Rabu, 08 Januari 2014

Organisasi Islam Hancur Karena Penyusup

Hancur karena Penyusup


Catatan ini sebenarnya lanjutan dari status saya yang berjudul "Dari Pergerakan Ekonomi Menuju Pergerakan Politik". Tapi tidak apa-apa jika saya memberi judul "Hancur Karena Penyusup"
organisasi islam

Lahirnya perkumpulan dan organisasi biasanya didasari oleh kepentingan-kepentingan, orang-orang yang mempunyai satu tujuan, satu misi kemudian mengangkat sebuah pemimpin sebagai motor penggerak. Dan setiap perkumpulan akan diawali oleh generasi perintis.

Biasanya kebanyakan generasi perintis lebih banyak berkorban untuk kemajuan perkumpulannya, dia punya opsesi membesarkan perkumpulannya agar diterima oleh masyarakat. Harta waktu, pemikiran tenaga tercurah disana.

Inilah dia kisah perjuangan kakek2 kita mendirikan Sarekat Islam, organisasi politik pertama di Indonesia jauh sebelum berdirinya organisasi orang2 liberal.

Sarekat Islam sebelumnya bernama Sarekat Dagang Islam yang didirkan oleh Haji Samanhudi di Surakarta pada 16 Oktober 1905. Asas pertama kali dibentuknya SDI ini adalah untuk memajukan Ekonomi umat islam yang padawaktu itu tertinggal jauh oleh pedagang2 china (bahkan sampai sekarang Indonesia di kangkangi).

Berkat keuletan para pengurus dan rasa memiliki anggota untuk kemajuan umat SDI mampu membuat korwil-korwil di setiap daerah dan gaung pengaruhnya terdengar di Indonesia.

kemudian munculnya tokoh tangan dingin H.O.S. Tjokroaminoto, SDI menjadi besar dan dirubahlah namanya menjadi SI (sarekat Islam). Kinerja SI diperluas tidak hanya pada gerakan ekonomi tapi harus eksekusi kebijakan untuk kemaslahan rakyat Indonesia dengan menjadi gerakan politik.

:: Penyusup itu Menghancurkan SI ::

Revolusi Rusia dengan paham komunisme mulai menyebar dibeberapa negara Asia, salah satunya Indonesia. Paham ini sengaja di Import oleh belanda pada waktu itu untuk disusupkan pada orang-orang SI.

Akhirnya muncullah tokoh-tokoh SI yang terpengaruh komunisme iatu Semaoen, Darsono, Tan Malaka, dan Alimin Prawirodirdjo. Hal ini menyebabkan SI pecah menjadi "SI Putih" yang dipimpin oleh HOS Tjokroaminoto yang bermarkas di Yogyakarta dan "SI Merah" yang dipimpin Semaoen yang bermarkas di Semarang. Tentu saja SI merah berlandaskan asas sosialisme-komunisme.

Perpecahan ini tidak bisa dipungkiri dan melemahkan kerja SI, tidak mungkin menyatukan ideologi berbeda. Walau ada sebagian tokoh yang ingin melerai kelompok ini tapi tetap saja tidak bisa.

Konfrontasi perang urat saraf 2 kelompok ini menjadi-jadi. Akhirnya SI yang anggotanya mempunyai background bermacam2 dari Muhamadiyah, Persis dll mengambil kebijakan bahwa setiap anggota tidak boleh rangkap anggota dg organisasi lain. Tapi sayang kebijakan ini tidak berhasil karena pihak SI merah ngotot agar PKI bisa tetap masuk di SI bahkan SI Merah juga menentang pencampuran agama dan politik dalam SI

SI Putih kemudian ancang-ancang merubah namanya menjadi Partai Sarekat Islam, pun begitu SI Merah membuat tandingan dengan mendirikan "Sarekat Rakyat"

Inilah sekelumit kisah pahit dari hancurnya sebuah Jamaah/Organisasi/Perkumpulan dll hanya karena salah menempatkan orang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar