Senin, 14 Januari 2013

Tak Perlu Sempurna untuk Mencintai dan Dicintai




Saat ini aku adalah wanita paling bahagia, memiliki suami yang mencintaiku walau tak sempurna. Tidak hanya mencintaiku, dia pun menyayangiku, melindungiku juga menghargaiku...sekali lagi walupun tidak sempurna.
Telah dia dampingi aku selama 19 tahun ini, banyak cerita yang sering aku uraikan lewat tulisan maupun lisan tentang dia. Banyaknya aral melintang tapi dapat kami lalui bersama.
Kisah tentang sebuah cinta yang begitu indah dan sempurna, menjadi harapan setiap manusia. Dan saat ini sebuah film yang mengisahkan sebuah cinta yang begitu romantis dan indah sedang booming “Ainun dan Habibei”.
Lalu cinta seperti apakah yang aku miliki?
Apakah suamiku pernah menyakitiku?
Ada yang mengatakan bahwa cinta itu tidak menyakiti. Betul dan tidak salah, aku memang pernah dia sakiti, dengan kata-kata, tingkah laku dan fisik. Entah...orang lain mengatakan bahwa suamiku sudah tidak mencintaiku lagi. Tapi aku tidak memandang dari sudut pada umumnya. Aku pandang dari sudutku sendiri karena ini adalah hidupku, orang lain tidak merasakan apa yang aku rasakan.
Dia menyakitiku, aku pandang sebagai ketidak tahuan dia dalam mengungkapkan atau mengekspresikan rasa cintanya padaku. Dan tugasku sebagai istri adalah memberikan arahan dan pandangan tentang arti mencinta sesungguhnya.
Aku ajarkan dia bagaimana mengaplikasikan rasa cinta sesungguhnya sesuai dengan tuntunan dan ajaran agama yang kami anut, juga etika yang ada di masyarakat.
Rumah tangga adalah media pembelajaran suami-istri dalam membentuk suatu bahtera rumah tangga yang Tuhan ridhoi tentunya dengan landasan dan kesepakatan yang tertuang dalam kitab suci dan etika kemasyarakatan.
Apakah suamiku pernah mengkhianatiku?
Seseorang berkata, ketika pasangan kita sudah mengkhianati kita berarti dia sudah tidak menyayangi kita. Ada benarnya tentu, itu pendapat orang lain. Tapi bagaimana dengan pendapatku sendiri? Aku yakin cinta adalah anugerah terindah yang Tuhan beri pada kita pada setiap umatNya. Dan Anugerah yang Tuhan beri untuk kita harus kita jaga dengan semua kemampuan yang Tuhan beri.
Betul, suamiku pernah mengkhianatiku. Dia mencintai wanita lain. Cinta adalah rasa yang Tuhan beri pada setiap umatNya untuk kita manifestasikan pada orang yang kita cintai...lewat kata, tingkah laku atau hanya rasa yang terpendam dihati.
Dan cinta bukan paksaan dan kita tidak bisa memaksakan seseorang untuk mencintai kita atau untuk  tidak  mencintai kita. Suamiku memiliki rasa cinta pada seseorang selain aku, aku berusaha keras dan tidak memaksanya untuk meninggalkan rasa itu.
Aku meyakini bahwa hati dan dirinya adalah miik Tuhan. Biarkan Tuhan yang membimbingnya pada cinta yang memang pantas dia miliki, bukan sekedar rasa yang bergejolak tak berarah.
Pembelajaran terberat yang harus aku berikan pada suamiku untuk melalui dan mendampinginya agar mampu melihat bahwa cinta  bukan hanya dari sudut hati yang membara, tapi cinta adalah keindahan yang Tuhan beri untuk dijaga dan dilindungi.
Saat dia mencintai orang lain, bukan ketersesatan cinta tetapi anugerah cinta dari Tuhan dan pembelajaran akan keluasan hati untuk mampu bersahabat dengan lain hati.
Apakah suamiku pernah membohongiku?
Kebohongan merupakan suatu hal yang menyakitkan dalam kehidupan berumah tangga. Tetapi aku memandang berbeda terhadap kebohongan itu yang  dilakukan suamiku. Suamiku adalah manusia pada umumnya, dia bukan malaikat yang bisa berkata apa adanya tanpa sedikitpun berbohong.
Kebohongan yang dilakukan suamiku adalah sisi kemanusiaan yang berusaha melindungi dirinya dari kemarahan tanpa batas yang bisa saja aku lakukan padanya. Dia berusaha melindungi dirinya dari kemarahanku ataupun berusaha melindungi agar aku tak mengumbar amarah. Aku menyikapinya dengan berusaha memahami bahwa diapun butuh melindungi dirinya.
Apakah suamiku pernah mengabaikanku saat aku sakit?
Iya, dia pernah melakukannya...aku bersyukur dia tidak ada bersamaku saat aku sakit. Dengan begitu aku bisa belajar untuk merasakan bila seseorang yang kita cintai yang harusnya hadir saat aku menderita tapi dia tak hadir mendampingiku sehingga aku terus belajar bagaimana rasanya kehilangan seseorang.
Jiwa dan hatiku, sudah mulai tertempa melalui kehidupan yang aku lalui. Dan setiap istri menginginkan cinta yang sempurna, penuh dengan kasih sayang, perlindungan tanpa pengkhianatan dan kebohongan.
Aku seperti wanita lainnya, menginginkan itu semua. Tapi apakah akupun sesempurna itu memberikan semuanya pada suamiku? Aku berkata TIDAK!. Aku bukan istri yang sempurna dan akupun tak harus menuntut kesempurnaan pada suamiku.
Kesempurnaan hanya milik Tuhan, tugasku adalah untuk belajar terus bersyukur bahwa Tuhan memberi suami yang tidak sempurna padaku dan itu adalah hadiah Tuhan terindah untukku.
Tak perlu sempurna untuk mencintai dan dicintai. Tapi belajar untuk mensyukuri nikmat yang Tuhan beri pada kita itulah kesempurnaan yang sesungguhnya.
Suamiku bukan Nabi yang mampu menghargai istri-istrinya tapi dia adalah sosok suami yang terus belajar menghargai istrinya.
Suamiku pun bukan Habibie yang mencintai Ainun istrinya, tapi dia belajar untuk mencintai dengan jiwanya.
Suamiku adalah pilihanku, dia tak sempurna dan dia tak sebaik Habibi ataupun suami lainnya. Tapi dia berjuang untuk terus belajar lebih baik dari Habibie dan suami lainnya.
Yakini apa yang kita miliki adalah yang terbaik untuk kita, tentu Tuhan tak salah memberi untuk kita.
Sempurnakan apa yang kita miliki dengan terus bersyukur karena Tuhan selalu memberi yang terbaik untuk kita.

Parungpanjang, 11 Januari 2013   pukul 16.00


Terinspirasi dari Film Ainun dan Habibie, begutu banyak pasangan yang berharap cinta mereka seperti dalam film ini. Tapi mereka belum menyadari bahwa mereka pun telah memiliki cinta yang sebenarnya.  




film ini. Tapi mereka belum menyadari bahwa mereka pun telah memiliki cinta yang sebenarnya.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar