Senin, 25 Maret 2013

Makan Bekicot Masuk Rumah Sakit

Saat ini sedang hangat-hangatnya berita MUI yang menfatwakan makan bekicot haram. Melihat hal itu saya jadi teringat waktu kecil tentang binatang yang suka bawa rumahnya ini kemana-mana.

Alhamdulillah keluargaku orang pesantren terutama Bapak yang tergolong orang pondokan salafiyah NU yang begitu kental dan peduli tentang makanan halal haram. Walau belum ada fatwa MUI keluar, pada waktu itu Bapak sudah berprinsip bahwa makan bekicot jelas haram karena termasuk binatang hasyarat menjijikkan. Dan ini pendapat ini sudah dipegang oleh mbah-mbahku dulu...

Sehingga Bapak selalu mewanti-wanit kami anaknya jangan pernah makan binatang hasyarat termasuk laron (seingatku sih hehehe udah lupa)

Pun begitu, setelah aku menempuh jalur pendidikan di MTsN di kota kediri maka berubahlah pola pikirku karena belajar fikih dasar. Dan istinbat hukum katak, kepiting bahkan bekicotpun mulai berubah..

Kalau dulu Bapak mengajarkan saya kalau kepiting dan kodok itu haram karena hidup di dua alam. Dan aku memahami dalam pelajaran fikih dasar tersebut kalau kodok jelas haram karena dalil hadisnya memang menyebutkan kodok haram tanpa menyebutkan dua alam... dan seterusnya (kalau dikisahkan ntar g jadi nulis tentang pengalaman makan bekicot hehehe)

Nah, dari situlah aku mulai penasaran dengan bekicot, akhirnya aku merubah paradigma yang semula bekicot haram menjadi syubhat (samar) g jelas hukumnya... karena otakku waktu itu memang penuh subhat akhirnya meng-ganyang juga bekicot (karena aku mengqiaskannya dengan siput air (tutut-kol) yang menurut jumhur ulama halal )

Awal Kisah Pertama Kali Aku Makan Bekicot

makan bekicot
Sumber gambar: Wikipedia.org
Pada suatu hari (waktu itu masih imut pelajar MTs), ketika salah satu kerabatku meninggal seperti biasa semua tetangga pada melayat. Sebagian kaum pria membuat keranda dari bambu, dan akupun ikut nimbrung disana. Aku beserta teman-tem duduk-duduk melihat bapak-bapak mengayam kerangka keranda.

Tiba-tiba datang temanku Hendra membawa bungkusan kecil, sambil berjalan dia mengunyah dengan lahapnya. Aku tanya ke dia "Enaknya....Kamu sedang makan apa?"

Eh ternyata dia bilang sedang makan keripik bekicot, kemudian dia mencoba menawari aku. Dan aku sempat menggelengkan kepala tidak mau karena masih ragu dengann hukum makan bekicot dan takut dimarahin Bapak.

Kemudian Hendra kembali menawari, "Enak kok, coba saja...sedikit saja" sambil dia mencuil keripik bekecot seukuran ujung jari kelingking dan disodorkan ke aku.

Wuah tanpa di sangka akhirnya aku tergoda juga untuk mengincipi keripik bekecot itu. "Ah tidak apa-apa makan sedikit saja kok."

Akhirnya aku makan secuil keripik itu..

Kurang lebih 30 menitan jenazah kerabat belum juga diberangkatkan, tapi tiba-tiba tenggorokanku ada yang mengganjal seperti mau keluar cairan ingus yang banyak, pusing dan pening. Aku segera berlari menuju rumah...

Ternyata pusingpun semakin menjadi-jadi, tubuhku terasa panas.. dan muka seperti kebakar. Wah aku langsung panik... ini Biduren atau apa? kalau biduren kok begini..

Tiba-tiba aku sudah melihat banyak orang mengerubuti rumahku.. mereka berdatangan. Dan aku sudah tidak ingat lagi apa yang terjadi.... tiba-tiba aku sadar sudah dirumah sakit.

Ibuku cuma menangis... malu sama tetangga kok anaknya gragas kayak g ada makanan lain saja, kenapa harus makan bekicot.

Ya elah... kenapa cuma makan secuil bisa-bisa aku masuk rumah sakit.

Kembali Ke Paradigma Lama Bekecot Haram


Cerita diatas hanya sepenggal kisahku yang norak hehehehe... sok agamis kali aku yah. Namanya juga manusia banyak luput dan dosa. Belajar dari kesalahan dan mencoba mencari kebenaran alhamdulillah akhirnya aku mencoba menggali ilmu. Dan aku mendukung MUI menfatwakan makan bekicot haram, adapaun referensi fikih kontemporernya bisa dilihat di: Hukum Makan Bekicot Menurut Madzhab-Madzhab Islam

Mungkin ada sobat yang berbeda pendapat dengan masalah ini, tetapi saya menghargainya karena masalah ini hanyalah Ijtihadiyah dan tidak musti kita jadikan perpecahan umat. Yang Halal monggo yang Haram Monggo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar