Kamis, 17 Januari 2013

Indanya Berhutang dengan Kejujuran

Hari ini buatku adalah kejutan, ternyata hari gini pada zaman degradasi moral sudah mulai terjadi penurunan ternyata masih ada sosok yang begitu jujur.
Saat uang sudah mulai menipis..piiissss...tipiiiiissss, tidak cukup untuk beli beras satu liter saja, tiba-tiba seorang teman datang padaku. Meminta maaf dengan semua maaf yang dia lontarkan, aku bingung karena menurutu dia tidak punya salah apa-apa padaku. Kok, tiba-tiba memohon maaf dengan sangat dramatis seperti itu.
Akhirnya ku maafkan segala maafnya, sambil tetap bingung dan dia mengeluarkan uang sejumlah Rp 300.000,-. Ternya dia sudah lama meminjam uang padaku tapi dia heran aku tidak pernah menagih dan tidak pernah menyinggung masalah hutang tersebut.
Asli, aku benar-benar lupa dan sampai saat ini pun aku lupa kalau aku sudah pernah meminjamkan uangku padanya. Ternyata pertolongan Tuhan itu diluar kuasa kita sebagai umatnya. Aku bersyukur uangku yang tinggal MaRebu, akhirnya bisa bertambah.
Sulit sekali saat ini menemukan sosok yang jujur, mengingatkan kita bahwa mereka memiliki hutang kepada kita. Yang banyak malah kita selalu melupakan hutang dan saat ditagih pura-pura lupa dengan hutangnya (jadi malu inget ama diri sendiri, xixixixi).
Hari ini aku belajar tentang satu kejujuran dan keterbukaan, berani untuk mengatakan kebenaran walau sebenarnya aku sendiri benar-benar lupa bahwa dia memiliki hutang padaku.
Andaikan dia tidak berkata jujurpun aku pasti lupa dan memang lupa kalau dia punya hutang. Terima kasih teman, hari ini aku semakin mengenal dirimu bahwa kejujuran diatas segalanya.
Hutang mu tidak seberapa dibandingkan nilai kejujuran yang kau utarakan padaku, semoga aku semakin belajar darimu bahwa “indahnya berhutang dengan kejujuran”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar