Senin, 07 Juni 2010

Berjaya di Usia Senja


       Orang yang lanjut usia sering kali dianggap beban bagi keluarga daripada tumpuan. Kita juga sering mendengar dan menyaksikan, baik dari media cetak maupun elektronik –bajkn dalam kehidupan sehari-hari- ulah dan kenakalan para lansia. Semakin tua semakin tinggi perangainya. Padahal, bagi mereka itu telah banyak kenikmatan yang dikurangi oleh Allah Swt.


       Syahdan, suatu ketika Ma’an bin Zaidah mendatangi Al-Makmun. Al-Makmun bertanya, “bagaiman keadaanmu di usia renta ini?” Ia menjawab, “ Aku bisa jatuh hanya karena tersandung kotoran unta, dan cukup diikta hanya dengan sehelai rambut.”

       Al-Makmun bertanya lagi, “Bagaimana tanggapanmu terhadap makanan, minuman dn tidurmu?” Ia menjawab, “bila lapar, akau marah, bila makan, aku merasa jengkel; bila berada diantara orang-orang, aku mengantuk; dan bila di atas kasur, aku terjaga.”

       “Bagaimana pendapatmu tentang wanita?” Ia menjawab, “Kalau wanita yang buruk rupa, aku tidak menginginkan mereka; sedangkan para wanita yang cantik, mereka tidak menginginkanku. “Al-Mukmin berkata, “Kalau begitu, tidak pantas orang sepertimu dianggap muda.”

       Sungguh amat keterlaluan bagi orang-orang yang sudah lanjut usia, tapi masih juga melakukan maksiat. Rasulullah SAW bersabda, “Allah SWT tidak akan menerima dalih seseorang sesudah dia memanjangkan usinya hingga 60 tahun.” (HR Bukhari).

       Oleh karena itu, Allah memberi pujian kepada mereka yang berusia senja, tapi masih tetap menjaga keimanannya. Dalam sebuah hadist kudsi, Rasulullah menyampaikan firman Allah, “Demi kemuliaan-Ku, keagungan-Ku, dan kebutuhan hamba-Ku kepada-Ku, sesungguhnya aku merasa malu menyiksa hamba-Ku, baik laki-laki maupun perempuan, yang telah beruban karena tua dalam keadaan Muslim.”

       Tua dalam keadaan muslim yang dimaksud dalam hadis qudsi di atas adalah oarn yang panjan umurnya dan baik amal perbautannya. Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik orang diantara kalian ialah yang panjang umurnya dan baik pula amalannya.” (HR Tirmidzi).

       Dengan demikian, kebahagiaan di akhirat harus dicapai dengan bekal pahala yang banyak dari amal saleh yang sebanyak-banyaknya. Raulullah telah memberikan resep tentang amal yang pahalanya akan terus mengalir meskipun kita telah meninggal dunia.

        Rasulullah SAW bersabda, “Apabila seorang anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga hal, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang senantiasa mendoakan orang tuanya.” (HR Muslim).


        Inilah rahasia keberkahan usia yang terus bertambah, dan tetap mengalir pahala kebaikannya. Ibarat sebuah asset, kita tinggal menikmati keuntungan dan kejayaan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar