Rabu, 16 Oktober 2013

Kisah Unik dengan KH Ahmad Tarkib Kediri, Saat Beli Bensin di Warung Beliau

Beli Bensin di Warung Kelontong KH Ahmad Tarkib


Galak dan judes itulah kesan pertama ketika mendengar cerita-cerita dari tetangga tentang mbah Tarkib. Mereka sering merasa sungkan jika bertegur sapa dengan beliau.

Mbah Tarkib sesepuh Desa Blabak, Kediri beliau ahli tafsir Quran jebolan beberapa pondok salafiyah, salah satunya Lirboyo.. Walau begitu luas keilmuanya beliau tidak mempunyai pondok pesantren sebagaimana teman sejawatnya yang sudah banyak membuat pondok ribuan santri..

Pembawaan yang tegas sehingga orang menafsirkan dengan sifat "keras". Pernah ada kejadian ketika temanku mengaji disitu saat salah membaca alquran lansung di jewer, dan akibatnya banyak yang kapok mengaji kesitu

Setiap menjelang maghrib beliau suka "ngaji" kitab yang di siarnya secara live di toren masjid

Mbah Tarkib mempunyai usaha toko kelontong untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya..

Sebagai anak kecil waktu itu saya juga sedikit takut kalau beli di warung beliau jika mendengar cerita-cerita teman2 kecil.

Nah, qadarullah saya disuruh beli bensin di warung mbah tarkib..

"Tumbasssssssss....."teriak saya dari depan berkali-kali

Tanpa menunggu waktu lama muncullah sosok lelaki tua dengan ramput penuh uban..

"Tumbas opo le..." tanya mbah Kib

"Tumbas bensin sak liter.." jawab saya

"Aku ora dodol bensin literan le, onone bensin sak botol.."

Dan saya masih bingung dengan jawaban mbah Kib ini..

Dengan cepat saya bilang

"Injih mbah, bensinipun sak botol mawon.."

Inilah penggalan kejadian saya waktu transaksi dengan beliau dan teka-teki jualan bensin satu botol dan bukan bensin satu liter terus menjadi tanda tanya hingga beliau Wafat [Rahimahullah tangala] hatta sampai sekarang..

Tapi setidaknya saya hanya berhusnudzon dengan keimanan beliau di Yaumil Hisab.. bahwa beliau tidak ingin "transaksi satu liter bensin" menjadi beban beliau saat pertanggung jawaban dihadapan Allah kelak.

1 komentar:

  1. Iya, saya juga baru tau dari ibu ( putri ketiga K.H. Ahmad Tarkib) bahwa satu botol bensin tidak penuh satu liter.

    BalasHapus