Minggu, 11 November 2012

GAJI GURU HONOR DI NEGERI INI MASIH JAUH DENGAN PENGHASILAN SEORANG PENGEMIS

Saat melakukan terapi pada anak tunadaksa
135259388632350122
GAJI GURU HONOR DI NEGERI INI MASIH JAUH DENGAN PENGHASILAN SEORANG PENGEMIS
Suatu hari aku pergi ke Jakarta karena ada urusan yang harus ku selesaikan di sebuah Instansi pemerintah, tentunya dengan naik kendaraan favoritku..Kereta Api ekonomi yang berjubel dan penuh sesak oleh penumpang yang sekelas denganku (rakyat jelata).
Nikmatnya naik kendaraan ini karena murah, meriah asoy-geboy, hehehe…..dan yang pasti juga kita akan banyak bereksplorasi dengan penumpang lainya..banyak yang dilihat, dari penumpangnya, para pedagang, kondektur sampai para pengemis.
Selesai urusanku di kantor tersebut, aku langsung pulang dan kembali menggunakan kendaraan yang sama untuk megembalikanku ke tempat semula.
Sambil menunggu kereta di peron yang telah disediakan, aku duduk-duduk beserta penumpang lainnya yang menunggu kereta. Ku lihat ada beberapa pengemis yang sudah menyelesaikan tugasnya untuk meminta-minta. Rasanya ingin memberi mereka sedikit rizki dariku tapi aku menghitung jumlah uang yang aku aku bawa hari ini tidak mencukupi bila harus aku berbagi dengan mereka tapi bila mendengar ceramah-ceramah para ustadz ataupun ustadzah, bahwa ; ketika kita memiliki sedikit rizki sementara ada orang yang lebih membutuhkan dan kita berikan sedikit rizki itu pada yang lebih membutuhkan maka Allah akan membalas amalan kita itu dengan berkali lipat, mengapa? Karena saat kita dalam keadaan sulit atau sedikit uang yang kita miliki tapi kita mau berbagi dihadapan Allah akan lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan orang-orang yang berlebihan secara harta dan memberikannya pada yang membutuhkan. Berdasarkan hal tersebut maka aku memberikan uang yang ku miliki padahal uangku hanya sebegitunya.
Tanpa ragu aku pun memberikan uang yang hanya sebegitunya itu pada pengemis. Karena kereta terlambat, akhirnya aku harus menunggu cukup lama tapi walaupun harus menunggu aku jadikan hal yang menyenangkan dan bisa berinteraksi dengan para penumpang lainnya.
Karena bosan duduk di tempat yang sama aku mencari tempat lain untuk duduk-duduk dan aku duduk dekat beberapa pengemis yang sedang duduk-duduk pula. Ternyata para pengemis tersebut sedang menghitung penghasilan mereka hari ini.
Aku cukup terkejut ketika mereka berbincang satu dengan lainnya..
Pengemis Tua : “hari ini gua dapat Rp 201.000,- lumayan besok buat nambahin cicilan motor”.
Pengemis Muda: “kalau gua sih tumben ya hari ini hanya dapat Rp 154.000,- padahal biasanya
gua dapet diatas duaratus ribuan.
Pengemis Kurus: “Gua sih Alhamdulillah, ada orang yang ngasih gua Rp 50.000,- ditambah dari
yang lainnya jadi jumlah semuanya Rp 267.000,-
Pengemis Cacat : “Gua dooong..setiap hari gua pasti dapet Rp 300.000,- malah bisa lebih…..”
Aku cukup terkejut dengan penghasila perhari yang mereka dapatkan, lalu aku membandingkan dengan penghasilan suamiku, suamiku seorang guru PNS yang sudah mengabdi 13 tahun gaji pokok ditambah tunjangan lainnya dan tunjangan sertifikasi (walau kadang terlambat tak jelas bulan dan waktunya sesuka hati pemerintah ngasihnya) sebesar Rp 5.750.000,- belum dengan potongan-potongan pinjaman dan lainnya dan juga penghasilan sebesar itu dari hasil pendidikan yang cukup makan biaya besar serta ditempuh dengan waktu yang cukup lama.
Bila dibandingkan dengan para pengemis itu rata-rata pendidikan mereka tidak selesai sampai SD tapi penghasilan mereka sejajar bahkan lebih bila dibandIngkan dengan suamiku yang sarjana.
Dan aku semakin miris lagi bila aku membandingkan dengan gaji guru honor yang ada di lingkunganku (termasuk aku sarjana tapi masih guru honor), kami setiap bulannya menerima honorarium sebesar Rp 300.000,- sampai Rp 500.000,- jauh dibawah penghasilan pengemis yang rata-rata diatas Rp 4.000.000,- sampai Rp 9.000.000,- setiap bulannya.
Mungkinkah gaji guru honorer bisa sejajar dengan penghasilan pengemis? Kemudian aku membuka data guru honorer di kabupaten Bogor dari data yang ku peroleh bahwa ada sekitar 12.000 guru honorer yang tercatat sampai dengan 5 April 2011, jumlah itu akan terus bertambah dengan terus bertambahnya kebutuhan pengajar di setiap sekolah. Sedangkan jumlah penduduk kabupaten Bogor menurut data pada sensus yang dilakukan pada tahun 2010 sebanyak 4.500.000 jiwa.
Dengan isengnya lalu aku menghitung ; bila setiap jiwa penduduk kabupaten Bogor dikenakan beramal Rp 500,- setiap orangnya/hari untuk mengumpulkan dana akan tekumpul dana sebesar Rp 2.250.000.000,- dibagi 12.000 orang guru honorer sekitar Rp 187.500/ hari yang akan didapat oleh seorang guru honorer dan bila dikalikan dalam sebulan masing-masing guru honorer akan mendapatkan sekitar Rp 4.687.500,- dari hasil pengumpulan dana atau amalan dari jumlah penduduk kabupaten Bogor. Angka yang cukup lumayan bisa sebanding dengan penghasilan seorang pengemis yang hanya sekolah sampai SD dengan seorang guru yang lulusan S1 atau Sarjana.
Guru adalah pendidik dan pengajar, guru adalah tombak utama dalam laju pembangunan suatu daerah atau negara, tapi gaji guru di negeri ini tidak sebanding dengan penghasilan seorang pengemis. Lalu haruskan seorang guru mengemis untuk menambah penghasilannya? Sebandingkah perjuangan dan pengorbanan seorang guru dengan seorang pengemis?
Tak perlu mencerca pemerintah, karena pemerintah miliknya yang punya perintah. Aku dan sekian guru honor ini adalah milik bangsa ini dan milik rakyat jelata di negeri ini. Mari kita berfikir dan berkarya untuk negeri ini walau honor kami tak sebanding dengan penghasilan seorang pengemis, tak mengapa karena Tuhan tak pernah salah dalam memberi profesi pada seseorang…….
Tulisan ini hanya sekedar renungan untuk penulis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar