Jumat, 27 Juli 2012

Macam-macam Cinta dalam Pandangan Islam


Sepertinya saya intermezo dulu untuk menenangkan hati dengan membaca dan menulis Artikel masalah cinta. Buat Anda-Anda yang suka membahas masalah ini saya mencoba memberikan faedah bagus dari kitab ulama kita Ibnu Qoyyim Rahimahullah yang diterjemahkan oleh pustaka mantiq dengan judul Terapi Penyakit Hati kalau tidak salah dalam kitabnya basaha Arab berjudul dzammul hawa wAllahu a’lam. Buku yang dihadapan saya sampul depan dan belakang sudah sobek, jadi tidak tahu siapa yang menterjemahkan dan tahun berapa diterbitkan.

Macam-macam Cinta


Ada empat macam cinta, antara keempat macam terebut ada pemisahnya.

Pertama, cinta kepada Allah. cita kepada Allah tidak cukup hanya untuk menyelamatkan diri dari siksa Allah, dan tidak cukup diwujudkan dengan memperbanyak pahala saja. Sebab sesungguhnya, orang-orang musyrik, penyembah salib, kaum Yahudi dan selain dari mereka, juga mencintai Allah (namun mereka menyekutukan-Nya pula –ed).

Kedua, kecintaan kepada apa yang dicintai Allah semata. Inilah cinta yang paling disukai Allah, yang paling lurus dan paling dekat kepada Allah.

Ketiga, kecintaan untuk Allah dan karena Allah. Cinta seperti ini merupakan keharusan cinta dari yang dicintai. Cinta tidak akan lurus kecuali kecintaan karena Allah dan untuk Allah semata.

Keempat, kecintaan terhadap hal-hal lain bersama dengan kecintaan kepada Allah, adalah cinta yang disekutukan. Semua orang yang mencintai terhadap hal-hal lain bersama dengan cinta kepada Allah, berarti bukan untuk Allah, bukan karena Allah dan bukan kepada-Nya. Ia menjadikan sekutu bagi Allah. Inilah cintanya orangg musyrik.

Selain empat macam cinta di atas, ada satu lagi jenis cinta alamiah, sebagai bagian yang kelima, yaitu bukan cinta dari apa yang ada di dalam hakekatnya atau tidak termasuk yang kita ada padanya. Contohnya, cinta manusia terhadap kebiasaan. Seperti orang yang mencintai air kalau kehausan, cinta kepada makanan kalau kelaparan, suka tidur, cinta  anak, istri dan lain sebagainya. Kecintaan yang demikian tidak tercela kecuali bila melalaikan Allah dan membuat jauh dari kecintaannya kepada Allah.

Allah berfirman :

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allahh.” (AL-Munafiqun :9).
“ Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (ari) mmbayar zakat. Mereka takut kepada suatu hari (yang di hari itu ) hati dan penglihatan menjadi goncang.”
Suatu persahabatan khusus adalah persahabatan yang menjamin kesempurnaan dan mencapai puncak cinta, dimana tidak ada ruang dalam hati untuk kekasih yang lain , selain Allah. Dan itu adalah sebuah tempat yang tidak ada persekutuan dalam bentuk apapun dalan hal cinta; maqom (tingkatan) itu khusus untuk dua sahabat terdekat Allah yaitu Ibrahim dan Muhammad shallAllahu ‘alaihi wasallam. Seperti sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :

“ Allah menjadikan saya khaliel (sahabat,kekasih) seperti Ia menjadikan Ibrahim sebagai kekasih-Nya (khaliel).” (HR.Ibnu Majah).

Dalam shahih Bukhari, disebutkan bahwa beliau bersabda :

“ Jika aku (boleh) menjadikan khalil ( sahabat khusus )dari penduduk bumi, tentu aku akan jadikan abu bakar sebagai khalil, akan tetapi kawan kalian itu adalah khalil Allah (khalilullah).” (HR.Bukhari)

Setela Ibrahim ‘alaihissallam memohon seorang anak dan dikabulkan, maka cintanya kepada sang anak melekat di hatinya, hingga kekasihnya (Allah) cemburu kepada khalilnya (Ibrahim) yang telah memberi tempat dalam hatinya kepada selain Dia, lalu Dia (Allah ) pun menyuruh Ibrahim untuk menyembelih anaknya.

Perintah menyembelih itu datang saat beliau tidur. Perintah itu menjadi ujian yang besar bagi Ibrahim ‘alaihissallam. Pada hakekatnya tujuannya bukan penyembelihan anak , tetapi penyembelihan hati untuk memurnikan kembali cintanya kepada Allah. Setelah khaliel Ibrahim benar-benar melaksanakan penyembelihan terhadap anaknya, sebagai sebagai bukti mendahulukan cintanya kepada Allah daripada cintanya kepada anaknya,maka tercapailah tujuan tersebut. Untuk itu penyembelihan tidak jadi dilakukan, karena Allah menebusnya dengan binatang sembelihan yang besar. Sesungguhnya Allah tidaklah memerintahkan sesuatu lalu dibatalkan tiba-tiba secara keseluruhan, melainkan perintah itu akan tetap sebagiannya atau diganti. Sebagaimana Dia tetap memerintahkan untuk memenuhi syarat fida’, seperti perintah shadaqah, dan shalat lima waktu setelah membatalkan perintah shalat lima puluh kali. Dan Allah pun masih menetapkan pahalanya. Allah berfirman, “ Tiadalah keputusan itu diganti di depan-Ku, melainkan tetap lima yang harus dilaksanakan, tetapi lima puluh pahalanya.” [Terapi Penyakit Hati, Pustaka Mantiq, hal. 335-337]

Sekarang Anda tahu macam-macam cinta dalam pandangan Agama. Semoga bermanfaat.


Share artikel ini :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar