Dua orang bersaudara tinggal disuatu lading. Dulu mereka hidup nyaman, saling membantu dan saling menolong. Namun, karena suatu masalah, kini mereka berselisih. Kasih saying yang selama hidup berdampingan sepuluh tahun sirna dalam sekecap. Awalnya hanya kesalapahaman kecil. Lalu menjadi saling ejek dan saling maki, setelah tak bertegir sapa selama seminggu.
Pada suatu hari si kakak kedatangan tamu. Rupanya seorang tukang kayu yang dating lengkap dengan kotak perkakasnya. “saya mencari kerja. Apakah Anda punya pekerjaan buat saya?” Tanya si tukang kayu itu.
“O ya, “kata si kakak. “Saya punya satu pekerjaan untukmu. Coba lihat disana, di laang sebelah sana. Di sana tinggal tetangga saya. Ehmm, sebenarnya adik saya. Dua minggu lalu dia membuat masalah dengan saya. Sebelumya disana ada sebuah tanah lapang, tapi dia telah menguruk tanah itu dan kini ada sebuah lembah keil di sana. Mungkin ia ingin membatasi tanahnya denganlembah itu.”
“Tapi, “dia berkata lagi, “Saya bias melakukan lebih baik lagi daripada dia. Kamu lihat kumpulan kayu di lumbung itu? Saya ingin kamu membuat pagar. Dan ingat, tingginya harus sepuluh meter sehingga dia tida bias melihat lading saya lagi. Saya ingin memberinya pelajaran.”
“Baik,saya bias mengeri masalahnya, “jawab si tukang kayu. “sekrang tunjukkan dimana palu dan paku supaya saya mulai bekerja. Saya akan membuat Anda senang dengan pekerjaan saya ini.”
Sang kakak menunjuk tempat perkakasmiliknya, lalu pergi kekota untuk membeli bebrapa barang sehari-hari. Ia juga berpesan kepada tukang kayu untuk menyelesaikan tugasnya itu dalm seminggu. Jadi, selesai tepat saat dia kembali dari kota.
Tibalah saaat itu. Matahari hamper tenggelam ketika sang kaka tiba dari kota. Ia langsung menuju “pembatas” laang itu. Matanya terbelalak. Betapa kagetnya ia, sebab disana tidak dilihatnya pagar. Yang ada justru sebuah jembatan yang menghubungkan ladangnya dengan lading adiknya.
Di ujung yang lainya, sang adik ternyata telah berdiri sambil melambaikan tangan. Dalam temaram senja kedua kakak adik itu bertemu ditengah jembatan.
Sang adik berkata, “kak, engkau begitu baik telah membutkanku satu jembatan buat kita berdua. Padahal aku yang memulai segalanya. Aku yang membuat lembah ini sebagai batas diantara kita. Engkau begitu baik, walaupun atas segala yang pernah kuucapkan dan telah kuperbuat.”
Sang kakak tak menyangka seperti ini kejadiannya. Sebenarnya ia ingin juga membuat batas diantara mereka. Kedua tangan kakak beradik itu lalu terbuka untuk saling berpelukan.
Di tempat yang agak jauh si tukang kayu menyaksikan adegan itu. Kemudian memanggung perkakasnya. Bersiap pergi, tapi, ekor mata si kakak segera menangkapnya. “heii…tungu! Jangan pergi! Aku punya pekerjaan lain untukmu,” teriak si kakak memanggil si tukang kayu.
‘Saya ingin sekali berada disini dan merasakan kebahagiaan kalian, “kata si tukang kayu. “Tapi, masih banyak jembatan lagi yang harus kubangun. Terima kasih.”
Sahabat, jembatan antara manusai adalah cinta an ksih saying. Dalam cinta kita akan menemuka saling pengertian, penharapan, welas kasih, perhatian, peneguhan, dukungan, semnagat dan banyak hal lainya.
Jika tak bias menemukan ara untuk memberikan kasih saying kepada banyak orang, setidaknya kita cara untuk mengingat bahwa kita telah lakukan yang terbaik. Sesungguhnya yang kita butuhkan hanyalah sedikit sentuhan bahwa sebenarnya kita adalah satu dan punya keinginan yang sama: diintai dan mencintai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar