Jumat, 25 Juni 2010

Kata Hati Seorang Ayah


Seorang Ayah merupakan figur bagi seorang anak. Seorang ayah selalu ingin memberikan yang terbaik bagi anaknya. Seorang ayah juga selalu memberikan nasehat kepada seorang anak. Itulah ayah!, namun kita sebagai anak, sering manganggap nasehatnya sebagai hal yang sepeleh dan bahkan kita menganggap itu adalah amarah darinya. Padahal tidak demikian, ayah hanya ingin kita menjadi seorang anak yang dapat dibanggakan, lebih baik daripada mereka dan tentu ayah berharap besar kepada kita sebagai seorang anak untuk berbakti kepadanya ketika mereka telah lanjut usia. 


Peran ayah sangat besar ketika kita masih bayi, mereka korbankan isirahat malam dan kantuknya demi menjaga kita. Di kala kita sakit, dia salalu merasa kawatir atas kondisi kita, seakan-akan dialah sedang sakit. ketika kita besekolah, mereka tidak merasakan lelah dalam mancarikan dafkah demi kebutuhan kita sebagai anaknya.

Apakah sudah membanggakan dan berbakti kepada ayah kita? Atau malah sebaliknya, kita membangkang kepadanya ketika kita sudah dewasa dan mampu mencari penghasilan sendiri?
Ada baiknya kita mengkaji firman Allah SWT dalam al-Qur’an surah Luqman ayat 14-15 yang artinya;
“dan kami perintahkn kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; Ibunya telah mengandungnya dalam keadaanlemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahu (14), Pergaulilah keduanya (Ibu-bapakmu) di dunia dengan baik dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku (15).”

Dan dalam sebuah hadist, Jabir Ra meriwayatkan, ada anak laki-laki yang dating menemui Nabi SAW dan melapor. Dia berkata, “Ya Rasulullah, sesunggunya ayahku ingin mengambil hartaku…” “Pergilah kamu membawa ayahmu ke sini,” Perintah beliau. Bersamaan dengan itu Malaikat Jilbril turun menyampaikan salam dan pesan Allah kepada beliau. Jibril berkata, “Ya Muhammad, Allah Azza wa Jalla mengucapkan salam kepadmu, dan berpesan kepadamu, kalau orangtua itu datang, engkau harus menanyakan apa-apa yang dikatakan dalam hatinya dan tidak didengar oleh telinganya. Ketika orang tua itu tiba, maka Nabi pun berkata kepadanya, “Mengapa anakamu mengadukanmu? Apakah benar engkau ingin mengambil uangnya?” Lelaki tua itu menjawab, “tanyakan saja kepadanya, Ya Rasulullah, bukakah saya menafkahkan uang itu untuk beberapa orang ammati (saudara ayahnya) atu khalati (saudara ibunya), atau untuk keperluan saya sendiri?” Rasulullah besabda lagi, “Lupakan hal itu, sekrang ceritakanlah kepadaku apa yang engkau katakana dalam hati dan tidak pernah didengar oleh telingamu!” Maka wajah keriput lelaki itu tiba-tiba menjadi cerah dan tampak bahagia, dia berkata, Demi Allah, ya Rasulallah, dengan ini Allah SWT menambah kuat keimananku dengan ka-Rasulanmu. Memang saya pernah menangisi nasip malangku dan kedua telingaku tidak pernah mendengarnya…” Nabi mendesak, “Katakanlah aku ingin mendengarnya.” Orang tua itu berkata dengan sedih dan air mata yang berlinang, “Saya mengatakan kepadanya kata-kata ini, “Aku mengasuhmu sejak bayi dan memeliharamu waktu muda. Semua hasil serih payahku kau minum dan kau reguk puas. Bila kau sakit di malam hari, hatiku gundah dan gelisah, lantaran sakit dan deritamu, aku tidak bias tidur dan resah, bagai akaulah yang sakit, bukan kau yang menderita. Lalu air mataku berlinang-linang dan meluncur deras. Hatiku takut engkau disambar maut, padahal aku tahu ajal pasti akan datang. Setelah engkau dewasa, dan mencapai apa yang engkau cita-citakan, kau balas aku dengan kekerasan, dan kekejaman, seolah-olah engkaulah pemberi kenikmatan dan keutamaan. Saying, kau tak mampu penuhi hak ayahmu, kau perlakukan daku seperti tetangga jauhmu. Engkau selalu menyalahkan dan membentakku, seolah-olah kebenaran selau menempel di dirimu …,seakan-akan kesejukan bagi orang-orang yang benar sudah dipasrakan.” Selanjutnya Jabir berkata, “Pada saat itu Nabi langsung Memengangi ujung baju pada leher anak itu seraya berkata, “Engkau dan hartamu milik ayahmu!” (HR. At-Thabrani dalam “As-Sagrif” dan Al-Ausath).

Semoga hati kita terbuka dan mengingat akan begitu besar peran ayah kita dalam menopang kehiupan kita, sehingga kita dapat tumbuh dewasa seperti saat ini. Dengan demikian  rasa cinta kita kepada ayah kita akan tumbuh,  maka patutnya kita sebagai seorang anak berbakti dan mendoakan mereka. Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar