Allah adalah sebaik-baik penolong bagi kita. Sepatutnya janganlah kita melalaikan diri saat suka maupun duka. Kita hidup di dunia ini tidak sendiri. Kita berkeluarga dan bermasyarakat, maka janganlah mengurung diri. Allah berfirman; ”barang siapa yang suka melakukakan silaturahmi, Allah akan memperbanyak rizkinya.
Perbanyak Teman
Kenali semua orang, hormati yang lebih tua, dan sayangi yang lebih muda. Janganlah membuat kelompok dalam berteman, seperti menyatukan persamaan dan meninggalkan perbedaan. Bukankah Allah menciptakan perbedaan di antara kita agar saling kenal. Saat kita melihat orang yang lebih tua, berfikirlah! Mereka lebih banyak melakukan kebaikan di banding kita. Saat kita melihat yang lebih muda, berfikirlah! Kita mugkin memiliki dosa yang lebih banyak daripada mereka. Dari situlah kita akan menjaga diri agar perbuatan kita terjaga.
Tentang status sosial, janganlah berteman hanya dengan salah satu kelompok saja, kaya atau miskin. Semua harus dijadikan teman. Dari si kaya kita akan terbantu dalam kekurangan harta, dan dari si miskin kita akan dapat membantu dalam kekurangan harta. Nabi menerangkan, ”tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah”. Maka janganlah ketika punya sedikit harta kita dekati si miskin, dan ketika punya banyak harta kita malah menjauhinya.
Tentang pendidikan, bagaimana kita dapat memposisikan diri agar dapat saling memberi dan menerima untuk berbagi pengalaman. Dari si pandai kita dapat mengambil ilmu yang ia peroleh. Dari si bodoh kita dapat memberi apa yang kita peroleh.
Selekif dalam Berteman
Namun, hendaknya salah seorang diantara kita melihat siapa yang menjadi temannya. Karena seseorang bisa dinilai dengan melihat siapa teman karibnya. Dengan kata lain, kita harus selektif dalam memilih teman. Selektif yang dimaksud adalah memelihara hubungan keakraban pada orang yang dapat membawa kebaikan dan berhati-hati pada teman yang memberi dampak buruk. Bukan selektif berdasarkan status sosial, pendidikan, pangkat, maupun jabatan.
Mewarnai tapi tidak terwarnai, itu prinsip yang harus dipegang. Saat ada golongan yang tidak sejalan dengan kita (banyak berbuat kemungkaran), janganlah masuk pada golongan mereka kalau keimanan belum kokoh dan ilmu belum banyak. Karena ditakutkan, kita bukannya mewarnai namun malah terwarnai. Sebaiknya tetaplah berteman, tapi menjaga jarak.
Selektif dalam berteman sangat penting, karena apabila salah memilih teman bisa fatal akibatnya. Dalam kehidupan nyata, kita sering menyaksikan orang yang hancur hidup dan kehidupannya gara-gara salah memilih teman. Biasanya ini terjadi karena motivasi pertemanannya untuk dunia. Dan memang, kehancuran manusia lebih banyak disebabkan oleh sesama manusia. Karena itu, kelak di akhirat banyak yang menyesal berat karena salah memilih teman.
Allah berfirman”Dan (ingatlah)hari (ketika) itu orang yang dzolim menggigit kedua tangannya seraya berkata,’Aduhai (dulu) kiranya aku mengambil jalan bersama-sama Rosul. Kecelakaan besarlah bagiku, kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Qur’an ketika Al-Qur’an telah datang kepadaku,”(Al furqan:27-29)
“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertaqwa,” (Az-Zukhruf:67)
“sesungguhnya berhala-berhala yang kamu sembah selain Allah adalah untuk menciptakan perasaan kasih sayang diantara kamu dalam kehidupan dunia ini, kemudian dihari kiamat sebagian kamu mengingkari sebagian(yang lain), dan tempat kembalimu adalah Neraka, dan sekali-kali tidak ada bagimu para penolong (Al Ankabut)
Inilah akibat dari kesalahan memilih teman. Mereka terhinakan di neraka dan menyesal dengan penyesalan yang teramat mendalam. Kalau di dunia mereka saling berteman, maka di akhirat mereka bermusuhan dan saling menyalahkan.
Karena itu, hatil-hatilah dalam mencari teman. Carilah teman yang berorientasi pada akhirat, yaitu teman yang berkepribadian surgawi. Dengan begitu, kita akan merasakan nikmatnya pertemanan di dunia, terlebih di akhirat. Wallahua’lam.
*Mahasiswa STAIL semester VII
Tidak ada komentar:
Posting Komentar