah Saw selesai mengerjakan ibadah haji, juga dikarenakan dia termasuk salah satu dari empat bulan haram dalam Islam yang dilarang Allah untuk berperang di dalamnya. Sehingga Rasulullah pernah menamakannya dengan “Bulan Allah”. sebagaimana sabdanya: “Sebaik-baik puasa selain dari puasa Ramadhan adalah puasa di Bulan Allah, yaitu bulan Muharram”. ( Hadist ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahihya).
Muharram dalam perspektif Islam, merupakan salah satu dari empat bulan haram yang ada dalam Islam (Rajab, Zulka’dah, Zulhijjah dan Muharram). Dalam empat bulan ini, kita dilarang melancarkan peperangan kecuali dalam kondisi darurat yang tidak dapat kita elakan. Firman Allah Swt dalam surah At Taubah ayat 36: “Sesungguhnya jumlah bulan di sisi Allah ada dua belas bulan (yang telah ditetapkan) di dalam kitab Allah ketika menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan yang dihormati. Ketetapan yang demikian itu adalah agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan-bulan yang dihormati itu (dengan melanggar larangan-Nya).
Berdasarkan ayat ini, segala aktifitas kebaikan tidak ada larangannya untuk dilakukan di bulan Muharram. Demikian juga dengan bulan Rajab, Zulka’dah dan Zulhijjah. Hanya maksiat dan kezaliman saja yang dilarang lebih keras oleh Allah Swt pada bulan-bulan tersebut. Adapun aktifitas positif --semacam pernikahan--, dalam perspektif Islam adalah satu aktifitas atau amalan kebajikan, bukan maksiat dan kezaliman. oleh karenanya, tidak ada larangan dalam Islam untuk melangsungkan acara perkawinan di bulan Muharram.
Hijrah juga menggambarkan perjuangan menyelamatkan aqidah, penghargaan atas prestasi kerja, dan optimisme dalam meraih cita-cita. Itulah sebabnya, Fazlur Rahman menyebut peristiwa hijrah sebagai marks of the beginning of Islamic calender and the founding of Islamic Community. Sebagaimana klaim seorang profesor di bidang kultur Indo-Muslim Universitas Harvard, Annemarie Schimmael, menyebut hijrah sebagai tahun (periode) menandai dimulainya era muslim dan era baru menata komunitas muslim.

Di negara kita Indonesia ini yang mayoritas penduduknya adalah beragama islam dan bahkan terbesar di dunia, ketika tahun baru hijriah datang, kita tidak menemkan perayaan yang ramai di lingkungan kita, bahkan terlihat sepi. Hanya segelintir saja, masyarakat yang mengadakan tiblik akbar dalam menyambut tahun baru islam tersebut. Namun, yang mengherankan, ketika tahun baru masehi berganti di kalender kita, banyak kita jumpai masyarakat di negeri ini ramai-ramai merayakan tahun baru tersebut, dan bahkan cukup ramai. Di sana sini, terdengar bunyi terompet, kembang api, sorak gembira terdengar dari orang disekitar kita. Sengat berbeda ketika tahun baru hijriah datang. Inilah yang sangat disayangkan, masayarakat kita tanpa disadari telah termakan oleh budaya asing, sehingga budaya kita sebagai umat islam lambat laun akan terlupakan. Maka kita yang hadir di sini, marilah mengintrokpeksi diri kita di tahun baru hijriah ini, agar kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada sang Khalik lebih baik kedepannya. Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an, “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kalian. ” (Al-Hujurat: 13). Rasulullah Saw juga, besabda, “Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada. Iringilah kejelakan dengan kebaikan, niscaya kebaikan tersebut akan menghapuskannya. Dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik.” (HR. Tirmidzi)
Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada, yakni di tempat di mana pun engkau berada. Engkau tidak hanya bertakwa kepada Allah di tempat yang di sana orang-orang melihatmu saja. Dan tidak hanya bertakwa kepada-Nya di tempat-tempat yang engkau tidak dilihat oleh seorang pun, karena Allah senantiasa melihatmu, di tempat manapun engkau berada.

"Dan katakanlah! Beramallah maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui hal yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS: At-Taubah:105)
Tidak terasa umur kita bertambah satu tahun lagi. Itu berarti jatah hidup kita berkurang dan semakin mendekatkan kita kepada rumah masa depan, kuburan. Pelajaran yang terbaik dari perjalanan waktu ini adalah menyadari sekaligus mengintrospeksi sepak terjang kita selama ini. Kita punya lima hari yang harus kita isi dengan amal baik. Hari pertama, yaitu masa lalu yang telah kita lewati apakah sudah kita isi dengan hal-hal yang dapat memperoleh ridho Allah? Hari kedua, yaitu hari yang sedang kita alami sekarang ini, harus kita gunakan untuk yang bermanfaat baik dunia maupun akhirat. Hari ketiga, hari yang akan datang, kita tidak tahu apakah itu milik kita atau bukan. Hari keempat, yaitu hari kita ditarik oleh malaikat pencabut nyawa menyudahi kehidupan yang fana ini, apakah kita sudah siap dengan amal kita? Hari kelima, yaitu hari perhitungan yang tiada arti lagi nilai kerja atau amal, apakah kita mendapatkan rapor yang baik, dimana tempatnya adalah surga, atau mendapat rapor dengan tangan kiri kita, yang menunjukan nilai buruk tempatnya di neraka. Pada saat itu tidak ada lagi arti penyesalan. Benar sekali kata seorang ulama besar Tabi'in, bernama Hasan Al-Basri, "Wahai manusia sesungguhnya engkau adalah kumpulan hari, setiap hari berkurang, berarti berkurang pula bagaianmu." Umar bin Khatab berkata, "Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab."
Semoga dengan datangnya tahun baru hijriah ini (Muharram) dapat memeberikan satu dorongan kepada kita untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah Swt. Wallahu a'lam bishshowab...

Jumat, 03 Desember 2010

Keindahan dalam Pernikahan

        
Tiba saat untuk berpacaran bagi Anda yang sudah mengucapkan akad. Insyaallah yang ini berpahala, bebas hambatan, sesuai selera dan kesepakatan. Kalau Anda memandang, kelip-kelipan dan menyentuh sedikitpun tak dihalalkan (haram), maka setelah menikah, mau saling melotot, saling kelip-kelipan (sampai cape matanya), saling cekik (sedikit), saling banting sedikit (jangan seperti smack down loh…) atau apapun boleh….
        Bulan Dzulhijjah ini, banyak saya temukan orang yang membuka lembaran baru dalam hidup mereka, memutuskan masa lajang dan menyempurnakan separuh agama mereka. juga ada beberapa teman-teman saya yang telah melangsungkan resepsi pernikahan tersebut, tetapi saya tidak dapat menyaksikan secara langsung pernikahan mereka karena karena tempat jauh (jika diongkosi tranportasi, tentu saya akan datang, hehe….), semoga mereka mendapatkan kebahagiaan dalam membina rumah tangga. Doakan juga saya, agar mendapatkan jodoh, hm... yang sedang-sedang saja, yang penting membuat bahagia, menentramkan hati dan  pintar masak, heheii.... (bukan mempromosikan diri loh...)

        Pernikahan mengepresikan pacaran generasi mulia dalam memaknai ikatan yang suci, abadi dan mengantar ke ketinggian surgawi. Kata ibnu Qayyim, “Setiap kenikmatan yang membantu terwujudnya kenikmatan di hari akhir adalah kenikamatan yang dicintai dan diridhai Allah Swt. Penghadir kenikamatan itu akan merasakan kenikmatan dalam dua segi. Pertama, kenikmatan itu menyampaikan dirinya kepada ridha Allah Swt. Selain itu, akan datang pula kepadanya nikmat-nikmat lain yang lebih sempurna.”
         Di bawah ini beberapa hikmah dalam pernikahan dari sekian banyak hikmah dalam membina rumah tangga yang saya kutip dari buku “Nikmatnya pacaran Setelah Penikah” karangan Kang salim A. Filah. Buku ini bagus bagi Anda yang sudah berumah tangga terutama pengantin baru dalam membina hubungan yang harmonis dengan pasangan. Namun bagi Anda yang belum nikah, buku ini dapat memberikan inspirasi tersendiri bagi Anda dalam memilih pasngan hidup yang terbaik dan juga membuat anda semakin semanagt untuk cepat-cepat membuka lembaran baru, termasuk saya, sieehhhhh…….. (Kang Salim harusnya berterima kasih kepada saya yang mempromosikan bukunya. Hehe….)
Berikut beberapa himah tersebut:
1. Surga hadir di rumah kita.
Kalau ungkapan baiti jannati (rumahku surgaku), benar-benar ingin kita wujudkan, tentu carnya dengan menghadirkan surge ke rumah kita, bagaiman itu? Terkadang surga begitu dekat dengan suatu yang kurang bisa kita nikmati di dunia ini, sedangkan neraka berbaut kelezatan syahwat dan rasa nikmat.
Kini dengan bantuan pasangan suami atau istri, kita mencoba agar luasa hati bertambah, menerima segalanya dengan qana’ah dan sabar. Inilah haisan hidup yang menghadirkan surge ke rumah kita.

2. Penjaga ketaatan
Mungkin saja suatu ketika Anda segera terbangun padahal sedang bermimpi dahi anda dikecup bidadari (bukan wonder women, ha…) dan ketika Anda membuka mata, ‘bidadari’ itus edang memandangi anda sambil mengenakan mukenahnya, “Shalat yuk!!!....”
“Allah merahmati seoarang lelaki yang bangun pada malam hari lalu menunaikan shalat malam (qiyamullail). Dia bangunkan istrinya dan jika istri enggan ia percikkan air ke wajahnya. Dan Allah merahmati seorang wanita yang bagun pada malam hari untuk menunaikan shalat malam. Dia bangunkan suaminya dan jika sang suami enggan, ia percikkan air ke wajahnya.” (HR Abu Dawud, An Nasa’I dan ibnu Majah).
Maka berbahagialah ketika disiram air (maksudnya bukan satu ember), istri anda adalah pengamal sunnah yang uatama.
Jika sebelum nikah, kata ustadz Fuzil Adhim, ruhiyah sulit terjaga dan mata sangat sulit untuk memicing, mudah-mudahan setgelah menikah ada perubahan (lebih bersemangat lagi, jangan mau kalah dengan istgri anda). Dan jika sebelum menikah sudah terbiasa bangun, mudah-mudahan kecantikan istri tidak menjadikan kaki berat untuk melangkah, wah… ini yang gawat, maunya nempel terus sama istri tercinta….., ingat!!! Anda adalah seorang pemimpin yang harus membina istri Anda

3. Menentramkan dan menentramkan jiwa
“tiga kunci kebahagiaan seoarang laki-laki: (1) Istri Shaliha yang jika dipandang membawamu semakin sayang, jika kamu pergi membuatmu merasa aman karena bisa menjaga kehormatan dirinya dan hartamu, (2) kendaraan yang baik yang bisa mengantar kemanapun pergi, (3) Rumah yang lapang, damai dan penuh kasih sayang…” (HR Abu Dawud)
Kalau ketiga hal ini berada di sisi (terutama istri yang shaliha), seolah dunia dan seisinya ada dalam genggaman kita. Istri yang selalau menentramkan, kendaraan yang siap sedia dan tak pernah memberikan keluhan dan rumah tangga yang nyaman tempat melenyapkan segala penat jiwa maupun raga. Tetapi bagaimanapun juga, istri shaliha adalah sebaik-baik perhiasan dunia yang dikaruniakan Allah kepada kita. Seperti lantunan lagu The Fikr;
Perhiasan yang paling indah
Bagi seorang abdi Allah
Itulah ia, wanita shaliha,
Ia menghiasi dunia…..

4. Penjaga dari dosa dan maksiat
Berbahagialah, kata Utz Fauzil Adhim, kalau ternyata suami ternya pulang mendadak lalu menemui istrinya, ia menandakan ia menjaga agama, kehormatan, dan kesetiaan cintanya.
“Sesungguhnya Rasulullah Saw pernah melihat seorang wanita. Maka beliau segera masuk ke kediaman Zainab lalu beliau tumpahkan keinginan beliau kepadanya. Lalu keluar dan bersabda, “wanita jika mengahadap kepadamu, ia dalam rupa syaitan, jika ia membelakangimu ia juga dalam rupa syaitan…. Bila salah seorang diantara kalian melihat seorang wanita yang menarik, hendaklah ia temui istrinya. Karena pada diri istrinya ada hal yang sama dengan yang ada pada wanita itu” (HR At tirmidzi).
Berlari dari yang haram mencari yang halal. Berlari dari dosa menuju pahala.berlari dari hina menuju mulia. Berlari dari tempat maksiat menuju ibadat. Berlari dari syetan yang keji menuju istri yang suci. Bukankan itu semua berarti berlari dari neraka menuju surgawi? Subhanallah, kemanapun kita pulang, kita berharap surge itu selalu hadir ke rumah kita kapan saja dan di bagian rumah yang mana saja.

5. Inspirfasi surgawi
Salah satu ketinggian yang membedakan ikatan suci penikahan Islam dengan yang lain, yang mengangkatnya keketinggian ufuk ukrawi adalah ikatan ini merupakan inspirasi meraih jannah. Ia tak hanya menyatakan manusia dalam keterkaitan kebutuhan biologis, psikologis, ataupun lokgis, tetapi ia mengangkatnya ke ketinggian makna akan kebutuhan masa depan yang lebih baik lagi.
“Ketahuilah cara mu’min memandang masa depan, bahwa kematian bukanlah akhir kehidupan, tetapi pintu menuju masa tunggu dan kehidupan baru. Saat perhitungan amal ditegakkan, lalu pengadilan Allah memutuskan, berita bahagia bagi orang-orang yang beriman, bersama istri mereka digembirakan.
“masuklah ke dalam surga. Kalian dan istri-istri kalian digembirakan” (Az Zuhruf: 70)

6. Pahala Mengalir dosa berjatuhan
Ikatan pernikahan telah menghalalkan apa yang haram, menjadikan apa yang sebelumnya dosa menjadi pahala, dan bahkan menggugurkan dosa dari sela sejamari.
“Sesungguhnya seorang suami yang memandang istrinya dan istrinyapun memandangnya (dengan syahwat), maka Allah akan memandang kedua insan itu dengan pandangan rahmat. Dan saat ia memegang telapak tangan istrinya, maka dosa-dosa kedua insane itu berjatuhan dari sela jemari-jemarinya.” (HR Maisarah bin Ali dan Imam Rafi’I dari Abu Sa’id Al Khudri)

7. Indahnya Malam Zaraf
Apa itu malam zaraf? Malam adalah malam pertema bagi pasangan suami-istri dalam memadu kasih, atau malam pemboyongan istri ke kamar suaminya, atau juga di sebut malam pertama kali mereka bermalam besama.
Yang istimewa di sini adalah sentivitas kondisi yang dialami kedua mempelai. Ini barangkali yang menumbuhkan kenangan yang tak hilang dari memori selama hidup. Bahkan kenangan itu bisa menjadi terapi disaat sempit dalam hidup datang menghampiri.
Syaikh Muh Shalih Al Munajjib memberikan pesan, “Jika engkau merasakan sempit dalam hidupmu, ingatlah malam-malam pernikahanmu.

Itulah beberapa hikmah dari pernikahan yang dapat saya rangkum. Sebenarnya, banyak sekali hikmah yang terkandung di dalam pernikahan, yang jika kita telusuri cukup panjang untuk kita bahas.
Intinya, dalam berumah tangga adalah sarana untuk meningkatkan dan menyempurnakan amaliah ibadah kepada Allah SWT. Rasulullah bersabda, ''Barangsiapa menikah, maka sesungguhnya ia telah menyempurnakan separuh iman, karena itu hendaklah ia bertakwa kepada Allah dalam separuh yang tersisa.'' (HR Thabrani). Sedangkan juga sebagai sarana dakwah, berumah tangga adalah sarana untuk saling mengingatkan dalam kebaikan dan takwa serta berlomba dalam memberikan contoh terbaik.
Dalam berumah tanggapun harus diperhatikan hal-hal yang penting, misalkan hak suami terhadap istri dan sebaliknya hak istri terhadap suami, jika hal ini diperhatikan dengan baik, maka akan terlahir keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahma. Adab-adab dalam rumah tangga sangat panjang untuk dibahas, maka dalam artikel ini tidak di jelaskan tentang adab-adab tersebut.


Kamis, 11 November 2010

Sesungguhnya Sesudah Kesusahan Pasti Ada Kemudahan

Sekilas kulirik kelap-kelip lampu LCD HPku menyala, tapi tak kuangkat dengan segera untuk melihatnya. Biasa, saat aku bekerja aku memilih untuk men-silent-kan semua yang bisa mengganggu konsentrasiku. Walau bekerja dari rumah, tapi aku sangat menghargai hak client-clientku untuk mendapat hasil pekerjaan profesionalku.

Sekilas kulirik kelap-kelip lampu LCD HPku menyala, tapi tak kuangkat dengan segera untuk melihatnya. Biasa, saat aku bekerja aku memilih untuk men-silent-kan semua yang bisa mengganggu konsentrasiku. Walau bekerja dari rumah, tapi aku sangat menghargai hak client-clientku untuk mendapat hasil pekerjaan profesionalku.

Sepuluh menit berlalu, saat mengambil minum, aku segera sadar tentang HPku tadi. Kulihat sebuah sms masuk dari no. yang tidak aku kenal.
"Wah mbak Yuli masuk SM hr ini dg bisnis VA, sukses slalu tuk mba Yuli."
Isi dan no. sms itu sungguh menggelitikku. Yang pertama aku lupa (atau memang belum) men-save no. itu, yang kedua karena aku belum membaca koran hari ini.

Buru-buru kucari koran Suara Merdeka. Benar saja, ternyata memang benar ada sebuah artikel tentangku dengan bisnis Virtual Assistant yang hampir 2 tahunan ini kugeluti terpampang di halaman probisnis harian tersebut edisi hari ini (pssstt... salah satu photo dari FBku juga ikutan nampang lho!).
Pelan-pelan kubaca isinya, kuhayati pelan-pelan seperti halnya ketika kunikmati silverqueen kesukaanku.
Tak terasa dua titik air mengembang di pelupuk mataku, ahhh... kenapa bikin terharu gini yaaaa...

Teringat perjuanganku saat-saat itu. Saat ujian besar melanda keluargaku, Allah memberi pencerahan tentang VA ini. Sampai akhirnya aku larut dan semakin cair dalam dunia virtual.
Juga terbayang perjuanganku menempa diri, dari orang yang bahasa inggrisnya sebatas pasif, yang dengan terbata-bata karena keterbatasan ini mesti bersusah payah mencerna pelajaran tentang VA dari forum-forum dan website yang rata-rata berbahasa londho... sampailah aku disini, di hari ini, di titik ini.
Allah tidak pernah tidur, dan Allah Maha Menepati Janji.

Setahun lalu kulepas sebuah karir dengan gaji bagus di VICO Indonesia. Saat itu, setelah berkali-kali diminta mempertimbangkan keputusanku, suatu kali aku dengan sangat pede berkata pada Manager ICT VICO Indonesia yang sudah kuanggap seperti bapak sendiri: "Saya yakin kalau memang ada rejeki saya, pasti Allah akan mencurahkan penggantinya dari tempat lain".
Sungguh, memang bukan karena karir jelek atau lingkungan kerja. VICO Indonesia menawarkan semua yang menarik dari dunia kerja untuk seorang Yuli Rosiana yang bukan apa-apa ini. Keputusan meninggalkan kantorwaktu itu adalah untuk lebih fokus menata diri juga mengurus keluarga.

Kembali dengan penglihatan terpendar kubaca artikel itu, saat itu terdengar adzan dzuhur dari speaker musholla dekat rumah mengingatkanku pada kekuasaan Allah.
Suasana haru ditambah suara adzan itu membuat semacam nuansa mistis penuh syahdu dalam hati ini.
Merasa begitu besar karunia Allah dan betapa rendahnya diri ini, kusujudkan kepala dan hatiku. Saat itu genangan air sudah membuncah dan langsung memburai keluar dari kedua mataku.

Allahu Akbar!
Terima kasih ya Allah atas semua karunia, kemudahan dan juga pertolongan yang telah Engkau curahkan untukku dan keluargaku.
Terima kasih telah membimbing Mbak Hartati, sang wartawati SM sehingga beliau sudi membuat dan memuat cerita tentangku dan VA.
Terima kasih ya Allah, untuk semuanya.


Semarang, 11 Nov '10

PS. versi cetak artikel itu bisa dilihat disini: http://mcetak.suaramerdeka.com/PUBLICATIONS/SM/SM/2010/11/11/ArticleHtmls/ENTREPRENEUR-Asisten-Virtual-Pintar-Menangkap-Peluang-11112010109017.shtml?Mode=1

Rabu, 27 Oktober 2010

Kisah sekawan ikan

Ada dua ekor ikan yang sangat bersahabat, merefka hidup di kolam yang sangat indah. Sebut saja picku dan pikka, usia mereka tergolong ABG-lah kalau ukuran manusia.
Suatu ketika mereka mengobrol berdua, Pichu menumpahkan isi hatinya, “Pikka, bosan amat ya hidup kayak gini? Tiap hari kerjaan kita Cuma tidur-bangun, berenang, cari makan, bête ah… “Gue juga bête Pic,” jawab Pikka.

Singkat cerita, ada seorang pemancing yang mengobrol dengan temannya dan didengar oleh Pikka. Kesimpulannya adalah pemancing itu bosan dengan kehidupannya dan dia menyimpulkan bahwa air adalah sumber kehipan dan kebahagiaan.


Sambil berteriak kegirangan bak mendapat ilham dari langit, Pikka berkata, “Pichu!! di mana kamu? Aku dapat kabar gembira nih, aku dengar manusia juga bosan dengan kehidupannya, kata mereka air adalah sumber kehidupan dan kebahagiaan. Sekarang ayo kita cari di mana air itu berada!!

N ah… bingung kan??? Nagapain coba ikan ikut-ikutan cari air, padahal rumahnya sendiri adalah air, tiap waktu bersama dengan air. Kenapa semua ini terjadi? Karena kedua ikan tadi tidak mengarti siapa dirinya dan di mana dia tinggal.

Kadang kita hidup seperti ikan yang mencari air, tidak mengerti diri kita sendiri, tidak mengetahui di mana sebenarnya kita tinggal dan untuk apa hidup di dunia ini. Sebenarnya kita mencari kebahagiaan di luar diri kita, lupa bahwa bahagia itu kebahagaiaan itu bukan terdapat di luar, melainkan terdapat di dalam diri kita sendiri yaitu di dalam hati kita.

Minggu, 24 Oktober 2010

10 Kebiasaan yang Dapat Merusak Otak

1. Tidak sarapan pagi
Mereka yang tidak menyempatkan diri untuk sarapan memiliki kadar gula yang rendah yang mengakibatkan kurangnya suplai nutrisi ke otak.

2. Makan tegrlalau banyak
Terlalu banyak makan, apalagi yang kadar lemaknya tinggi, dapat mengakibatkan pembuluh darah otak mengeras karena menilbulakan lemak pada dinding dalam pembuluh darah. Hal ini mengakibatkan kemampuan kinerja otak menurun.

3. Merokok
Zat dalam rokok yang terisap, akan mengakibatkan penyusutan otgak secara cepat serta dapat mengakibatkan penyakit Alzheimer.


4. Mengosumsi gula terlalu banyak
Komsumsi gula tegrlalu banyak akan mengakibatkan terganggunya penyerapan protegin dan nutrisi sehingga terjadi ketidak seimbangan gizi yang kan mengganggu perkembangan otak.

5. Polusi udara
Otgak adalah komsumen ogsigen terbesar dalam tubuh manusia, menghirup udara yang berfolusi menurunkan suplei ogsigen ke otak sehinngga dapat menurunkan efesiensi otak.

6. Kurang tidur
Otak perlu tidur untuk istirahat dan memulihkan kemampuannya. Kurang tidur dalam jangka waktu yang lama akan mempercepat kerusakan otak.

7. Menutup kepala saat tidur
Kebiasaan tidur dengan menutup kepala meningkatkan konsentrafsi zat karbondioksida dan menurunkan konsentrasi dengan yang dapat menimbulkan efek kerusakan pada otak.

8. Menggunakan pikiaran saat sakit
Berkerja terlalu keras atau memaksakan untuk mengguanakn pikiran kita saat sedang sakit dapat menyebabkan kekurangan efektifitas otak serta dapat merusak otak.

9. Kurang menstimulasi otak
Berfikir adalah cara yang paling tepat untuk melatih otak. Kurangnya stimulasi pada otak dapat menyebabkan pengkerutan pada otak kita.

10. Jarang berkomunikasi
Komunikasi diperlukan sebagai salah satu sarana memacu kemampuan kerja otak. Berkomunikasi secara intelektual dapat memicu efesiensi otak. Jarangnya berkomunikasi akan menyebabkan kemampuan intelektual otak jadi kurang terlatih.

Jumat, 22 Oktober 2010

Manusia itu Istimewa

Buktinya.....

1. Mata :bisa membedakan hingga 10 juta warna
2. Pembuluh darah :jika disambungkan bisa meliput 100.000 km
3. Otot :Kalau digabungkan bisa menarik beban seberat 25 ton dan 750 otot bergerak setiap hari
4. Jantung : dalam 24 jam berdenyut sebanyak 103.609 kali
5. Darah : menempuh perjalanan sejauh 168.000.000 mil
6. Pernapasan : Berlangsung sebanyak 23.040 kali dam menghirup udara sebanyak 483 m3
7. Lambung : menelan 2 kg makanan dan minuman 3 liter air
8. Mulut : berbicara sebanyak 21.000 kata
9. Kuku : tumbuh sepanjang 0,00012 cm
10. Rambut : tumbuh 0,9 cm
11. Otak : mengandung 1 triliun sel otak, masing-masing sel otak memiliki kemampuan komputasi yang bagus melebihi dari sebuah PC terbaik.


Subhanallah.....
ternyata kita adalah mahkluk yang sangat istimewa yang diciptakan oleh Allah SWT, begitu banyak nikmat-Nya yang diberikan kepada kita yang terkadang kita lupakan, maka marilah kita memperbanyak bersyukur kepada-Nya.

Kamis, 05 Agustus 2010

Hikmah Ramadhan

Ada banyak hikmah yang dapat diperoleh di bulan Ramadhan, salah satunya adalah berlipatgandanya amalan kebaikan, Inilah janji pahala yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebutkan,
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا
“Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.” (HR. Tirmidzi no. 807, Ibnu Majah no. 1746, dan Ahmad 5/192, dari Zaid bin Kholid Al Juhani. At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.)


Al Munawi rahimahullah menjelaskan bahwa memberi makan buka puasa di sini boleh jadi dengan makan malam, atau dengan kurma. Jika tidak bisa dengan itu, maka bisa pula dengan seteguk air.[ Faidul Qodhir, 6/243.]

Juga Utama di bulan karena adanya Lailatul Qadar yaitu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Bahkan di akhir Ramadhan, orang yang berpuasa akan mendapatkan bonus pahala, sebagaimana hadist yang menyebutkan,
Dari sahabat Jabir bin Abdullah, bahwa Rasulullah Saw bersabda, ”Pada bulan Ramadhan, umatku diberikan lima perkara yang tidak diberikan kepada seorang Nabi pun sebelumnya. Pertama, bila datang awal bulan Ramadhan, Allah Azza wajalla melihat mereka dan barang siapa di lihat oleh Allah Swt, maka dia tidak akan mendapatkan azzab selamanya. Kedua, bau mulut mereka di sore hari (saat puasa) lebih harum disisi Allah daripada aroma minyak kasturi. Ketiga, para Malaikat memohonkan ampun untuk mereka siang dan malam. Keempat, Allah Azza wajalla telah menyuruh Surga, Dia berfirman kepada Surga-Nya, “Bersiap-siaplah dan berhiaslah untuk hamba-hambaku. Sudah dekat waktunya mereka (hamba-hambaku) itu beristirahat dari kesusahan dunia menuju rumah dan rahmat-Ku.” Kelima, bila telah tiba akhir malam (Ramadhan), Allah Swt mengampuni dosa mereka semua. Seorang sahabat bertanya, “apakah itu yang di maksud Lailatul Qadar (malam keagungan)?”. Rasulullah Saw menjawab, “Lain! Tidaklah kamu melihat para pegawai (buruh). Bukankah jika telah rampung pekerjaannya, mereka disempurnakan gajinya (mendapat bonus).” HR. Baihaqi.

Hikmah lainnya dari berpuasa di bulan Ramadhan;
1. dapat belajar mengendalikan diri, baik dari makanan dan hawa nafsu yang hina,
2. dapat melatih kejujuran dan menjaga amanat. Karena saat puasa, tidak ada yang mengetahui, kecuali Allah Swt bahwa seorang itu berpuasa atau pura-pura berpuasa.
3. dapat merasakan penderitaan fakir miskin. Dengan demikian makan dan minum, maka bis langsung merasakan dan berempati langsung terhadap penderiataan (kelaparan) kaum dhuafa’ dan
4. dapat berfikir dewasa dan jernih. Karena dengan perut kosong, maka bias membuat pikiran seseorang menjadi jernih, tajam, rasional, cepat lagi tangkap merespon suatu hal, sebagaimama tutur Lukman Hakim kepada anaknya, “Wahai anakku! Jika perutmu penuh, maka pikiramu akan mati dan anggota tubuh pun aka malas beribadah.”

Semoga Allah Swt memuhkan dan mengutkan kita dalam berpuasa Ramadhan yang sebentar lagi akan bersama-saman dengan kita, dan Semoga amalan pausa kita menjadi amalan kebaikan disisi-Nya. Amin…. Wallahu a’alam.

Senin, 19 Juli 2010

Cantik dengan Jeruk Nipis dan Tomat ??

Tadi sore saya  membuka sebuah majalah, dan menemukan artikel yang cukup menarik tentang kesehatan kulit. Yaa... untuk bagi-bagi informasi, saya postingkan ke blog ini. Bagi-bagi informasi untuk kebaikan insya Allah dapat pahala.
Allah Swt menciptakan segala apa yang ada di permukaan bumi ini tidak ada yang sia-sia, tergantung kita menyikapi dan memandang. 

Tentu semua wanita ingin memiliki kulit yang cantik, bahkan rela mengeluarkan uang yang besar untuk mempercantik diri mereka. Tidak jarang seorang perempuan memiliki aneka ragam pembersih kulit di kamar mereka (bukan sebagai koleksi loh... hehe...) tapi untuk mempercantuk kulit mereka. Tapi tampil cantik tidak selalu harus mengeluarkan biaya yang banyak, cukup dengan bahan alami dan murah meria tanpa harus mengocek katong dalam-dalam. Anda tahu buah yang bernama jeruk nipis atau buah tomat, hem... tentu yang doyan ke dapur pasti sering menemukan dua buah tersebut. Selain kedua buah itu sebagai bahan masakan, ternyata kedunya memilki khasiat untuk mempercantik kulit.

Jeruk Nipis

Jeruk Nipis terkenal untuk menghilangkan bau amis atau lainnya, Namun sebenarnya jeruk nipis juga banyak manfaat untuk kecantikan dan kesehatan kulit.
Air yang berasal dari buah ini sanggup membuat pori-pori mengecil  dan menghilangkan kelebihan lemak pada jenis kulit yang berminyak.
Cara Penggunaan: Ambil daging jeruk nipis, lalu oleskan pada kulit wajah, terutama pada tempat yang pori-porinya terlihat besar, yaitu di sekitar hidung dan pipi.

Tomat
 Setiap hari ketika kita makan sambel, tentu bahannya tidak lepas dari tomat (kecuali sambel tanpa tomat. hehe....). Tapi ada satu cara mengkomsumsi tomat agar membuat kulit anda Cantik alami, yaitu di makan dengan mentah begitu saja (bukan dijadiakn sambel loh...) atau bisa juga dijadikan jus tapi tanpa campuran apapun dan dijadikan sebagai makanan penutup. Beberapa khasiat dari buah tomat bagi kulit yaitu untuk kesehatan, kesegaran serta membuat kulit selalu dalam kondisi perima.
Cara manjur untuk mengkomsumsi:
1. Sebelum mengkomsumsi, pastikan buah tersebut sudah bersih
2. Baca Basmalah dengan penuh keyakinan ketika kendak memakannya
3. Yakinlah bahwa Allah lah yang telah memberikan kesehatan kepada kulit Anda

Senin, 05 Juli 2010

Kumpulan Kata-kata Hikmah


• Orang kuat bukanlah orang yang mampu menundukkan lawan dalam petempuran. Orang kuat sebenarnya adalah seseorang yang sanggup mengendalikan dirinya pada saat dia marah. *Muhammad SAW

• Gelombang lautan yang dahsyat sekalipun tidak mampu menggerakkan air yang dalam sebagaimana cobaan dan tekanan tidak mampu menggoyahkan kehiudpan orang beriman yang mendalam. * William James


• Sabar seperi namanya, pahait rasanya tetapi akibatnyalebih manis daipada madu. *Syair

• Jilbab adalah keberanian ditengah hari-hari yang sengat menakutkan, Jilbab adalah percikan cahaya cahaya ditengah kegelapan yang gelap gulita, Jilbab adalah kelembutan ditengah kekasaran, dan jilbab adalah kebersahajaan ditengah kemunafikan. *Syair

• Seungguhnya, kunci kebahagiaan seseorangbermuara pada pengekangan nafsunya, sedangkan kesengsaraan karena ia dikuasai nafsunya. *Hikmah

• Kebahagiaan Anda tumbuh berkembang manakala Anda membantu orang lain. Namun bila Anda tidak membantu sesame, kebahagiaan akan layu dan mongering. Kebahagiaan bagaikan sebuah tanaman, harus disirami setiap hari dengan sikap dan tindakan memberi. * J. Donald Walter

• Keberhasilan tidak diukur dengan apa yang telah Anda raih, namun kegagalan yang telah Anda hadapi, dan keberanian yang membuat Anda tetap berjuang melawan rintangan yang dating berubi-tubi.*Oison Swett Marden

• Urusan kita dalam hidup ini bukanlah untuk mendahului orang lain, tetapi untuk melampaui diri kita sendiri, untuk memecahkan rekor kita sendiri, dan untuk melampaui hari kemarin dengan hari ini. *Stuar B. Johnson

• Karena manusia cinta akan dirinya, tersembunyilah baginya aib dirinya, tidak kelihatan olehnya walaupun nyata. Kecil dipandangnya walau betapapun besarnya. *Janius At-Thabib

• Orang yang melontarkan keritik bagi kita pada hakekatnya adalah pengawal jiwa kita, yang bekerja tanpa bayaran. *Corrie Ten Boom

Sabtu, 03 Juli 2010

Salman Al-Farisi

( Pencari Kebenaran )

Dari Persi datangnya pahlawan kali ini. Dan dari Persi pula Agama Islam nanti dianut oleh orang-orang Mu'min yang tidak sedikit jumlahnya, dari kalangan mereka muncul pribadi-pribadi istimewa yang tiada taranya, baik dalam bidang kedalam ilmu pengetahuan dan ilmuan dan keagamaan, maupun keduniaan.

Dan memang, salah satu dari keistimewaan dan kebesaran al-Islam ialah, setiap ia memasuki suatu negeri dari negeri-negeri Allah, maka dengan keajaiban luar biasa dibangkitkannya setiap keahlian, digerakkannya segala kemampuan serta digalinya bakat-bakat terpendam dari warga dan penduduk negeri itu, hingga bermunculanlah filosof-filosof Islam, dokter-dokter Islam, ahli-ahli falak Islam, ahli-ahli fiqih Islam, ahli-ahli ilmu pasti Islam dan penemu-penemu mutiara Islam .


Ternyata bahwa pentolan-pentolan itu berasal dari setiap penjuru dan muncul dari setiap bangsa, hingga masa-masa pertama perkembangan Islam penuh dengan tokoh-tokoh luar biasa dalam segala lapangan, baik cita maupun karsa, yang berlainan tanah air dan suku bangsanya, tetapi satu Agama. Dan perkembangan yang penuh berkah dari Agama ini telah lebih dulu dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, bahkan beliau telah menerima janji yang benar dari Tuhannya Yang Maha Besar lagi Maha Mengetahui. Pada suatu hari diangkatlah baginya jarak pemisah dari tempat dan waktu, hingga disaksikannyalah dengan mata kepala panji-panji Islam berkibar di kota-kota di muka bumi, serta di istana dan mahligai-mahligai para penduduknya.

Salman radhiyallahu 'anhu sendiri turut menvaksikan hal tersebut, karena ia memang terlibat dan mempunyai hubungan erat dengan kejadian itu. Peristiwa itu terjadi waktu perang Khandaq, yaitu pada tahun kelima Hijrah. Beberapa orang pemuka Yahudi pergi ke Mekah menghasut orang-orang musyrik dan golongan-golongan kuffar agar bersekutu menghadapi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan Kaum Muslimin, serta mereka berjanji akan memberikan bantuan dalam perang penentuan vang akan menumbangkan serta mencabut urat akar Agama baru ini.

Siasat dan taktik perang pun diaturlah secara licik, bahwa tentara Quraisy dan Ghathfan akan menyerang kota Madinah dari luar, sementara Bani Quraidlah (Yahudi) akan menyerang-nya dari dalam -- yaitu dari belakang barisan Kaum Muslimim sehingga mereka akan terjepit dari dua arah, karenanya mereka akan hancur lumat dan hanya tinggal nama belaka.

Demikianlah pada suatu hari Kaum Muslimin tiba-tiba melihat datangnya pasukan tentara yang besar mendekati kota Madinah, membawa perbekalan banyak dan persenjataan lengkap untuk menghancurkan. Kaum Muslimin panik dan mereka bagaikan kehilangan akal melihat hal yang tidak diduga-duga itu. Keadaan mereka dilukiskan oleh al-Quran sebagai berikut:

Ketika mereka datang dari sebelah atas dan dari arah bawahmu, dan tatkala pandangan matamu telah berputar liar, seolah-olah hatimu telah nakh sampai kerongkongan, dan kamu menaruh sangkaan yang bukan-bukan terhadap Allah. (Q.S. 33 al-Ahzab:l0)

Dua puluh empat ribu orang prajurit di bawah pimpinan Abu Sufyan dan Uyainah bin Hishn menghampiri kota Madinah dengan maksud hendak mengepung dan melepaskan pukulan menentukan yang akan menghabisi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, Agama serta para shahabatnya.

Pasukan tentara ini tidak saja terdiri dari orang-orang Quraisy, tetapi juga dari berbagai kabilah atau suku yang menganggap Islam sebagai lawan yang membahayakan mereka. Dan peristiwa ini merupakan percobaan akhir dan menentukan dari fihak musuh-musuh Islam, baik dari perorangan, maupun dari suku dan golongan.

Kaum Muslimin menginsafi keadaan mereka yang gawat ini, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam-pun mengumpulkan para shahabatnya untuk bermusyawarah. Dan tentu saja mereka semua setuju untuk bertahan dan mengangkat senjata, tetapi apa yang harus mereka lakukan untuk bertahan itu?

Ketika itulah tampil seorang yang tinggi jangkung dan berambut lebat, seorang yang disayangi dan amat dihormati oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam Itulah dia Salman al-Farisi radhiyallahu 'anhu!' Dari tempat ketinggian ia melayangkan pandang meninjau sekitar Madinah, dan sebagai telah dikenalnya juga didapatinya kota itu di lingkung gunung dan bukit-bukit batu yang tak ubah bagai benteng juga layaknya. Hanya di sana terdapat pula daerah terbuka, luas dan terbentang panjang, hingga dengan mudah akan dapat diserbu musuh untuk memasuki benteng pertahanan.

Di negerinya Persi, Salman radhiyallahu 'anhu telah mempunyai pengalaman luas tentang teknik dan sarana perang, begitu pun tentang siasat dan liku-likunya. Maka tampillah ia mengajukan suatu usul kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yaitu suatu rencana yang belum pernah dikenal oleh orang-orang Arab dalam peperangan mereka selama ini. Rencana itu berupa penggalian khandaq atau parit perlindungan sepanjang daerah terbuka keliling kota.

Dan hanya Allah yang lebih mengetahui apa yang akan dialami Kaum Muslimin dalam peperangan itu seandainya mereka tidak menggali parit atau usul Salman radhiyallahu 'anhu tersebut.

Demi Quraisy menyaksikan parit terbentang di hadapannya, mereka merasa terpukul melihat hal yang tidak disangka-sangka itu, hingga tidak kurang sebulan lamanya kekuatan mereka bagai terpaku di kemah-kemah karena tidak berdaya menerobos kota.

Dan akhirnya pada suatu malam Allah Ta'ala mengirim angin topan yang menerbangkan kemah-kemah dan memporak-porandakan tentara mereka. Abu Sufyan pun menyerukan kepada anak buahnya agar kembali pulang ke kampung mereka ... dalam keadaan kecewa dan berputus asa serta menderita kekalahan pahit ...

Sewaktu menggali parit, Salman radhiyallahu 'anhu tidak ketinggalan bekerja bersama Kaum Muslimin yang sibuk menggali tanah. Juga Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ikut membawa tembilang dan membelah batu. Kebetulan di tempat penggalian Salman radhiyallahu 'anhu bersama kawan-kawannya, tembilang mereka terbentur pada sebuah batu besar.

Salman radhiyallahu 'anhu seorang yang berperawakan kukuh dan bertenaga besar. Sekali ayun dari lengannya yang kuat akan dapat membelah batu dan memecahnya menjadi pecahan-pecahan kecil. Tetapi menghadapi batu besar ini ia tak berdaya, sedang bantuan dari teman-temannya hanya menghasilkan kegagalan belaka.

Salman radhiyallahu 'anhu pergi mendapatkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan minta idzin mengalihkan jalur parit dari garis semula, untuk menghindari batu besar yang tak tergoyahkan itu. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun pergi bersama Salman radhiyallahu 'anhu untuk melihat sendiri keadaan tempat dan batu besar tadi. Dan setelah menyaksikannya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam meminta sebuah tembilang dan menyuruh para shahabat mundur dan menghindarkan diri dari pecahan-pecahan batu itu nanti....

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lalu membaca basmalah dan mengangkat kedua tangannya yang mulia yang sedang memegang erat tembilang itu, dan dengan sekuat tenaga dihunjamkannya ke batu besar itu. Kiranya batu itu terbelah dan dari celah belahannya yang besar keluar lambaian api yang tinggi dan menerangi. "Saya lihat lambaian api itu menerangi pinggiran kota Madinah", kata Salman radhiyallahu 'anhu, sementara Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengucapkan takbir, sabdanya:

Allah Maha Besar! Ahu telah dikaruniai hunci-kunci istana negeri Persi, dan dari lambaian api tadi nampak olehku dengan nyata istana-istana kerajaan Hirah begitu pun kota-kota maharaja Persi dan bahwa ummatku akan menguasai semua itu.

Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengangkat tembilang itu kembali dan memukulkannya ke batu untuk kedua kalinya. Maka tampaklah seperti semula tadi. Pecahan batu besar itu menyemburkan lambaian api yang tinggi dan menerangi, sementara Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertakbir sabdanya:

Allah Maha Besar! Ahu telah dikaruniai kunci-kunci negeri Romawi, dan tampak nyata olehku istana-istana merahnya, dan bahwa ummatku akan menguasainya.

Kemudian dipukulkannya untuk ketiga kali, dan batu besar itu pun menyerah pecah berderai, sementara sinar yang terpancar daripadanya amat nyala dan terang temarang. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun mengucapkan la ilaha illallah diikuti dengan gemuruh oleh kaum Muslimin. Lalu diceritakanlah oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bahwa beliau sekarang melihat istana-istana dan mahligai-mahligai di Syria maupun Shan'a, begitu pun di daerah-daerah lain yang suatu ketika nanti akan berada di bawah naungan bendera Allah yang berkibar. Maka dengan keimanan penuh Kaum Muslimin pun serentak berseru:
Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya .... Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya.

Salman radhiyallahu 'anhu adalah orang yang mengajukan saran untuk membuat parit. Dan dia pulalah penemu batu yang telah memancarkan rahasia-rahasia dan ramalan-ramalan ghaib, yakni ketika ia meminta tolong kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam Ia berdiri di samping Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyaksikan cahaya dan mendengar berita gembira itu. Dan dia masih hidup ketika ramalan itu menjadi kenyataan, dilihat bahkan dialami dan dirasakannya sendiri. Dilihatnya kota-kota di Persi dan Romawi, dan dilihatnya mahligai istana di Shan'a, di Mesir, di Syria dan di Irak. Pendeknya disaksikan dengan mata kepalanya bahwa seluruh permukaan bumi seakan berguncang keras, karena seruan mempesona penuh berkah yang berkumandang dari puncak menara-menara tinggi di setiap pelosok, memancarkan sinar hidayah Allah ....Nah, itulah dia sedang duduk di bawah naungan sebatang pohon yang rindang berdaun rimbun, di muka rumahnya di kota Madain; sedang menceriterakan kepada shahabat-shahabatnya perjuangan berat yang dialaminya demi mencari kebenaran, dan mengisahkan kepada mereka bagaimana ia meninggalkan agama nenek moyangnya bangsa Persi, masuk ke dalam agama Nashrani dan dari sana pindah ke dalam Agama Islam. Betapa ia telah meninggalkan kekayaan berlimpah dari orang tuanya dan menjatuhkan dirinya ke dalam lembah kemiskinan demi kebebasan fikiran dan jiwanya .. .! Betapa ia dijual di pasar budak dalam mencari kebenaran itu, bagaimana ia berjumpa dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan iman kepadanya ...!

Marilah kita dekati majlisnya yang mulia dan kita dengarkan kisah menakjubkan yang diceriterakannya!
"Aku berasal dari Isfahan, warga suatu desa yang bernama "Ji". Bapakku seorang bupati di daerah itu, dan aku merupakan makhluq Allah yang paling disayanginya. Aku membaktikan diri dalam agama majusi, hingga diserahi tugas sebagai penjaga api yang bertanggung jawab atas nyalanya dan tidak membiarkannya padam.

Bapakku memiliki sebidang tanah, dan pada suatu hari aku disuruhnya ke sana. Dalam perjalanan ke tempat tujuan, aku lewat di sebuah gereja milik kaum Nashrani. Kudengar mereka sedang sembahyang, maka aku masuk ke dalam untuk melihat apa yang mereka lakukan. Aku kagum melihat cara mereka sembahyang, dan kataku dalam hati: "Ini lebih baik dari apa yang aku anut selama ini!" Aku tidak beranjak dari tempat itu sampai matahari terbenam, dan tidak jadi pergi ke tanah milik bapakku serta tidak pula kembali pulang, hingga bapak mengirim orang untuk menyusulku.

Karena agama mereka menarik perhatianku, kutanyakan kepada orang-orang Nashrani dari mana asal-usul agama mereka. "Dari Syria",ujar mereka.

Ketika telah berada di hadapan bapakku, kukatakan kepadanya: "Aku lewat pada suatu kaum yang sedang melakukan upacara sembahyang di gereja. Upacara mereka amat mengagumkanku. Kulihat pula agama mereka lebih baik dari agama kita". Kami pun bersoal-jawab melakukan diskusi dengan bapakku dan berakhir dengan dirantainya kakiku dan dipenjarakannya diriku ....

Kepada orang-orang Nashrani kukirim berita bahwa aku telah menganut agama mereka. Kuminta pula agar bila datang rombongan dari Syria, supaya aku diberi tahu sebelum mereka kembali, karena aku akan ikut bersama mereka ke sana. Permintaanku itu mereka kabulkan, maka kuputuskan rantai. Lalu meloloskan diri dari penjara dan menggabungkan diri kepada rombongan itu menuju Syria.

Sesampainya di sana kutanyakan seorang ahli dalam agama itu, dijawabnya bahwa ia adalah uskup pemilik gereja. Maka datanglah aku kepadanya, kuceriterakan keadaanku. Akhirnya tinggallah aku bersamanya sebagai pelayan, melaksanakan ajaran mereka dan belajar, Sayang uskup ini seorang yang tidak baik beragamanya, karena dikumpulkannya sedekah dari orang-orang dengan alasan untuk dibagikan, ternyata disimpan untuk dirinya pribadi. Kemudian uskup itu wafat ....dan mereka mengangkat orang lain sebagai gantinya. Dan kulihat tak seorang pun yang lebih baik beragamanya dari uskup baru ini. Aku pun mencintainya demikian rupa, sehingga hatiku merasa tak seorang pun yang lebih kucintai sebelum itu dari padanya.

Dan tatkala ajalnya telah dekat, tanyaku padanya: "Sebagai anda maklumi, telah dekat saat berlakunya taqdir Allah atas diri anda. Maka apakah yang harus kuperbuat, dan siapakah sebaiknya yang harus kuhubungi. "Anakku!", ujamya: "tak seorang pun menurut pengetahuanku yang sama langkahnya dengan aku, kecuali seorang pemimpin yang tinggal di Mosul".

Lalu tatkala ia wafat aku pun berangkat ke Mosul dan menghubungi pendeta yang disebutkannya itu. Kuceriterakan kepadanya pesan dari uskup tadi dan aku tinggal bersamanya selama waktu yang dikehendaki Allah.

Kemudian tatkala ajalnya telah dekat pula, kutanyakan kepadanya siapa yang harus kuturuti. Ditunjukkannyalah orang shalih yang tinggal di Nasibin. Aku datang kepadanya dan ku ceriterakan perihalku, lalu tinggal bersamanya selama waktu yang dikehendaki Allah pula.

Tatkala ia hendak meninggal, kubertanya pula kepadanya. Maka disuruhnya aku menghubungi seorang pemimpin yang tinggal di 'Amuria, suatu kota yang termasuk wilayah Romawi.

Aku berangkat ke sana dan tinggal bersamanya, sedang sebagai bekal hidup aku berternak sapi dan kambing beberapa ekor banyaknya.

Kemudian dekatlah pula ajalnya dan kutanyakan padanya kepada siapa aku dipercayakannya. Ujarnya: "Anakku.' Tak seorang pun yang kukenal serupa dengan kita keadaannya dan dapat kupercayakan engkau padanya. Tetapi sekarang telah dekat datangnya masa kebangkitan seorang Nabi yang mengikuti agama Ibrahim secara murni. la nanti akan hijrah he suatu tempat yang ditumbuhi kurma dan terletak di antara dua bidang tanah berbatu-batu hitam. Seandainya kamu dapat pergi ke sana, temuilah dia, la mempunyai tanda-tanda yang jelas dan gamblang: ia tidak mau makan shadaqah, sebaliknya bersedia menerima hadiah dan di pundaknya ada cap kenabian yang bila kau melihatnya, segeralah kau mengenalinya':

Kebetulan pada suatu hari lewatlah suatu rombongan berkendaraan, lalu kutanyakan dari mana mereka datang. Tahulah aku bahwa mereka dari jazirah Arab, maka kataku kepada mereka: "Maukah kalian membawaku ke negeri kalian, dan sebagai imbalannya kuberikan kepada kalian sapi-sapi dan kambing-kambingku ini?" "Baiklah", ujar mereka.

Demikianlah mereka membawaku serta dalam perjalanan hingga sampai di suatu negeri yang bernama Wadil Qura. Di sana aku mengalami penganiayaan, mereka menjualku kepada seorang yahudi. Ketika tampak olehku banyak pohon kurma, aku berharap kiranya negeri ini yang disebutkan pendeta kepadaku dulu, yakni yang akan menjadi tempat hijrah Nabi yang ditunggu. Ternyata dugaanku meleset.

Mulai saat itu aku tinggal bersama orang yang membeliku, hingga pada suatu hari datang seorang yahudi Bani Quraizhah yang membeliku pula daripadanya. Aku dibawanya ke Madinah, dan demi Allah baru saja kulihat negeri itu, aku pun yakin itulah negeri yang disebutkan dulu.

Aku tinggal bersama yahudi itu dan bekerja di perkebunan kurma milik Bani Quraizhah, hingga datang saat dibangkitkannya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang datang ke Madinah dan singgah pada Bani 'Amar bin 'Auf di Quba.

Pada suatu hari, ketika aku berada di puncak pohon kurma sedang majikanku lagi duduk di bawahnya, tiba-tiba datang seorang yahudi saudara sepupunya yang mengatakan padanya:

"Bani Qilah celaka! Mereka berkerumun mengelilingi seorang laki-laki di Quba yang datang dari Mekah dan mengaku sebagai Nabi Demi Allah, baru saja ia mengucapkan kata-kata itu, tubuhku-pun bergetar keras hingga pohon kurma itu bagai bergoncang dan hampir saja aku jatuh menimpa majikanku. Aku segera turun dan kataku kepada orang tadi: "Apa kata anda?" Ada berita apakah?" Majikanku mengangkat tangan lalu meninjuku sekuatnya, serta bentaknya: "Apa urusanmu dengan ini, ayoh kembali ke pekerjaanmu!" Maka aku pun kembalilah bekerja ...

Setelah hari petang, kukumpulkan segala yang ada padaku, lalu keluar dan pergi menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di Quba. Aku masuk kepadanya ketika beliau sedang duduk bersama beberapa orang anggota rombongan. Lalu kataku kepadanya: "Tuan-tuan adalah perantau yang sedang dalam kebutuhan. Kebetulan aku mempunyai persediaan makanan yang telah kujanjikan untuk sedeqah. Dan setelah mendengar keadaan tuan-tuan, maka menurut hematku, tuan-tuanlah yang lebih layak menerimanya, dan makanan itu kubawa ke sini". Lalu makanan itu kutaruh di hadapannya.

"Makanlah dengan nama Allah". sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kepada para shahabatnya, tetapi beliau tak sedikit pun mengulurkan tangannya menjamah makanan itu. "Nah, demi Allah!" kataku dalam hati, inilah satu dari tanda-tandanya ... bahwa ia tah mau memakan harta sedeqah':

Aku kembali pulang, tetapi pagi-pagi keesokan harinya aku kembali menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sambil membawa makanan, serta kataku kepadanya: "Kulihat tuan tak hendak makan sedeqah, tetapi aku mempunyai sesuatu yang ingin kuserahkan kepada tuan sebagai hadiah'', lalu kutaruh makanan di hadapannya. Maka sabdanya kepada shahabatnya: 'Makanlah dengan menyebut nama Allah ! ' Dan beliaupun turut makan bersama mereka. "Demi Allah': kataku dalam hati, inilah tanda yang kedua, bahwa ia bersedia menerima hadiah ':

Aku kembali pulang dan tinggal di tempatku beberapa lama. Kemudian kupergi mencari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan kutemui beliau di Baqi', sedang mengiringkan jenazah dan dikelilingi oleh shahabat-shahabatnya. Ia memakai dua lembar kain lebar, yang satu dipakainya untuk sarung dan yang satu lagi sebagai baju.

Kuucapkan salam kepadanya dan kutolehkan pandangan hendak melihatnya. Rupanya ia mengerti akan maksudku, maka disingkapkannya kain burdah dari lehernya hingga nampak pada pundaknya tanda yang kucari, yaitu cap henabian sebagai disebutkan oleh pendeta dulu.

Melihat itu aku meratap dan menciuminya sambil menangis. Lalu aku dipanggil menghadap oleh Rasulullah. Aku duduk di hadapannya, lalu kuceriterakan kisahku kepadanya sebagai yang telah kuceriterakan tadi.

Kemudian aku masuk Islam, dan perbudakan menjadi penghalang bagiku untuk menyertai perang Badar dan Uhud. Lalu pada suatu hari Rasulullah menitahkan padaku:'Mintalah pada majihanmu agar ia bersedia membebashanmu dengan menerima uang tebusan."

Maka kumintalah kepada majikanku sebagaimana dititahkan Rasulullah, sementara Rasulullah menyuruh para shahabat untuk membantuku dalam soal keuangan.

Demikianlah aku dimerdekakan oleh Allah, dan hidup sebagai seorang Muslim yang bebas merdeka, serta mengambil bagian bersama Rasulullah dalam perang Khandaq dan peperangan lainnya.

Dengan kalimat-kalimat yang jelas dan manis, Salman radhiyallahu 'anhu menceriterakan kepada kita usaha keras dan perjuangan besar serta mulia untuk mencari hakikat keagamaan, yang akhirnya dapat sampai kepada Allah Ta'ala dan membekas sebagai jalan hidup yang harus ditempuhnya ....

Corak manusia ulung manakah orang ini? Dan keunggulan besar manakah yang mendesak jiwanya yang agung dan melecut kemauannya yang keras untuk mengatasi segala kesulitan dan membuatnya mungkin barang yang kelihatan mustahil? Kehausan dan kegandrungan terhadap kebenaran manakah yang telah menyebabkan pemiliknya rela meninggalkan kampung halaman berikut harta benda dan segala macam kesenangan, lalu pergi menempuh daerah yang belum dikenal -- dengan segala halangan dan beban penderitaan -- pindah dari satu daerah ke daerah lain, dari satu negeri ke negeri lain, tak kenal letih atau lelah, di samping tak lupa beribadah secara tekun ...?

Sementara pandangannya yang tajam selalu mengawasi manusia, menyelidiki kehidupan dan aliran mereka yang berbeda, sedang tujuannya yang utama tak pernah beranjak dari semula, yang tiada lain hanya mencari kebenaran. Begitu pun pengurbanan mulia yang dibaktikannya demi mencapai hidayah Allah, sampai ia diperjual belikan sebagai budak belian ...Dan akhirnya ia diberi Allah ganjaran setimpal hingga dipertemukan dengan al-Haq dan dipersuakan dengan Rasul-Nya, lalu dikaruniai usia lanjut, hingga ia dapat menyaksikan dengan kedua matanya bagaimana panji-panji Allah berkibaran di seluruh pelosok dunia, sementara ummat Islam mengisi ruangan dan sudut-sudutnya dengan hidayah dan petunjuk Allah, dengan kemakmuran dan keadilan.. .!

Bagaimana akhir kesudahan yang dapat kita harapkan dari seorang tokoh yang tulus hati dan keras kemauannya demikian rupa? Sungguh, keislaman Salman radhiyallahu 'anhu adalah keislamannya orang-orang utama dan taqwa. Dan dalam kecerdasan, kesahajaan dan kebebasan dari pengaruh dunia, maka keadaannya mirip sekali dengan Umar bin Khatthab.

Ia pernah tinggal bersama Abu Darda di sebuah rumah beberapa hari lamanya. Sedang kebiasaan Abu Darda beribadah di waktu malam dan shaum di waktu siang. Salman radhiyallahu 'anhu melarangnya berlebih-lebihan dalam beribadah seperti itu.

Pada suatu hari Salman radhiyallahu 'anhu bermaksud hendak mematahkan niat Abu Darda untuk shaum sunnat esok hari. Dia menyalahkannya: "Apakah engkau hendak melarangku shaum dan shalat karena Allah?" Maka jawab Salman radhiyallahu 'anhu: "Sesungguhnya kedua matamu mempunyai hak atas dirimu, demikian pula keluargamu mempunyai hak atas dirimu. Di samping engkau shaum, berbukalah; dan di samping melakukan shalat, tidurlah!"

Peristiwa itu sampai ke telinga Rasulullah, maka sabdanya: Sungguh Salman radhiyallahu 'anhu telah dipenuhi dengan ilmu.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sendiri sering memuji kecerdasan Salman radhiyallahu 'anhu serta ketinggian ilmunya, sebagaimana beliau memuji Agama dan budi pekertinya yang luhur. Di waktu perang Khandaq, kaum Anshar sama berdiri dan berkata: "Salman radhiyallahu 'anhu dari golongan kami". Bangkitlah pula kaum Muhajirin, kata mereka: "Tidak, ia dari golongan kami!" Mereka pun dipanggil oleh Rasurullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan sabdanya: Salman adalah golongan kami, ahlul Bait.

Dan memang selayaknyalah jika Salman radhiyallahu 'anhu mendapat kehormatan seperti itu ...!
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu menggelari Salman radhiyallahu 'anhu dengan "Luqmanul Hakim". Dan sewaktu ditanya mengenai Salman, yang ketika itu telah wafat, maka jawabnya: "Ia adalah seorang yang datang dari kami dan kembali kepada kami Ahlul Bait. Siapa pula di antara kalian yang akan dapat menyamai Luqmanul Hakim. Ia telah beroleh ilmu yang pertama begitu pula ilmu yang terakhir. Dan telah dibacanya kitab yang pertama dan juga kitab yang terakhir. Tak ubahnya ia bagai lautan yang airnya tak pernah kering".

Dalam kalbu para shahabat umumnya, pribadii Salman radhiyallahu 'anhu telah mendapat kedudukan mulia dan derajat utama. Di masa pemerintahan Khalifah Umar radhiyallahu 'anhu ia datang berkunjung ke Madinah. Maka Umar melakukan penyambutan yang setahu kita belum penah dilakukannya kepada siapa pun juga. Dikumpulkannya para shahabat dan mengajak mereka: "Marilah kita pergi menyambut Salman radhiyallahu 'anhu!" Lalu ia keluar bersama mereka menuju pinggiran kota Madinah untuk menyambutnya ...

Semenjak bertemu dengan Rasulullah dan iman kepadanya, Salman radhiyallahu 'anhu hidup sebagai seorang Muslim yang merdeka, sebagai pejuang dan selalu berbakti. Ia pun mengalami kehidupan masa Khalifah Abu Bakar radhiyallahu 'anhu; kemudian di masa Amirul Mu'minin Umar radhiyallahu 'anhu; lalu di masa Khalifah Utsman radhiyallahu 'anhu, di waktu mana ia kembali ke hadlirat Tuhannya.

Di tahun-tahun kejayaan ummat Islam, panji-panji Islam telah berkibar di seluruh penjuru, harta benda yang tak sedikit jumlahnya mengalir ke Madinah sebagai pusat pemerintahan baik sebagai upeti ataupun pajak untuk kemudian diatur pembagiannya menurut ketentuan Islam, hingga negara mampu memberikan gaji dan tunjangan tetap. Sebagai akibatnya banyaklah timbul masalah pertanggungjawaban secara hukum mengenai perimbangan dan cara pembagian itu, hingga pekerjaan pun bertumpuk dan jabatan tambah meningkat.

Maka dalam gundukan harta negara yang berlimpah ruah itu, di manakah kita dapat menemukan Salman radhiyallahu 'anhu? Di manakah kita dapat menjumpainya di saat kekayaan dan kejayaan, kesenangan dan kemakmuran itu ...?

Bukalah mata anda dengan baik! Tampaklah oleh anda seorang tua berwibawa duduk di sana di bawah naungan pohon, sedang asyik memanfaatkan sisa waktunya di samping berbakti untuk negara, menganyam dan menjalin daun kurma untuk dijadikan bakul atau keranjang.

Nah, itulah dia Salman radhiyallahu 'anhu Perhatikanlah lagi dengan cermat! Lihatlah kainnya yang pendek, karena amat pendeknya sampai terbuka kedua lututnya. Padahal ia seorang tua yang berwibawa, mampu dan tidak berkekurangan. Tunjangan yang diperolehnya tidak sedikit, antara empat sampai enam ribu setahun. Tapi semua itu disumbangkannya habis, satu dirham pun tak diambil untuk dirinya. Katanya: "Untuk bahannya kubeli daun satu dirham, lalu kuperbuat dan kujual tiga dirham.

Yang satu dirham kuambil untuk modal, satu dirham lagi untuk nafkah keluargaku, sedang satu dirham sisanya untuk shadaqah. Seandainya Umar bin Khatthab radhiyallahu 'anhu melarangku berbuat demikian, sekali-kali tiadalah akan kuhentikan!"

Lalu bagaimana wahai ummat Rasulullah? Betapa wahai peri kemanusiaan, di mana saja dan kapan saja? Ketika mendengar sebagian shahabat dan kehidupannya yang amat bersahaja, seperti Abu Bakar, Umar, Abu Dzar radhiyallahu 'anhum dan lain-lain; sebagian kita menyangka bahwa itu disebabkan suasana lingkungan padang pasir, di mana seorang Arab hanya dapat menutupi keperluan dirinya secara bersahaja.

Tetapi sekarang kita berhadapan dengan seorang putera Persi, suatu negeri yang terkenal dengan kemewahan dan kesenangan serta hidup boros, sedang ia bukan dari golongan miskin atau bawahan, tapi dari golongan berpunya dan kelas tinggi. Kenapa ia sekarang menolak harta, kekayaan dan kesenangan; bertahan dengan kehidupan bersahaja, tiada lebih dari satu dirham tiap harinya, yang diperoleh dari hasil jerih payahnya sendiri.. .? kenapa ditolaknya pangkat dan tak bersedia menerimanya?

Katanya: "Seandainya kamu masih mampu makan tanah asal tak membawahi dua orang manusia --, maka lakukanlah!" Kenapa ia menolak pangkat dan jabatan, kecuali jika mengepalai sepasukan tentara yang pergi menuju medan perang? Atau dalam suasana tiada seorang pun yang mampu memikul tanggung jawab kecuali dia, hingga terpaksa ia melakukannya dengan hati murung dan jiwa merintih? Lalu kenapa ketika memegang jabatan yang mesti dipikulnya, ia tidak mau menerima tunjangan yang diberikan padanya secara halal?

Diriwayatkan eleh Hisyam bin Hisan dari Hasan: "Tunjangan Salman radhiyallahu 'anhu sebanyak lima ribu setahun, (gambaran kesederhanaannya) ketika ia berpidato di hadapan tigapuluh ribu orang separuh baju luarnya (aba'ah) dijadikan alas duduknya dan separoh lagi menutupi badannya. Jika tunjangan keluar, maka dibagi-bagikannya sampai habis, sedang untuk nafqahnya dari hasil usaha kedua tangannya".

Kenapa ia melakukan perbuatan seperti itu dan amat zuhud kepada dunia, padahal ia seorang putera Persi yang biasa tenggelam dalam kesenangan dan dipengaruhi arus kemajuan? Marilah kita dengar jawaban yang diberikannya ketika berada di atas pembaringan menjelang ajalnya, sewaktu ruhnya yang mulia telah bersiap-siap untuk kembali menemui Tuhannya Yang Maha Tinggi lagi Maha Pengasih.

Sa'ad bin Abi Waqqash datang menjenguknya, lalu Salman radhiyallahu 'anhu menangis. "Apa yang anda tangiskan, wahai Abu Abdillah",') tanya Sa'ad, "padahal Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam wafat dalam keadaan ridla kepada anda?" "Demi Allah, ujar Salman radhiyallahu 'anhu, "daku menangis bukanlah karena takut mati ataupun mengharap kemewahan dunia, hanya Rasulullah telah menyampaikan suatu pesan kepada kita, sabdanya:
Hendaklah bagian masing-masingmu dari kekayaan dunia ini seperti bekal seorang pengendara, padahal harta milikku begini banyaknya"

Kata Sa'ad: "Saya perhatikan, tak ada yang tampak di sekelilingku kecuali satu piring dan sebuah baskom. Lalu kataku padanya: "Wahai Abu Abdillah, berilah kami suatu pesan yang akan kami ingat selalu darimu!" Maka ujamya: "Wahai Sa'ad!

Ingatlah Allah di kala dukamu, sedang kau derita.
Dan pada putusanmu jika kamu menghukumi.
Dan pada saat tanganmu melakukan pembagian".

Rupanya inilah yang telah mengisi kalbu Salman radhiyallahu 'anhu mengenai kekayaan dan kepuasan. Ia telah memenuhinya dengan zuhud terhadap dunia dan segala harta, pangkat dengan pengaruhnya; yaitu pesan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kepadanya dan kepada semua shahabatnya, agar mereha tidak dikuasai oleh dunia dan tidak mengambil bagian daripadanya, kecuali sekedar bekal seorang pengendara.

Salman radhiyallahu 'anhu telah memenuhi pesan itu sebaik-baiknya, namun air matanya masih jatuh berderai ketika ruhnya telah siap untuk berangkat; khawatir kalau-kalau ia telah melampaui batas yang ditetapkan. Tak terdapat di ruangannya kecuali sebuah piring wadah makannya dan sebuah baskom untuk tempat minum dan wudlu .:., tetapi walau demikian ia menganggap dirinya telah berlaku boros .... Nah, bukankah telah kami ceritakan kepada anda bahwa ia mirip sekali dengan Umar?

Pada hari-hari ia bertugas sebagai Amir atau kepala daerah di Madain, keadaannya tak sedikit pun berubah. Sebagai telah kita ketahui, ia menolak untuk menerima gaji sebagai amir, satu dirham sekalipun. Ia tetap mengambil nafkahnya dari hasil menganyam daun kurma, sedang pakaiannya tidak lebih dari sehelai baju luar, dalam kesederhanaan dan kesahajaannya tak berbeda dengan baju usangnya.

Pada suatu hari, ketika sedang berjalan di suatu jalan raya, ia didatangi seorang laki-laki dari Syria yang membawa sepikul buah tin dan kurma. Rupanya beban itu amat berat, hingga melelahkannya. Demi dilihat olehnya seorang laki-laki yang tampak sebagai orang biasa dan dari golongan tak berpunya, terpikirlah hendak menyuruh laki-laki itu membawa buah-buahan dengan diberi imbalan atas jerih payahnya bila telah sampai ke tempat tujuan. Ia memberi isyarat supaya datang kepadanya, dan Salman radhiyallahu 'anhu menurut dengan patuh. "Tolong bawakan barangku ini!", kata orang dari Syria itu. Maka barang itu pun dipikullah oleh Salman radhiyallahu 'anhu, lalu berdua mereka berjalan bersama-sama.

Di tengah perjalanan mereka berpapasan dengan satu rombongan. Salman radhiyallahu 'anhu memberi salam kepada mereka, yang dijawabnya sambil berhenti: "Juga kepada amir, kami ucapkan salam" "Juga kepada amir?" Amir mana yang mereka maksudkan?" tanya orang Syria itu dalam hati. Keheranannya kian bertambah ketika dilihatnya sebagian dari anggota rombongan segera menuju beban yang dipikul oleh Salman radhiyallahu 'anhu dengan maksud hendak menggantikannya, kata mereka: "Berikanlah kepada kami wahai amir!"

Sekarang mengertilah orang Syria itu bahwa kulinya tiada lain Salman al-Farisi radhiyallahu 'anhu, amir dari kota Madain. Orang itu pun menjadi gugup, kata-kata penyesalan dan permintaan maaf bagai mengalir dari bibirnya. Ia mendekat hendak menarik beban itu dari tangannya, tetapi Salman radhiyallahu 'anhu menolak, dan berkata sambil menggelengkan kepala: "Tidak, sebelum kuantarkan sampai ke rumahmu!

Suatu ketika Salman radhiyallahu 'anhu pernah ditanyai orang: Apa sebabnya anda tidak menyukai jabatan sebagai amir? Jawabnya: "Karena manis wahtu memegangnya tapi pahit waktu melepaskannya!"

Pada waktu yang lain, seorang shahabat memasuki rumah Salman radhiyallahu 'anhu, didapatinya ia sedang duduk menggodok tepung, maka tanya shahabat itu: Ke mana pelayan? Ujarnya: "Saya suruh untuk suatu keperluan, maka saya tak ingin ia harus melakukan dua pekerjaan sekaligus''

Apa sebenarnya yang kita sebut "rumah" itu? Baiklah kita ceritakan bagaimana keadaan rumah itu yang sebenamya. Ketika hendak mendirikan bangunan yang berlebihan disebut sebagai "rumah'' itu, Salman radhiyallahu 'anhu bertanya kepada tukangnya: "Bagaimana corak rumah yang hendak anda dirikan?" Kebetulan tukang bangunan ini seorang 'arif bijaksana, mengetahui kesederhanaan Salman radhiyallahu 'anhu dan sifatnya yang tak suka bermewah mewah. Maka ujarnya: "Jangan anda khawatir! rumah itu merupakan bangunan yang dapat digunakan bernaung di waktu panas dan tempat berteduh di waktu hujan. Andainya anda berdiri, maka kepala anda akan sampai pada langit-langitnya; dan jika anda berbaring, maka kaki anda akan terantuk pada dindingnya". "Benar", ujar Salman radhiyallahu 'anhu, "seperti itulah seharusnya rumah yang akan anda bangun!"

Tak satu pun barang berharga dalam kehidupan dunia ini yang digemari atau diutamakan oleh Salman radhiyallahu 'anhu sedikit pun, kecuali suatu barang yang memang amat diharapkan dan dipentingkannya, bahkan telah dititipkan kepada isterinya untuk disimpan di tempat yang tersembunyi dan aman.

Ketika dalam sakit yang membawa ajalnya, yaitu pada pagi hari kepergiannya, dipanggillah isterinya untuk mengambil titipannya dahulu. Kiranya hanyalah seikat kesturi yang diperolehnya waktu pembebasan Jalula dahulu. Barang itu sengaja disimpan untuk wangi-wangian di hari wafatnya. Kemudian sang isteri disuruhnya mengambil secangkir air, ditaburinya dengan kesturi yang dikacau dengan tangannya, lalu kata Salman radhiyallahu 'anhu kepada isterinya: "Percikkanlah air ini ke sekelilingku ... Sekarang telah hadir di hadapanku makhluq Allah') yang tiada dapat makan, hanyalah gemar wangi-wangian Setelah selesai, ia berkata kepada isterinya: "Tutupkanlah pintu dan turunlah!" Perintah itu pun diturut oleh isterinya.

Dan tak lama antaranya isterinya kembali masuk, didapatinya ruh yang beroleh barkah telah meninggalkan dunia dan berpisah dari jasadnya ... Ia telah mencapai alam tinggi, dibawa terbang oleh sayap kerinduan; rindu memenuhi janjinya, untuk bertemu lagi dengan Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan dengan kedua shahabatnya Abu Bakar dan Umar, serta tokoh-tolroh mulia lainnya dari golongan syuhada dan orang-orang utama ....