Belum lama saya mereview produk acer Iconia W510, eh awal bulan ini Juni 2013 dapat info jika Acer merilis lagi produknya bernama Aspire P3 - Hybrid Ultrabook. Kalau dalam teknologi Iconia W510 mengadopsi PC tablet tapi produk ini sesuai dengan namanya Ultrabook rasa tablet.
Seperti namanya Hybrid Ultrabook produk ini bisa digunakan menjadi ultrabook ketika memasang keybordnya. Dan sebalikanya, ketika keybord dilepas produknya bisa berubah menjadi tablet. Acer menggunakan desain yang memudahkan transformasi dari mode notebook menjadi mode tablet atau sebaliknya untuk kebutuhan bekerja dan hiburan. Jika sebelumnya seri Aspire dikenal sebagai lini produk laptop, kini Acer berupaya menghadirkan transformasi seri Aspire dalam tampilan ultrabook hybrid. Sangat manarik..
Dalam performa Acer Aspire P3 Ultrabook dikemas lebih simple dan hemat baterai. Untuk booting sendiri 3 kali lebih cepat dari Iconia W510.
Nah kalau masalah prosesor, produk ini menggunakan punya dua pilihan yaitu Intel Core i3 dan Intel Core i5 yang mampu menghemat energi tanpa mengurangi kecepatan kinerja dari tablet rasa ultrabook ini.
Kalau kita lihat dari segi beratnya, Aspire P3 tergolong perangkat berdimensi sedang, tidak besar namun ringan dibawa. Kalau perangkat ini berbentuk tablet ketebalan kurang lebih 9,95mm dan berat cuma 0,8 kg.
Kalau disaat berubah menjadi Ultrabook, Aspire P3 memiliki ketebalan 20mm dan beratnya 1,39kg.
Adapun OS-nya (Operasi Sistem) yang digunakan Aspire P3 - Hybrid Ultrabook adalah Windows 8 sehingga kita tidak perlu khawatir mengganggu perkerjaan kita. Karena kita bisa menginstall program-program layaknya PC.
Kalau kita hobby photografy Acer Aspire P3 insi sudah dilengkapi dengan dua buah kamera yang ada pada bagian belakang dan depan. Kamera di bagian depan perangkat ini cukup mumpuni untuk kebutuhan video conference,kamera pada Aspire P3 ini dapat merekam sampai dengan 720p. Sementara di bagian belakang diperkuat dengan kamera 5MP yang dapat mengambil gambar dengan Jernih . Untuk kebutuhan tata suara, Anda akan dimanjakan dengan dua buah speaker di bagian bawah perangkat ini yang telah memiliki sertifikasi Dolby® Home Theater V4 dan mampu mengadirkan suara yang jernih yang memukau.
Lebih ringkasnya Aspire P3 - Hybrid Ultrabook ini untuk menunjang kinerja prosesor menggunakan memori sebesar 2GB DDR3 dan penyimpanan data, sudah menggunakan SSD dengan kapasitas 120GB, grafis Intel HD4000, dan baterai yang bisa hidup hingga lebih dari 6 jam.
Aspire P3 - Hybrid Ultrabook memang cocok buat mobilitas kerja yang padat tiap harinya. Disaat serius mengerjakan tugas bisa berubah menjadi Ultrabook, disaat sedang santai bisa menjadi tablet bahkan sambil tiduran. Dengan Aspire P3 - Hybrid Ultrabook menjadikannya lebih fleksibel.
Kita bisa lihat bagaimana Veron yang hanya seorang asisten DJ terkenal Tiësto mampu meraih passionya dengan teknologi Aspire P3 - Hybrid Ultrabook. Lihat video aksi Veron dibawah ini
Dan tentu saja kita bisa melakukan hal yang sama dalam meningkatkan kinerja dengan bantuan teknologi mutakhir semacam Acer Aspire P3 - Hybrid Ultrabook.
Apalagi Acer sebagai produsen terbesar yang selalu konsisten menghadirkan perangkat dengan dukungan teknologi terkini untuk memenuhi tuntutan profesional yang memiliki mobilitas tinggi.
Penulis sendiri dalam rutinitas kerja (yang kebetulan bekerja di dunia online) sudah lama menggunakan bantuan teknologi. Kita merasakan bagaimana yang namanya sebuah perangkat terus mengalami perubahan-perubahan tiap tahunnya. Lalu apa yang dicari dengan teknologi selain kemudahan dan multiguna?
Saya termasuk orang yang sehari-hari berinteraksi dengan dunia internet. Terpaku dengan aktivitas monoton menghadap ke layar komputer, duduk lama atau bahkan mata tampak lelah. Rasanya ingin membawa komputer tersebut ke tempat tidur dan mengerjakannya dengan santai. Tapi rasanya itu tidak mungkin bukan?
Kalau kita lihat spesifikasi diatas Aspire P3 - Hybrid Ultrabook sudah cukup memberikan jawaban itu.
So, mau nunggu sampai kapan membangkitkan hidden passion kita dengan teknologi?
Memang terdengar keren produk ini, acer memasarkan produk-produknya begitu lihai sesuai dengan trends. Saya pribadi mengamati perkembangan teknologi Acer sejak diluncurkan ultrabook tahun lalu hingga kini tanpa saya duga Acer mengemasnya menjadi sebuah tablet bernama Aspire P3 - Hybrid Ultrabook.
Kita akan mencoba menengok bagaimana sebenarnya rupa Aspire P3 - Hybrid Ultrabook.
Seperti namanya Hybrid Ultrabook produk ini bisa digunakan menjadi ultrabook ketika memasang keybordnya. Dan sebalikanya, ketika keybord dilepas produknya bisa berubah menjadi tablet. Acer menggunakan desain yang memudahkan transformasi dari mode notebook menjadi mode tablet atau sebaliknya untuk kebutuhan bekerja dan hiburan. Jika sebelumnya seri Aspire dikenal sebagai lini produk laptop, kini Acer berupaya menghadirkan transformasi seri Aspire dalam tampilan ultrabook hybrid. Sangat manarik..
Dalam performa Acer Aspire P3 Ultrabook dikemas lebih simple dan hemat baterai. Untuk booting sendiri 3 kali lebih cepat dari Iconia W510.
Nah kalau masalah prosesor, produk ini menggunakan punya dua pilihan yaitu Intel Core i3 dan Intel Core i5 yang mampu menghemat energi tanpa mengurangi kecepatan kinerja dari tablet rasa ultrabook ini.
Kalau kita lihat dari segi beratnya, Aspire P3 tergolong perangkat berdimensi sedang, tidak besar namun ringan dibawa. Kalau perangkat ini berbentuk tablet ketebalan kurang lebih 9,95mm dan berat cuma 0,8 kg.
Kalau disaat berubah menjadi Ultrabook, Aspire P3 memiliki ketebalan 20mm dan beratnya 1,39kg.
Adapun OS-nya (Operasi Sistem) yang digunakan Aspire P3 - Hybrid Ultrabook adalah Windows 8 sehingga kita tidak perlu khawatir mengganggu perkerjaan kita. Karena kita bisa menginstall program-program layaknya PC.
Kalau kita hobby photografy Acer Aspire P3 insi sudah dilengkapi dengan dua buah kamera yang ada pada bagian belakang dan depan. Kamera di bagian depan perangkat ini cukup mumpuni untuk kebutuhan video conference,kamera pada Aspire P3 ini dapat merekam sampai dengan 720p. Sementara di bagian belakang diperkuat dengan kamera 5MP yang dapat mengambil gambar dengan Jernih . Untuk kebutuhan tata suara, Anda akan dimanjakan dengan dua buah speaker di bagian bawah perangkat ini yang telah memiliki sertifikasi Dolby® Home Theater V4 dan mampu mengadirkan suara yang jernih yang memukau.
Lebih ringkasnya Aspire P3 - Hybrid Ultrabook ini untuk menunjang kinerja prosesor menggunakan memori sebesar 2GB DDR3 dan penyimpanan data, sudah menggunakan SSD dengan kapasitas 120GB, grafis Intel HD4000, dan baterai yang bisa hidup hingga lebih dari 6 jam.
Lebih Fleksibel dengan Aspire P3 - Hybrid Ultrabook
Aspire P3 - Hybrid Ultrabook memang cocok buat mobilitas kerja yang padat tiap harinya. Disaat serius mengerjakan tugas bisa berubah menjadi Ultrabook, disaat sedang santai bisa menjadi tablet bahkan sambil tiduran. Dengan Aspire P3 - Hybrid Ultrabook menjadikannya lebih fleksibel.
Kita bisa lihat bagaimana Veron yang hanya seorang asisten DJ terkenal Tiësto mampu meraih passionya dengan teknologi Aspire P3 - Hybrid Ultrabook. Lihat video aksi Veron dibawah ini
Dan tentu saja kita bisa melakukan hal yang sama dalam meningkatkan kinerja dengan bantuan teknologi mutakhir semacam Acer Aspire P3 - Hybrid Ultrabook.
Apalagi Acer sebagai produsen terbesar yang selalu konsisten menghadirkan perangkat dengan dukungan teknologi terkini untuk memenuhi tuntutan profesional yang memiliki mobilitas tinggi.
Penulis sendiri dalam rutinitas kerja (yang kebetulan bekerja di dunia online) sudah lama menggunakan bantuan teknologi. Kita merasakan bagaimana yang namanya sebuah perangkat terus mengalami perubahan-perubahan tiap tahunnya. Lalu apa yang dicari dengan teknologi selain kemudahan dan multiguna?
Saya termasuk orang yang sehari-hari berinteraksi dengan dunia internet. Terpaku dengan aktivitas monoton menghadap ke layar komputer, duduk lama atau bahkan mata tampak lelah. Rasanya ingin membawa komputer tersebut ke tempat tidur dan mengerjakannya dengan santai. Tapi rasanya itu tidak mungkin bukan?
Kalau kita lihat spesifikasi diatas Aspire P3 - Hybrid Ultrabook sudah cukup memberikan jawaban itu.
So, mau nunggu sampai kapan membangkitkan hidden passion kita dengan teknologi?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar