Minggu, 27 Januari 2013

Kesenjangan Penghasilan Antara Guru PNS & Guru Non PNS, Tak Menyurutkan Langkah Guru Non PNS



Kali ini saya mencoba untuk menulis sebuah kenyataan yang secara kasat mata saya lihat. Tetapi bisa jadi tulisan saya ini hanya sebuah “rasa” yang tersembunyi dalam hati jadi bukan dari hasil penelitian secara ilmiah yang didukung dengan teori-teori para ahli, tapi hanya sebuah perjalanan hidup yang dituangkan lewat sebuah tulisan.
Keperdulian pemerintah pada guru-guru PNS saat ini telah banyak memberikan dampak positif terhadap peningkatan taraf hidup sebagian besar guru-guru PNS. Dari kenaikan gaji setiap tahuan secara signifikan terus meningkat sekitar 7-10% dari gaji pokok, berikut daftar gaji PNS pada tahun 2013 :
1.     PNS Golongan IIIa dengan masa kerja 0 tahun, gaji pokoknya Rp 2.046.100 (sebelumnya Rp 1.902.300) dan tertinggi IIId dengan masa kerja 32 tahun adalah Rp 3.742.300 (sebelumnya Rp 3.332.000)
2.     PNS Golongan IVa masa kerja 0 tahun adalah Rp 2.436.100 (sebelumnya Rp 2.245.000), sedang tertinggi untuk golongan IVe masa kerja 32 tahun adalah Rp 4.608.700 (sebelumnya Rp 4.100.000). Sumber : http://www.serverberita.com/2013/01/gaji-pns-berdasarkan-pangkat-dan-golongan.html
Dari kenaikan gaji pokok tersebut masih ada tunjangan-tunjangan lainnya dan setiap tunjangan disesuaikan dengan masing-masing dari kebijakan pemerintah daerahnya.

Sekarang mari kita lihat Tunjangan Pemerintah Daerah Jawa Barat terhadap guru-guru Sekolah Luar Biasa yang mendapatkan Tunjangan Tambahan Penghasilan (TTP) :
1.     PNS Golongan IIIa-IIIe  sekitar Rp 3.600.000-Rp 4.400.000/bulan
2.     PNS Golongan IVa-IVe  sekitar Rp 4.600.000-Rp 5.400.000/bulan

Ada lagi Tunjangan Konfensasi  Mengajar untuk guru PNS di SLB Provinsi Jawa Barat :
1.     PNS Golongan IIIa-IIIe  sekitar Rp 260.000-Rp 340.000/bulan
2.     PNS Golongan IVa-IVe  sekitar Rp 360.000-Rp 440.000/bulan
Masih ada Tunjangan Profesi yang disesuaikan dengan masing-masing golongan, berkisar antara : Rp 2.00.000-Rp 4.600.000/bulan.

Pemerintah provinsi Jawa Barat memberikan semua tunjangan tersebut pada guru PNS di SLB mungkin  berdasarkan penilaian bahwa guru di SLB beban kinerjanya lebih banyak dan yang mereka hadapi adalah anak-anak yang istimewa sehingga membutuhkan penanganan khusus dan semoga dengan pemberian tunjangan yang berbeda dengan guru PNS pada satuan pendidikan lain lebih meningkatkan kinerja guru-guru PNS di SLB terutama dalam penanganan anak-anak berkebutuhan khusus (semoga bukan hanya harapan tapi ditunjukkan dengan karya dan hasil nyata dilapangan).

Tunjangan guru PNS disuatu daerah pasti berbeda disesuaikan dengan anggaran pada masing-masing daerah, tetapi bagaimana dengan guru-guru NON PNS? Yang sudah pasti kinerjanyapun dituntut sama dengan guru-guru PNS.

Tapi bagaimana dengan honor/gaji yang diberikan pada guru-guru Non PNS? Apakah sama dengan guru-guru PNS? Tentu kita bisa menjawabnya, TIDAK!. Sebagian besar bila kita dengar (pengakuan dari beberapa teman guru Non PNS di wilayah Jawa Barat) di wilayah provinsi Jawa Barat saja, gaji guru Non PNS berkisar antara Rp 300.000-Rp 500.000 (walaupun ada di beberapa sekolah yang melebihi dari jumlah tersebut tapi jumlahnya lebih sedikit).

Bahkan ada  (masih pengakuan dari guru Non PNS di Jawa Barat) yang tidak mendapatkan gaji/honor setiap bulannya dari sekolah atau biasa kami menyebutnya dengan guru sukwan.
Mereka hanya mengharapkan Tunjangan Fungsional Guru/TFG bagi guru Non PNS, dana tersebut akan mampir direkening guru tersebut sekitar 6 bulan sekali sebesar Rp 1.600.000 dan itu belum termasuk berbagi dengan teman sejawat yang sama-sama guru Non PNS tetapi belum mendapatkan TFG karena terbatasnya jumlah pemberian TFG bagi guru Non PNS disesuaikan dengan anggaran yang ada.

Di Jawa Barat untuk guru SLB Non PNS masih beruntung karena ada Tunjangan dari APBD khusus untuk guru di SLB Non PNS sebesar Rp 4.500.000/tahun (tanpa potongan pajak) dan kembali lagi kami harus berbagi karena belum semua guru Non PNS dalam satu sekolah tersebut mendapatkan tunjangan tersebut karena kembali disesuaikan dengan dana yang ada.

Ada sebagian kecil dari guru Non PNS pun sudah mendapatkan Tunjangan Profesi sebesar Rp 1.500.000/bulan, tentunya ini adalah penghargaan tertinggi buat kami guru Non PNS karena setelah itu kami TERLARANGuntuk mendapatkan tunjangan-tunjangan lainnya. Tapi kami menyadari itu semua karena keterbatasan pemerintah pusat dan daerah untuk menganggarkan dananya bagi guru-guru Non PNS lainnya yang belum mendapatkan Tunjangan Profesi.

Kami (guru SLB Non PNS di Jawa Barat) tentunya lebih beruntung mungkin bila dibandingkan dengan guru-guru Non PNS di wilayah lain. Tetapi akan terlihat kesenjangan yang signifikan bila kita bandingkan dengan guru-guru PNS di SLB Provinsi Jawa Barat dengan Guru Non PNS di SLB Provinsi Jawa Barat, padahal beban kinerja mereka tetap sama dengan guru PNS.

Saya akan bercerita tentang gambaran sekolah dan guru-guru Non PNS di SLB Ayahbunda kecamatan Parungpanjang kabupaten Bogor. SLB Ayahbunda berdiri sejak tahun 2002 dan mendapatkan izin operasional pada tahun 2004. Awal mula sekolah didirikan untuk menjawab kebutuhan akan sekolah khusus dilingkungan kecamatan Parungpanjang yang belum ada sekolah khusus untuk anak-anak khusus.

Sebagian besar anak-anak khusus yang bersekolah di SLB Ayahbunda adalah dari kalangan menengah ke bawah untuk itu kami membebaskan sekitar 90% tidak dipungut pembayaran uang sekolah. Guru-guru di SLB Ayahbunda ada sekitar 13 orang dan semuanya guru Non PNS.

Jam kerja kami mulai dari pukul 07.30-14.00 pada hari Senin-Kamis dan pukul 07.30-12.30 pada hari Jumat dan Sabtu. Sama persis dengan waktu kinerja guru PNS. Tapi dengan gaji yang diberikan oleh Yayasan Ayahbunda sekitar Rp 300.000-Rp 500.000/bulan, tidak pernah menyurutkan guru-guru Non PNS di Ayahbunda untuk tetap mendidik anak-anak khusus yang bersekolah di tempat kami.

Gaji yang diberikan pada guru-guru di SLB Ayahbunda, banyak tergantung pada BOS Reguler yang kami dapatkan setiap Triwulan sebesar Rp 11.000.000/3 bulan. Sudah pasti, untuk menggaji guru pun kurang mencukupi apalagi ditambah dengan guru-guru kami mendapatkan makan dan minum yanng telah kami sediakan sejak pagi sampai sore hari.

Banyak yang bingung, heran, takjub dan bertanya, Bagaimanakah saya dan suami (ketua Yayasan Ayahbunda) mampu untuk menangani keadaan seperti pemaparan saya diatas?. Jelas bila melihat angka diatas akan bertanya kebingunan, keheranan dan ketakjuban. Tapi selama kita diberi akal oleh Allah dan mempergunakan akal itu dengan maksimal serta keyakinan bahwa kami mampu mengatasinya, selalu ada jalan keluar untuk bisa mengatasi keadaan tersebut diatas.

Guru-guru Non PNS di SLB Ayahbunda memang bergaji kecil dan minim tapi semangat dan pengabdian mereka melebihi nilai rupiah yang mereka terima, bahkan melebihi nilai rupiah yang diterima oleh guru-guru PNS SLB di Jawa Barat.

Buat mereka nilai rupiah memang mengandung arti yang sangat tinggi dalam masyarakat karena dengan nilai rupiah tinggi akan mampu mencukupi kebutuhan kita yang sangat manusiawi. Tetapi nilai ikhlas dari guru-guru di SLB Ayahbunda lebih tinggi derajat dibandingkan nilai rupiah. Keikhlasan, keistiqomahan dan pengabdian buat mereka itu adalah yang terpenting.
                                             Sahabat-sahabatku-Guru di SLB Ayahbunda

Saya semakin bangga memiliki sahabat-sahabat yang terus berjuang melayani anak-anak khusus di SLB Ayahbunda tanpa mereka saya (Titin Sulistiawati-Kepala SLB Ayahbunda) bukan berarti apa-apa. Dan tak akan ada apa-apanya saya dan SLB Ayahbunda tanpa guru-guru/sahabat-sahabat saya di SLB Ayahbunda.

Dan saat menulis ini saya pun sempat menitikkan air mata karena pada bulan Pebruari ini kami belum mendapatkan Dana dari Bos Reguler karena adanya kesalahan dari penulisan nomor rekening bank sekolah sehingga mengakibatkan dana Bos Reguler tidak dapat cair sehingga harus menunggu sampai dengan triwulan II sekitar akhir bulan April 2013.

Tak ada kesan menyurutkan langkah mereka untuk tetap melayani anak-anak khusus kami, tetapi mereka justru memberikan dukungan penuh pada saya untuk tetap semangat dalam menjalankan roda kepemimpinan saya di SLB Ayahbunda.
Guru-guru SLB Ayahbunda-Saat Penjaringan di sebuah desa di Parungpanjang yang terpelosok

Sungguh naif memang, bila kita melihat teman-teman seprofesi guru PNS yang sudah banyak pemerintah perhatikan masih berkata “yang penting saya datang ke sekolah”, “Yang penting saya pulang tepat waktu”, “Yang penting saya melaksanakan pembelajaran” dan “yang penting lainnya.....”. Bukankah seharusnya dengan penghasilan yang mereka dapat jauh diatas guru Non PNS, sepantasnya mereka katakan ; “Yang harus saya lakukan adalah memberikan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan bagi anak-anak didikku”. “Yang harus saya lakukandatang ke sekolah dan memahami setiap perkembangan anak-anak didikku”. “Yang harus saya lakukan pulang tepat waktu dan memberikan motivasi untuk anak-anak didikku”. Dan masih banyak lagi “Yang harus saya lakukan....” dan tak cukup waktu untuk menguraikannya.

Saya hanya seorang guru Non PNS yang mencoba terus belajar untuk berbenah diri menuju perbaikan diri pada kinerja saya, walau tak mudah tentunya untuk tetap diakui sebagai guru Non PNS dan juga memimpin sebuah sekolah. Sedikit ada yang bernada sumbang terhadap saya dan sering mengatakan bahwa saya sombong.

Buat saya kesombongan yang sebenarnya adalah ; ketika Allah telah mengangkat sahabat sebagai guru PNS dengan gaji dan tunjangan yang jumlahnya amat jauh dengan saya sebagai guru Non PNS tetapi sahabat semua tidak melakukan apapun dan hanya mengatakan “Yang Penting.....”. Jadi siapakah yang sombong?
                  Foto Bersama dengan Asesor, Sesaat Setelah Akreditasi SLB Ayahbunda

Kiprah saya dan guru-guru di SLB Ayahbunda belum maksimal tapi tetap tak ada ukuran dalam kemaksimalan setiap pengabdian kita sebagai guru. Yang seharusnya kita lakukan adalah terus belajar untuk memaksimalkan diri kita sebagai pendidik karena anak-anak didik kita adalah benih-benih yang akan meneruskan perjuangan kita.

Terus berjuang guru-guru Non PNS kalian adalah asset yang sangat berharga untuk NKRI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar