Sabtu, 08-November-2008; 07:58:47 WIB
Ketika Aku Sedang Tidak Setuju
Oleh : Prie GS
Di kotaku makin sering berdiri aneka mall. Di antaranya ada yang
berlokasi di sebuah tempat yang aku tidak setuju. Tetapi karena mal itu
tetap berdiri di situ tanpa peduli aku menolak atau setuju maka aku pun
menyalurkan kemarahan dengan caraku sendiri. Untuk mendemo Pemerintah aku
tak punya massa. Untuk menginvestigasi adakah pemberian izin itu adalah
penyimpangan, aku tak cukup keahlian. Akhirnya jalan terakhir aku tempuh,
aku berencama menolak mal ini cukup di dalam hati. Jika kemarahan ini
kulebarkan ia terbatas pada daerah kekuasaanku: yakni keluargku. Aku
melarang anak dan istriku belanja di tempat itu.
Seperti biasa, jika pemimpin keluarga sedang punya kuasa, yang
lain menuruti. Aku tak perlu meminta persetujuan dan aku juga tak mau tahu
apakah mereka rela atau terpaksa. Ternyata ada di dalam diriku ini naluri
totaliter. Jika ada pangkat di pundakku dan hidup di zaman lalu, aku pasti
juga berbakat menjadi seorang fasis: pihak yang memaksakan kehendak bukan
karena mutunya melainkan karena pangkat dan bedilnya.
Maka berjalanlkah larangan itu. Ketika mall ini dibuka dan
pengunjung begitu meluap aku bukan tidak mengerti istriku yang menggoda.
Ia menyebut-nyebut jumlah barang yang begitu banyak ragamnya dan begitu
murah harganya dan cuma di mall itu berada. Rampung mengintimidasi dengan
gayanya sendiri, ia juga meminjam dukungan dari anak-anaknya. Dan entah
bagaimana caranya, anak-anak ini juga mulai termakan hasutan. Tetapi
strategi ibu-anak ini keliru. Karena semakin mereka menyebut nama mall
kesukaannya itu hanya makin menerbitkan kemarahanku.
''Inilah susahnya masyarakat yang lugu. Terhadap barang yang
keliru pun begitu mudah tertipu,'' kataku dengan marah. Dan selanjutnya, di
depan keluargaku aku bekrotbah. Bahwa langkahku ini adalah setrategi
kebudayaan yang serius. Strategi yang memakai kekuatan rakyat tertinggi
derajatnya yakni boikot. Rakyat memang tidak punya hak mengubah
undang-undang, tidak bisa menolak keputusan yang keliru. Tetapi rakyat
masih memiliki kekuatan untuk menolak. Itulah boikot namanya. Televisi akan
mati jika tidak ditonton, barang akan tidak laku jika tidak dibeli, koran
akan bangkrut jika tidak dibaca. Boikot adalah perlawanan yang tak
tertandingi jika ia dipercayai.
Tetapi sejak mall ini dibuka, rasaku sudah mulai curiga. Karena
dari seluruh penduduk kota, rasanya suma aku sendiri yang menolak datang ke
tempat ini.Tadinya aku marah sekali. Apakah orang-orang itu tidak tahu
betapa kelirunya lokasi mall ini. Ia tidak cuma akan memperkeruh
tata-kota, melainkan juga akan membunuh para pedagang kecil. Mall sebesar
itu hanya layak ada di pinggiran dan tidak dijejalkan di tengah kota yang
makin mengonsentrasi kemacetan. Apakah orang-orang itu tidak merasa apa
yang aku rasakan? Jeritku dalam hati.
Tetapi karena aku sendirian, lama-lama aku bingung sendiri.
Adakah semua ini karena orang-orang itu yang tak tidak mengerti atau karena
gaya berpikirku yang sulit diikuti. Lama sekali teka-teki ini gagal aku
pecahkan hingga soal-soal yang kusangka idelogis ini ternyata selesai oleh
jawaban yang remah saja. Yakni soal DVD yang lama aku rindukan tetapi tidak
pernah berhasil aku miliki. Di internet ia kujelajahi, setiap aku pergi ia
kucari, di mana ada penjual aku datangi, seluruh perangkat pergaulan aku
kerahkan, tetapi hasilnya sia-sia. Sekian lama aku mencari dan putus asa
itulah hasil akhirnya, jika tidak seorang kawan lama tiba-tiba memberi
barang tercinta ini begitu saja di suatu kali.
Mataku terbelalak saking gembiranya. Aku anggap teman ini
malaikat penemu barang-barang langka. ''Langka gimana orang di mal itu
banyak sekali, murah lagi!'' katanya ringan. Aku terdiam. Kegembiraan yang
meluap-luap itu segera kusembunyikan. Di rumah, keinginanku untuk segera
menonton DVD ini tak tertahankan. Tetapi sambil menonton terbayang wajah
mall yang aku benci itu dengan perasan yang belum rampung kuterjemahkan.
Tetapi inilah yang agaknya yang tak bisa kusembunyikan: bahwa membenci pun
butuh berhati-hati karena kebaikan ternyata ada di mana-mana bahkan
termasuk di dalam diri pihak yang kubenci.
Prie GS
===========================================================================
This email is confidential. If you are not the addressee tell the sender
immediately and destroy this email without using, sending or storing it.
Emails are not secure and may suffer errors, viruses, delay, interception
and amendment. The Trakindo Group of Companies do not accept liability for
damage caused by this email and may monitor email traffic.
Unless expressly stated, any opinions are the sender's and are not approved
by the Trakindo Group of Companies and this email is not an offer,
solicitation, recommendation or agreement of any kind.
===========================================================================
Tidak ada komentar:
Posting Komentar