Sudah tugasku “grasak-grusuk” kesana-kemari, mencari “peluang” untuk mewujudkan mimpi-mimpiku.
Pada tahun 2010, melalui seorang sahabat dan akhirnya menjadi saudara yang baik dan benar aku diperkenalkan dengan Bang Peter Lahilatu yang kemudian menjadi saudaraku untuk mencoba “peruntunganku” mengajukan proposal Ruang Kelas Baru (RKB) pada PKBL Pertamina. Lalu kami bersama-sama ke PKBL Pertamina untuk mengajukan proposal tersebut sekitar bulan Januari.
Tanah Yang akan dibangun RKB SLB Ayahbunda
Awal Pembanguan dari PKBL Pertamina
Proses menunggu selama satu bulan, belum ada kabar yang menggembirakan, akhirnya aku dengan seorang teman (Pak Sutisna) memberanikan diri untuk menanyakan proposal yang sudah mengendap selama satu bulan tetapi belum ada jawaban yang pasti.
Disana kami disambut oleh staf PKBL Pertamina Pusat (Pak Margo), melalui beliau akhirnya kami mendapatkan setitik cahaya terang dan kembali diminta untuk mengajukan proposal karena kurang lengkapnya persyaratan.
Hari berikutnya, aku datang kembali untuk menyerahkan proposal revisi yang diminta pihak PKBL Pertamina Pusat dan beberapa menit ada pembicaraan karena aku diminta untuk sedikit presentasi menjelaskan apa itu SLB? Siapa saja yang sekolah disana? Bagaimana penangannya? Dan lain sebagainya.
Dengan antusias aku jelaskan satu persatu pertanyaan dari pihak PKBL Pertamina Pusat melalui stafnya. Mereka sangat antusias mendengarkan semua penjelasanku, padahal mereka belum pernah berkunjung ke SLB Ayahbunda tetapi mereka bilang serasa sudah ada disana.
Mulai pembangunan RKB SLB Ayahbunda
Akhirnya melalui semua penjelsan yang aku uraikan, mereka berjanji akan berkunjung ke SLB Ayahbunda tetapi mereka menjelaskan bahwa kedatangan mereka bukan berarti mutlak SLB Ayahbunda akan mendapatkan bantuan karena harus ada penilaian lainnya.
Tahap 1 dan 2 menyelesaikan 2 RKB
Buatku dengan mereka berjanji akan berkunjung pun sudah merupakan kebahagiaan. Dan hari yang ditunggupun datanglah, mereka datang tanpa pemberitahuan jauh-jauh hari. Hari itu mereka datang dan hari itu pula mereka menelpon saya bahwa mereka sudah ada dalam perjalanan dan sekitar 30 menit lagi akan sampai.
Tak ada persiapan apapun untuk menyambut tamu-tamu dari PKBL Pertamina yang akan melihat langsung kondisi sekolah kami. Sesampainya di SLB Ayahbunda kami menyambut dengan ala kadarnya, mereka pun mengatakan bahwa jangan sambut mereka dengan apapun atau penyajian apapunn karena minuman pun mereka membawanya. Subhanallah, inilah dia penjabat yang tidak mau disambut dengan seremonial yang biasa kita lihat di televisi.
Siswa/i Ayahbunda
Dari pihak PKBL Pertamina diwakili oleh Pak Suryadi (Wakil Manager PKBL Pertamina) dan Pak Margo (Staf PKBL Pertamina), belaiau melihat langsung keberadaan anak-anak khusus yang bersekolah di tempat kami dan jelas mereka melihat anak-anak khusus yang pada saat itu sudah berjumlah 54 siswa, berada di ruangan yang sempit serta harus berbagi waktu agar semua dapat terlayani dengan baik.
Mereka sangat terkesan dengan semua anak didik kami, beberapa orang anak-anakku diwawancarai langsung tentang pembelajaran di SLB Ayahbunda. Belau berdua semakin tercekat ketika melihat antusias siswa-siswi kami di ruangan yang digunakan bersama-sama tetapi tetap semangat belajar.
Saat doa bersama denga perwakilan PKBL Pertamina
Setelah menyaksikan pembelajaran di kelas, akhirnya aku pun kebagian untuk diwawancarai dan diperiksa kelengkapan surat-surat dan izin operasinal sekolah, Alhamdulillah lancar dan semua berkas lengkap. Masih ada wawancara lainnya, mereka menanyakan tentang bagaimana aku mengelola sekolah ini, apakah anak-anak bayar uang sekolah dan lain sebagainya. Semua ku jawab dengan kejujuran dan apa adanya karena memang kondisi sekolah ku seperti ini sesuai dengan yang mereka lihat.
Peletakan batu pertama pembangunan RKB SLB Ayahbunda
Empat jam sudah mereka melakukan wawancara denganku dan memeriksa kelengkapan berkas-berkas sekolah, sebelum pamit mereka mengatakan bahwa setelah melihat langsung kondisi sekolah dan apa yang terjadi dalam proses pembelajaran mereka menyatakan kagum dan akan membawa hasil survey mereka pada rapat ketentuan lembaga yang akan mendapatkan bantuan. Mereka bilang setelah melihat semuanya sangat optimis tetapi semua ditentukan oleh rapat oleh pihak PKBL Pertamina.
Tanah yang masih tersisa, menunggu pembangunan
Dua minggu kami menunggu, akhirnya pada bulan Maret 2010 saya (kepala SLB Ayahbunda) dan Ketua Yayasan Ayahbunda (bapak Dedi Rahmat Hidayat) diminta untuk datang ke PKBL Pertamina dengan membawa beberapa persyaratan. Sesampainya di PKBL Pertamina, aku tak habis bersyukur ternyata proposal kami disetujui dan mendapatkan dana sebesar Rp 150.000.000,- untuk 3 lokal, 2 lokal untuk kelas dan 1 lokal untuk perpustakaan.
MOU sudah kami buat dengan PKBL pertamina dan kami menunggu sekitar 2 minggu untuk pencairan dana yang akan masuk di rekening sekolah. Akhirnya 2 minggu sesuai dengan janji pihak PKBL Petrtamina dana pun cair, tanpa panjang kata akhirnya aku beserta rekan-rekan guru melakukan rapat untuk pembangunan lokal pertama sebesar Rp 50.000.000,-, begitu pun dengan tahap 2 dan 3 lancar tanpa ada kendala.
RKB SLB Ayahbunda Yang telah selesai Pembangunannya
Dana sebesar Rp 150.000.000,- untuk pembangunan 3 lokal ternyata diluar dugaan kami membengkak sampai Rp 225.00.000,- karena lkal yang kami bangun langsung dengan men-dak bagian atas, serta menambah 2 KMC. Walau dana saya dan suami (ketua Yayasan ayahbunda) dapat pinjam sana-sini akhirnya bangunan dapat terealisasi sesuai dengan waktunya dan saat ini kami sudah dapat melunasi hutang-hutang sisa pembangunan sebesar Rp 75.000.000,- dengan uang yang kami miliki termasuk pinjam ke Bank bjb dengan SK suami, uang sertifikasi dan bantuan lainnya yang tidak mengikat.
Tapi bagaimana dengan perjuanganku dan suami untuk mendapatkan tanah yang akan dibangun RKB?
Pada tahun 2003, tanah dibelakang gedung SLB Ayahbunda belum tergarap sama sekali hanya tanah kosong tidak bermanfaat dan ditumbuhi oleh ilalang-ilalang setinggi 150 meter, dengan meminta persetujuan pihak Perumnas II Parungpanjang secara lisan kami dipersilahkan menggunakan lahan tersebut untuk keperluan sekolah.
Tanah tersebut kami pergunakan dengan nyaman dan tenang untuk tempat fasilitas anak-anak bermain dan bercocok tanam. Pada tahun 2009 denga menjual kembali rumah kami di daerah Perumnas II Parungpanjang, akhirnya kami sepakat untuk membeli tanah di belakang sekolah dengan cara mencicil (mengingat aku belum mampu untuk membeli dengan cash). Tanah seluas 223m2 pun sepakat ku beli dengan cara mencicil dalam satu tahun seharga Rp. 73.590.000,- (belum termasuk BPHTB, Notaris dan Sertifikat) agar saat mendapatkan bantuan untuk RKB tanah tersebut sduah siap dibangun dan Alhamdulillah pada tahun 2010 pihak PKBL Pertamina membangun tanah tersebut.
Karena cicilan belum selsai tanh yang sudah berdiri satu lokal bangunan, oleh pihak Perumnas ada surat perintah untuk membongkar bangunan tersebut karena kesepakatan satu tahun dibayar lunas belum terbayarkan. Dan ini adalah perjalanan yang sangat menumpahkan derai air mata, kecewa dan rasa haru lainnya. Suamiku berjuang keras untuk mempertahankan hak-ahak anak-anak yang sekolah di tempat kami dengan memohon agar bangunan tersebut jangan sampai tergusur.
Manager pada saat itu sangat tidak memberikan toleransi sampai kami harus berargumentasi bahwa kami belum bisa melunasi karena keterbatasan dan tetapi manager tersebut tidak perduli, dia akan memanggil pihak polisi untuk menggusur bangunan yang sudah ada. Tanpa rasa takut, suamiku mempersilahkan manager tersebut untuk membongkar bangunan kelas siswa kami.
Tapi kenikmatan kami sungguh diluar nalar, Allah menjawab dengan bentuk lain dengan doa-doa yang kami panjatkan. Tiba-tiba manager lama itu digantikan dengan manager baru yang sungguh luar biasa, beliau merevisi ulang kesepakatan pembelian tanah dengan kembali mempersilahkan kami untuk mencicil dengan waktu yang kami sepakati.
Walau saat ini kami masih mencicil sisa tanah yang kami beli tapi kami bahagia dengan sang manager Perumnas yang baru, berhati mulia dan paham akan kondisi anak-anak khusus yang ada dalam naungan sekolah kami. Beliau memberikan semangat bahwa anak-anak yang kami didik adalah anak-anak bangsa dan kami pun wajib untuk memfasilitasinya, begitu kata beliau.
Mimpi-mimpi kami belum sepenuhnya terwujud tapi kami yakin dengan kerja keras, tekad yang bulat, perjuangan yang gigih, doa yang senantiasa terucap dan rasa syukur yang tak terhingga, kami yakin dapat mewujudkannya dengan baik dan benar tentunya atas izin Allah yang Maha Segalanya.
Tanah sudah dengan kemudahan dapat kami cicil walau belum lunas, bangunan sudah dapat menampung sebagian siswa. Saat ini tahun 2013, saya berharap dengan mengajukan proposal pada pihak Bank Mandiri dapat menyelesaikan beberapa lokal yang belum kami miliki.
Perencanaan ada sekitar 6 lokal yang kami impikan untuk tahun ini, lokal tersebut untuk peruntukkan kelas 4 lokal, ruang keterampilan 1 lokal, ruang terapi bermain 1 lokal. Kemudahan selalu akan datang bukan dengan diam tapi dengan perjuangan dan saya yakin dapat mewujudkannya. Modal saya hanya keyakinan yang kuat, doa dan dukungan. Karena Allah tidak akan merubah suatu kaum tanpa kita berusaha merubahnya.
Terima kasi kepada semua pihak yang telah membantu kami (SLB Ayahbunda0, tanpa bantuan kalian semuanya kami tidak berarti apa-apa.
Tulisan ini saya dedikasikan untuk :
1. PKBL Pertamina, bapak suryadi, Bapak margo, Ibu Dini, Ibu Yuri dan ibu Vera serta Bang Peter bersama teman-teman yang telah memberi kesempatan pada kami untuk terus mengembangkan diri lebih maju ke depan.
2. Pada suamiku tercinta, bapak dedi Rahmat Hidayat yang setia mendampingiku untuk mewujudkan mimpi-mimpi “indah”ku.
3. Guru-guru di SLB Ayahbunda yang setia menemaniku dikala suka dan duka
4. Anak-anak didikku dan wali murid dari Yayasan ayahbunda, yang selalu sabar bersama membangun Ayahbunda.
5. Rekan-rekanku yang tak dapat ku sebutkan satu persatu yang selalu membantuku dan memberi semangat untuk terus maju.
6. Bapak Arifin pemilik TB. Lestari jaya, yang setia memberi kesempatan untukku dalam melunasi semua hutang-hutangku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar