Senin, 04 Maret 2013

Kisah Penunggu Sawah Penghasil Anak

Dulu ketika belum ada facebook, belum ada twitter, belum ada harlem shake (ane biasa bilang harem sex, maklum orang jawa), belum ada dandang sutel, belum ada yang belum ada. Suasana masih sepi, hiruk pikuk manusia tidak semeriah konser partai.

Waktu kanak-kanak main petak umpet menjadi pemenang karena banyaknya semak-semak belukar sehingga yang mbesangpun susah mendapatinya.

Itulah dulu yang menjadi pribadi luar biasa, pribadi yang punya malu, pribadi yang bisa menjaga kehormatan keluarga.

Masih ingat!! mitos-mitos orang tua yang mengatakan pada anaknya, "nak sudah maghrib, nanti sawanen dan di gondhol bethorokolo" Maka berhamburanlah anak-anak yang bermain dan mereka pulang, sementara para orang tua menutup pintu-pintu jendela.

Saya tidak percaya mithos itu tapi saya percaya makna yang terkandung didalamnya, dalam islam ketika matahari terbenam maka tanduk setan akan muncul, setan-setan bertebaran, maka jika anak kecil berkeliaran menjelang maghrib biasanya terkena 'ain. Ah sudah kita kembali ke asal permasalahan perbedaan dulu dan kini, manusia-manusia yang kehilangan tempat bermain.

Siapa yang tidak kenal dengan penunggu sawah, dialah pak tani yang begitu telaten menjaga sawahnya dari ganguan makluk-makhluk asing.

Pekerjaannya yang mulia menghidupi masyarakat kota walau dirinya dalam keadaan susah. Siang-malam tidak kenal lelah hingga dirinya rela dijiplak dari jerami untuk jadi orang-orangan sawah. Untuk apa? Untuk kita untuk Anda orang-orang kota..

Anda tahu? Pak tani sesungguhnya membutuhkan regenerasi profesi yang menjadi tulang punggung bangsa.
penunggu sawah penghasil anak
Sumber gambar orang sawah: http://id.wikipedia.org/wiki/Orang-orangan_sawah

Generasi  Baru Penunggu Sawah


Yang  benar saja, profesi penunggu sawah kini banyak diminati para remaja. Bahkan remaja rela berhujan-hujan, berpanas-panas, gatal-gatal terkena ulat menjadi profesi penunggu sawah modern.

Walau sedikit heran pak tani tua tidak mengajarinya tapi generasi ini begitu produktif dan kreatif menjalankan profesinya.

Cara kerja remaja profesi penunggu sawah ini tentu lebih modern dari yang dulu. Disamping menunggu sawah bisa melakukan aktivitas sampingan. Ya.. bisa facebook, harem sex, dandang sutel… enjoy ketika kerja.

Tapi tiba-tiba pak tani heran, kenapa sekarang marak orang berbondong memilih profesi ini? Apa untungnya dan apa hasilnya?

Selidik punya selidik ternyata panen yang dihasilkan dari dari sawah yang ditunggu oleh mereka bukanlah padi, bukanlah beras, bukan jagung, bukan bawang, dan bukan buah-buahan.

Terhenyaklah pak tani, ternyata profesi mereka menghasilkan anak diluar nikah.

Support: Kumpulan Puisi dan Kisah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar