Berjalan dengan cara yang tak biasa bisa jadi ia merupakan sebuah eksperimen murni, karena sangat jauh bebeda dengan apa yang telah menjadi tradisi dari keseharian hidup kita. Tetapi mencoba itu tidak ada salahnya, karena banyak hal yang ada pada kita sekarang ini adalah hasil dari sebuah uji coba, atas kemampuan dan potensi yang kita miliki. Selain itu bahwa kita memang tidak diajarkan untuk hidup statis. Mencari sesuatu yang terbaik meskipun itu pada awalnya terasa amat susah, sangat dianjurkan. Ismail bin Najid pernah berpesan, “bencana seorang hamba adalah jika ia telah merasa puas dari kebaikan yang dapat ia lakukan.”
Agar kita mau dan mampu melakukannya demi menemukan sebuah kebaruan dalam hidup ini, berjalanlah dengan cara yang tidak biasa, ada beberapa hal yang harus kita miliki, antara lain:
Pertama, Beranilah, Lepaskan Diri dari Atribut Kegagalan
Ada kecendrungan seseorang tidak berani melakukan sesuatu karena takut akan resiko kegagalan. Tetapi keberanian sebenarnya bisa dihidupkan dengan menyalakan dan menguatkan azam didalam hati terlebih dahulu. Karena itulah modal dasar bagi orang yang ingin melakukan sesuatu. Ibnu Qoyim menyebutkan bahwa ada azam bagi orang yang hendak memulai perjalanan, dan itu merupakan permulaan. Ad Daqqaq menambahkan, “azam (kehendak kuat) adalah kilatan di dalam sanubari, nyala di dalam hati, cinta yang membara di dalam perasaan dan membara di dalam batin.”
Allah telah menciptakan dunia ini penuh dengan berbagai kesempatan luar biasa. Di sini, ketika sesuatu hilang, maka ia akan menjadi energi, ketika kegelapan datang, satu sinar baru menyeruak dari kedalaman, ketika satu bangunan runtuh, maka ia akan meninggalkan satu tempat konstruksi yang lain. Begitu juga dengan berbagai peristiwa dalam kehidupan manusia. Dari setiap kegagalan selalu hadir satu kesempatan untuk sukses.
Hal ini mengajarkan kita bahwa tidak seorang pun yang harus berputus asa di dunia milik Allah. Meskipun kondisi-kondisi yang ada tampak tidak bersahabat namun semua menyimpan potensi kemungkinan ini, agar kekalahan menjadi kemenangan, adalah melecut keberanian dalam diri, totalitas di dalam melangkah, melepaskan diri dari atribut kegagalan atau kondisi stagnan masa lalu. Itulah makna sekali waktu, berjalanlah dengan cara yang tidak biasa. Sebab tanpa keberanian itu , kita tak akan pernah berhasil menaklukan sungai karena arusnya yang deras, tidak juga samudera dengan ombaknya yang menggulung, dan tidak pula gunung dengan lereng dan bukitnya yang curam dan terjal, sebab semuanya bagai momok yang menakutkan, yang menciutkan nyali dan mengancam keselamatan jiwa.
Namun demikian keberanian tidak lengkap tanpa ada keyakinan dalam hati dengan langkah yang kita ambil, karena keyakinan adalah bagian dari iman yang kedudukannya bagaikan ruh dan badan.
Kedua, Tidak Melanggar Syar’i
Allah Swt yang menciptakan kita tidak pernah membatasi kehendak dan keinginan kita untuk melakukan apresiasi dan ekspresi diri. Kita memiliki kebebasan untuk melakukan apa saja, selama hal itu tidak menyetuh apalagi melanggar rambu-rambu yang telah ditetapkan-Nya. Kita juga tetap harus menjaga etika, bahwa “kebebasan berekspresi kita dibatasi oleh kebebasan orang lain.
Dimulai dari kehendak (azam), semua rencana kita haruslah lahir dari keinginan mengharap ridha Allah. Seperti kata Abu Utsman Al Hirry “siapa yang kehendaknya tidak benar pada permulaannya, maka semakin hari dia semakin mundur ke belakang.” Artinya, apresiasi diri tidak terbatas itu, apabila tidak sejalan dengan kehendak Allah justru akan mendatangkan problem baru dalam hidup kita.
Mengapa demikian? Kita tahu bahwa Allah Swt itu maha adil. Kasih-Nya tidak hanya terbatas kepada orang yang memiliki kebenaran iman, tetapi kepada siapa saja yang memiliki azam dan kerja keras. Maka sangat kita takutkan apabila Allah memberikan keberhasilan itu pada usaha kita mencari kebaruan, namun ternyata kita berada pada hal yang tidak dia ridhai.
Ketiga, deklarasikan dengan do’a
Apapun yang kita lakukan, prinsipnya haruslah disertai dengan do’a. sebab, sebagai muslim kita meyakini bahwa keberhasilan tidaklah mungkin terjadi kecuali adanya do’a yang selalu mengiringi setiap usaha. Bahkan terkadang do’a bisa mengubah sesuatu yang menurut kita mustahil menjadi sebuah kenyataan. Itulah sebabnya , betapa pentingnya mendeklarasikan sebuah usaha dengan do’a, teruatama ketika kita merasa tidak sanggup melakukannya padahal itulah satu-satunya jalan yang harus kita tempuh, atau telah merasa kehilangan energi untuk menuntaskannya padahal itu menjadi penentu keberlangsungan cita-cita kita.
Rasulullah Saw membuktikan hal itu ketika beliau dan para sahabatnya dalam perang Badar, secara ukuran manusiawi tidak mempu melawan musuh yang jumlahnya lebih banyak karena itu beliau meyeru kepada Allah, menagih janji-Nya untuk memberikan kemenangan bagi kaum Muslimin. Umar bin Khatab menceritakan peristiwa itu, ketika beliau melihat kearah kaum musyrikin yang berjumlah 1000 orang sedang sahabatnya hanya berjumlah 314 orang. Beliau menghadap kiblat kemudian mengangkat kedua tangannya lalu mengadu kepada Rabnya (berdo’a). Dan pada akhirnya Allah memenangkan kaum Muslimin terhadap kaum musyrikin.
Ini adalah bukti bahwa do’a punya kekuatan yang dahsyat, akan tetapi, yang tidak boleh kita lupakan adalah bahwa pertolongan Allah yang datang melalui do’a tersebut tidak datang begitu saja. Kedekatan kita kepada Allah adalah syarat yang tidak bisa ditinggalkan. Sebab jika kekuatan spiritual itu ada, maka sesungguhnya kita telah memiliki hak untuk mendapkan pertolongan Allah Swt.
Oleh: Ust. Endang Abdurrahman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar