Jumat, 28 Desember 2012

Sebuah Penyesalan

Saya bukan Koruptor,
Mengapa tak henti terus menghujat
Sedangkan Koruptor pun masih bisa melakukan pembelaan
Dan banyak yang bebas berlenggok di negeri ini
Tak puaskah membuat semakin terpukul atas ulah saya sendiri?
Sepertinya saudara-saudaraku sangat bersih
Tak pernah melakukan kesalahan walau bukan kesalahan yang serupa
Sepertinya saya pun tak pantas memohon maaf
Apakah saya menysahkan kalian?
Sehingga kalian begitu susahnya memaafkan
Memaafkan adalah memberi maaf dengan ikhlas
Tanpa embel-embel kata yang lain
Cukup sudah menjadi HAKIM bagi saya
Maaf..maaf..maaf...tak cukup untuk kalian
Tertawa, mencemooh, membuat kalian begitu bahagia
Ketika saya mengatakan ;
Maafkanlah...lalu terbahak seperti kemenangan sudah teraih
Dan aku si Pecundang meradang.
Koruptor pun masih bisa dimaafkan
Lalu begitu hinakah aku?
Ternyata maafku pun menjadi kepuasan atas nikmat mencemooh padaku
Selamat anda jadi pemenang dan aku jadi pecundang..

Pelacurpun masih dengan bangga mengatakan,
Uangku banyak dari melacur
Semua bahagia dan tertawa serta memuji
Ah, pantas dia cantik dan molek
Sedangkan aku?
Hanya jadi bulan-bulanan si pintar nan pandai bermain kata
aku tak lebih terhormat dibandingkan si pelacur nan molek

Puaskan rasa benci, cemooh dan hujatmu..
Aku adalah pesakitan yang menyesali semua kesalahanku
Jiwaku sudah terkubur, mengapa tak diam untuk sekedar mengatakan ;
Maafkan dia dan biarkan dia menanggung semua dosanya yang terkubur bersama jiwanya.
Biarkan dia tenang di alam sana, agar kita tidak menjadi orang-orang yang merugi dan selalu senang melihat orang lain semakin terperosok dengan kata-katamu...

Berbanggalah duhai sahabat-sahabatku..
Ternyata kalian memang orang-orang baik yang pantas untuk terus menghujat dan menghakimiku..
Puaskanlah...karea aku sudah terkubur dan tenang di alam sana.
Hanya waktu yang menanti saat engkaupun akan terkubur walau bukan seperti aku...







Tidak ada komentar:

Posting Komentar