Selasa, 15 Januari 2013

Jarot Juga Manusia



Berkomunikasi dengan manusia pada umumnyapun kadang mengalami hambatan. Hambatan bisa terjadi karena pola fikir yang berbeda, tetapi bagaimana berkomunikasi dengan seorang yang ingatannya terganggu (istilah lain orang gila)? Tapi saya mencoba melabelnya dengan kata “orang kurang ingatan”, agar bisa lebih manusiawi tentunya.

                                                Jarot saat berinteraksi denganku


Beberapa tahun lalu ada seorang “kurang ingatan” yang kelaparan di pelataran SLB Ayahbunda, saat itu saya sedang membersihkan halaman depan sekolah (Kepala Sekolah merangkap petugas kebersihan). Tiba-tiba “orang kurang ingatan” tesebut menghampiriku, sementara ada beberapa orang yang saat itu ada di sekitar sekolah mulai mengingatkan saya untuk hati-hati karena ada “orang gila”, kata mereka.

Tanpa sungkan aku bertanya padanya, “Nama kamu siapa?”, dengan tegas dan jelas dia mengatakan bahwa namanya Jarot (entah apakah benar itu namanya) tapi aku yakin saja bahwa memang namanya “Jarot”. Lalu aku lanjutkan komunikasiku dengan Jarot, “Jarot, mau apa?”. Lalu dengan jelas Jarot menjawab, bahwa dia lapar dan ingin makan. 

 Jarot makan Duren, hmmmmm, enak kata Jarot

Aku meminta Jarot untuk menunggunya dan ku siapkan makanan untuknya. Selesai makan dan minum, baru lah ku mulai lagi percakapan kami yang tertunda. Ku mulai dengan asal muasalnya. Jarot menjelaskan bahwa dia datang dari Tanah Abang-Jakarta, sampai di Parungpanjang ini dia dibawa seseorang naik mobil tapi dia sendiri tidak tahu siapa yang membawanya. 

 Narsis bareng Jarot
 
Prasangka ku mengatakan bahwa Jarot dibawa oleh Dinas Sosial Jakarta dan dibuang/diturunkan di daerah Parungpanjang ini beserta rekan-rekan sejenis Jarot, agar tidak banyak mencemari daerah Jakarta (Duh, kasihan kamu Rot, dianggap polusi). Masih menurut pengakuan Jarot, dia masih memiliki ibu dan bapak tapi ketika ku tanya nama ibu dan bapaknya dia bilang lupa.
Obrolan semakin seru dan cukup menyita perhatian orang-orang di lingkungan sekitarku yang menganggap Jarot adalah sejenis makhluk yang berbahaya, tapi semua karena ketidak tahuan mereka dan ternyata Jarot makhluk Tuhan yang sangat bersahabat dan terbuka serta membuka dirinya (sampai terbuka juga bagian “itu”nya Jarot) bagi siapa saja.
Jarot bercerita bahwa dia mempunya seorang anak perempuan, ketika aku tanya nama dan usianya dia bilang lupa (Jarot sudah seperti politikus selalu lupa kalau ditanya tentang segala hal) dan yang paling dramatis adalah ketika ku tanya istrinya. Jarot langsung menangis dan keluar sumpah serapah yang awalnya sulit ku pahami.
Setelah mulai reda sumpah serapahnya, aku mulai tertarik untuk mengorek keterangan lebih banyak lagi tentang istri si Jarot karena dari sekian banyak yang dia ceritakan setelah ku tanyakan tentang istrinya ternyata inilah kemungkinan besar yang awal mula menjadikan Jarot makhluk Tuhan yang ingatannya melanglangbuana.
Jarot sangat membenci istrinya, dia mengatakan bahwa istrinya adalah perempuan sundal, pelacur murahan dan sumpah serapah lainnya. Lalu aku bertanya mengapa dia sangat marah pada istrinya, masih menurut Jarot bahwa dia menemukan istrinya berselingkuh dan sejak saat itu dia sangat membenci istrinya.
Sudah tiga tahun lebih ini Jarot adalah bagian dari kehidupan di SLB Ayahbunda, tak lupa dan tak jenuh setiap pukul 06.00 pagi Jarot selalu minta jatah makan dan setelah itu dia pergi kemana kaki membawa tubuhnya berjalan, sekitar siang hari dia akan kembali datang untuk meminta makan dan minum dan kemudian pergi lagi. Untuk tidur, Jarot tak tentu tempat untuk sekedar beristirahat. Tapi jarang sekali Jarot tidur di pelataran SLB Ayahbunda.

 Dengan sigap Jarot mengganti pakaiannya yang sudah lusuh




 Jarot, dengan kemanjaannya mengganti baju
 
Satu kelemahan Jarot yang aku tahu yaitu bila dia sudah ku minta untuk mandi, Jarot langsung ambil langkah seribu dan dipastikan selama satu minggu ke depan dia tidak akan menampakkan diri di SLB Ayahbunda.
Jarot cukup manja padaku, dia tidak akan mau mengganti baju dan celananya yang kadang sudah bau pesing, berdebu dan compang-camping tapi saat aku katakan “Jarot sayang, Jarot ganteng-Jarot yang baik hati-tidak sombong-peramah dan sopan...Yuk, ganti baju sama bunda...”. Dijamin dengan muka manis dan senyum yang menawan dia langsung bilang “mau”.
Jarot paling tidak suka saat dia diteriakkan “orang gila”, berkata kasar dan makian padanya. Hmmmm...dijamin pasti ngamuk. Dia akan melempar apa saja yang ada didekatnya. Jarot tidak berbahaya tapi bila sudah ada orang yang tidak “menghargainya”, dia pasti marah. Sering aku berfikir, mungkinkah Jarot masih ada ambang kesadaran antara dunia harga diri dan ketidak mampuan merawat diri?
Aku kagum pada Jarot, selama 3 tahun lebih kami bersama dalam suka duka (jiiaaah, puitis banget daaah) Jarot tak pernah ku lihat sakit. Sakit pilek, mencret-mencret, muntah, masuk angin, sakit gigi (Jarot tidak suka kalau suruh sikat gigi), sakit kusta atau penyakit kulit lainnya (padahal Jarot tak pernah mau mandi, pernah mandi kalau terpaksa kehujanan) tak ada derita sakit yang ku lihat dari Jarot. Apakah ini mendeskripsikan bahwa orang yang tidak memiliki fikiran akan jauh dari penyakit? Kalau memang seperti itu, agar jauh dari penyakit kita harus seperti Jarot “tidak punya fikiran”.
                                    Setiap pagi Jarot dan aku belanja sayuran pada mang Oi

Ada lagi yang aku kagumi dari Jarot, dia ternyata pandai main bulu tangkis terbukti saat suamiku main bulu tangkis dia meminta untuk bermain bersam dan ternya jago pisan euy. Wah, jangan-jangan Jarot frustasi gara-gara tidak diajak main di PELATNAS.

 Jarot King, main Bulu Tangkis
 
Sebagian orang mengatakan, kenapa Jarot tidak dibawa ke Dinas Sosial saja untuk ditampung itukan tugas mereka (maksudnya Dinas Sosial) menurut sebagian orang. Tapi menurutku, tak apalah hidup bersama kami walau hanya di pelataran SLB Ayahbunda, tapi dia masih terpenuhi kebutuhan makan dan minumnya dan mungkin juga perhatian serta kasih sayang (beeeuuuuh romanis banget).
Aku pernah dibuat berbunga-bunga oleh Jarot, ketika dia mengatakan bahwa aku cantik sambil memberikan senyum terindahnya.
Jarot oh Jarot, kamu adalah bagian dari kehidupan ini tapi engkau terbuang begitu saja dan apakah engkau masih mengenali anakmu?
Semoga tidak semakin banyak lagi Jarot-Jarot lainnya yang hidup terlunta dan meminta belas kasih orang yang bersimpatik padanya.

Catatan Kecil :
 Siapapun dia dan bagai manapun keadaannya ketika dia merasa bahagia dan tersenyum menerima kita, Insyallah itu adalah doa untuk kita.

Tersenyumlah Jarot, karena senyummu adalah doa bagi yang semua yang peduli padamu.





 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar